Besok, pagi Senin.
"NAYAAAAAAA!" Teriak mama Naya, Anandita.
"Iya maa, bentar" Jawab Naya sambil berlari menghampiri mamanya.
"Kamu kenapa biarin om tante kamu itu masuk rumah disaat mama sama papa lagi berantem hah? Bisa bisanya sampai ketahuan." Marah Anandita, mama Naya.
"Maaf ma, aku lagi diluar waktu itu. Aku ga tau sama sekali kalo mereka bakalan datang kerumah" -Naya.
Plak
Mata Naya membelalak kaget, karena mamanya sendiri telah menampar anaknya sendiri. Sakit, ungkapnya dalam hati.
Tamparan keras yang pertama kali. Ya, Naya memang pernah mendapatkan tamparan dari sang ibu, namun, tak pernah sekeras itu.
Pipinya merah dan sedikit terluka, Naya sibuk dengan pikirannya bagaimana ia menyembunyikan luka itu.
"Hah... Sudahlah, kamu haru ini nginep dirumah teman mu saja. Mama sama papa ga akan ada dirumah, kakak mu juga ga dirumah." Ucap mama Naya, Anandita. Lalu ia meleset pergi dari hadapan Naya.___
Kini, Naya sudah berada di sekolahnya. Sendiri, ia selalu sendiri. Tak ada teman yang mau berteman dengan dirinya, entahlah karena alasan apa.
Naya disekolah kadang di-bully oleh beberapa teman bahkan kakak kelas yang ada disana. Hanya karena ia tidak memiliki teman. Tega? Ya, disekolah sana memang banyak orang yang tega mem-bully.
Selama dijalan menuju kelas, Naya tak berhenti memikirkan kemana ia bisa pulang? Rumah om dan tantenya? Itu cukup jauh. Apa ia harus menelpon sepupunya itu untuk menjemputnya? Atau ia harus bermalam di hotel dan terpaksa mengeluarkan uangnya untuk menyewa kamar hotel? Hah... Entahlah, ini memang pertama kalinya untuk Naya tak pulang kerumah. Karena, biasanya ia masih bisa pulang kerumah karena masih ada kakaknya. Namun, kali ini kakaknya itu ada urusan di luar kota yang membuat ia tak bisa pulang.
Sesampainya dikelas.
Kini, Naya sudah berada dikelas. Tak lama, bel tanda sudah saatnya masuk kelas berbunyi. Namun, kali ini bukan guru yang datang, melainkan ketua OSIS.
Ketua OSIS itu datang untuk mengungumkan karena semua guru sedang rapat yang membuat satu sekolah tidak belajar atau biasa disebut jamkos.
Naya merasa senang. Akhirnya, ia bisa tidur. Malam tadi, ia tak bisa tidur karena orang tuanya masih berkelahi walau sudah larut malam.
_
Sudah 2 jam Naya tertidur, tapi tetap saja para guru belum juga selesai rapat.
Merasa tidurnya sudah cukup, Naya akhirnya bangun dari tidurnya yang nyenyak.
Tok tok tok.
Suara pintu diketok. Terlihat wakil ketua OSIS berdiri didepan pintu kelas Naya.
"Halo halo?? Permisi, maaf mengganggu waktunya. Kalian dipersilahkan untuk pulang, guru gurunya ingin menyiapkan sekolah untuk acara tahunan nanti. Itu aja yang mau gua sampein, permisi."'yahh pulang ya? Aduh kak Raka pasti masih sekolah ini... masa aku harus telpon bunda?' Kata Naya dalam hati.
'hah... Yaudah lah telpon bunda aja, toh kalo nyewa hotel duitnya cepet habis." Sambung Naya dalam hatinya.
Naya pun segera membuka telepon genggamnya. Lalu, ia tekan tombol telpon.
"Halo sayang? Kenapa? Bukannya ini masih jam sekolah ya?" Kata Bunda dalam hati.
"Haii bunda? Anuu, gurunya nyuruh pulang aja katanya, soalnya gurunya pada sibuk mau nyiapin sekolah buat acara tahunan. Aku nelpon bunda mau nanya aja sih." Jawab Naya.
"Nanya apa sayang?" Jawab bunda.
"Aku boleh nginep dirumah bunda ga?" Jawab Naya.
"Loh?? Kenapa?" Boleh kok, sini sini. Kamu udah bawa baju ganti emangnya? Kamu dimana? Masih di sekolahkan?" Tanya bunda.
"Hehe, nanti aku cerita ke bunda pas udah dirumah ya? Aku udah bawa baju ganti kok, tapi aku masih disekolah. Habis nelpon bunda aku mau nyari ojol atau kalo ga nyari bis." Jawab Naya.
"Jangan, udah kamu tunggu disana, biar bang Jenan aja yang jemput. Ini orangnya ga sibuk kok kamu tenang aja, kamu jaga diri dulu, tunggu ya?" Jawab bunda panjang.
"Hm, aku tunggu ya bundaa makasih." Jawab Naya senang.
"Yaudah ya sayang, bunda matiin dulu telponnya, kalo ada apa apa telpon bunda ya?" Jawab bunda lagi.
"Iya bundaaa." Jawab Naya dengan senyum yang cukup bahagia.
Kini, ia menunggu di halte terdekat, tepatnya di seberang gerbang sekolah.
Tin tin.
Naya menoleh, terlihat sebuah mobil berhenti dihadapan Naya. Ya, itu mobil Jenan. Jenan membuka kaca jendela mobil itu dan menyuruh Naya masuk. Awalnya, Naya ingin duduk dibelakang saja, akan tetapi, Jenan menyuruhnya untuk duduk didepan saja. Naya menurutinya, ia pun segera membuka pintu mobil bagian depan dan segera masuk kedalam mobil tersebut.
Hening. Satu kata yang dapat mendeskripsikan tentang keadaan mereka sekarang.
"Ehm" -Jenan.
Naya menoleh ke arah Jenan.
"Kalo mau denger musik pilih aja nih" ucap Jenan sambil memencet layar yang ada ditengah tengah mereka.
"Hah? Oh iya bang, makasih" ucap Naya yang entah mengapa mengungkapkan 'makasih'.
"Hmm" jawab Jenan yang artinya 'ya'.Naya sibuk mencari lagu yang bagus. Karena perjalanan akan cukup panjang, ia memilih playlist yang menurutnya cukup untuk diperjalanan. Setelah menemukan playlist yang cocok, ia pun segera memutar playlist tersebut.
"Luka luka hilang lah luka
Biar tentram yang berkuasa
Kau terlalu berharga untuk luka
Katakan pada dirimu
Semua baik baik saja." -Diri by Tulus."Naya, kamu ga pulang kerumah lagi ya? Kenapa? Kalo kamu ga mau jawab gapapa, jangan dipaksakan." Jenan berkata dengan suara yang cukup lembut.
"Hah? Oh ngga dirumah lagi ga ada orang jadi pagi tadi aku disuruh mama buat jangan pulang aja, nginap dirumah temen tapi karena aku ga punya temen yaudah mau ga mau aku bilang ke bunda kalo mau nginap. Mau nyewa kamar hotel, uang aku yang ga cukup buat nyewa beberapa hari." Jelas Naya.
"Kok ga punya temen? Kamu ga di bully kan?" Tanya Jenan kepo.
"Kadang." Jawab Naya pelan yang sayangnya masih terdengar oleh telinga Jenan.
"Maksudnya gimana? Kamu kadang di bully?" Tanya Jenan kembali.
"Yaaa gitu." Jawab Naya.
"Siapa yang berani bully kamu hah? Bilang sama abang sekarang." Tanya Jenan penuh penekanan.
"Yaa orang, kakel aku disekolah" jawab Naya tampak sedikit takut karena melihat wajah Jenan yang mulai emosi.
"Ya siapa namanya Nayaaa. Kasih tau, jangan disembunyiin, kali ini abang maksa." Kali ini Jenan menyebut nama Naya yang membuat Naya semakin takut. Naya hanya bisa diam, tak tau harus bilang apa.
"Jawab Naya." Kata Jenan sekali lagi, kali ini ia lebih menekan kan kata katanya.
"Kak keyla sama temen temennya." Jawab Naya takut.
"Keyla Soraya Larasati?" Tanya Jenan, dengan emosi yang menurun.
Naya terbelalak kaget, "KOK TAU?!" Kaget Naya, ia sedikit berteriak.
"Hah... Nanti abang ceritain." Setelah berkata seperti itu, suasana kembali hening.____
Mungkin di ep 2 ini segini dulu, lanjut di ep 3 yaaa. Btw, kalo ada salah kata atau apa gitu tolong kasih tau ya biar sama sama belajar dari kesalahan. Makasih, jangan lupa vote n follow yaa.
![](https://img.wattpad.com/cover/340892424-288-k78223.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Untuk Naya.
Teen Fictionkisah ini 100% FIKSI, tidak nyata. Ariella Kanaya Putri Chandara, yang kerap dipanggil Naya. Ia seorang anak terakhir perempuan yang berusaha mencari tempat pulang, namun, ia juga yang tak mau memberi kepercayaan kepada seseorang. Akan tetapi, suatu...