3. Rumah.

2 1 0
                                        

Sesampainya Naya dirumah bundanya, ia langsung keluar dari mobil Jenan lalu berjalan masuk untuk menghampiri bundanya yang sudah menunggu dirinya di teras rumah.

"Bundaa." Ucap Naya sambil mencium tangan Wina.

"Halo sayang, ayo masuk. Kita makan dulu yaa, tapi kamu taruh dulu aja barang barang kamu, terus ganti baju ya. Abis makan kita ke mall buat beli baju sama keperluan kamu ya?" Ucap Wina panjang.

"Ih... Ngapain ke mall segala sih bun?? Aku bawa baju ganti kok." -Naya.

"Yaa gapapa, temenin bunda belanja ya? Mau kan? Udah sana masuk dulu, makanan udah bunda siapin. Bunda mau arisan dulu, habis arisan kamu nya udah makan kita langsung berangkat ya? Jadi, kelar makan langsung siap siap aja. Bunda ada baju bekas bunda masih bagus, bunda udah ga make lagi kamu mau? Kalo mau ambil aja di kursi tamu, udah bunda siapin." Jelas Wina kepada Naya.

"Eh? Iya, makasih bunda." Ucap Naya sambil tersenyum senang, merasakan kehangatan kasih sayang dari calon orang tua angkatnya.

"Yaudah, bunda permisi dulu ya? Mau arisan." -Wina.

"Eh? Iya bunda, aku izin masuk yaa?" -Naya.

"Iya sayang, yaudah sana sana masuk." -Wina.

"Hati-hati bunda!" Ucap Naya cukup nyaring.

Naya memasuki rumah bundanya itu dan segera menaruh ranselnya dilantai dekat kursi tamu. Ia mengambil baju gantinya didalam tasnya itu, lalu ia bawa ke kamar mandi. Ia segera membersihkan dirinya.

Mengapa bisa ia tau dan hafal letak ruangan ruangan yang ada dirumah itu? Karena, dulu, ia sering diantar oleh orang tuanya untuk menginap disana. Ia pikir, rumah itu akan berubah, namun nyatanya, tak sama sekali berubah. Itu membuatnya teringat akan masa lalunya.

--
Setelah Naya selesai membersihkan diri, Naya dihampiri oleh Jenan.

"Nay, ayo abang antar ke kamar kamu." Ucap Jenan sambil menatap Naya datar. Jenan memang tipikal orang yang bermuka datar. Namun, ketika ia bersama dengan orang yang ia sayang, ia jarang menampilkan wajah datarnya itu.

"Eh? Bentar aku ambil tas aku." Ucap Naya sembari melengos pergi.

Jenan diam beberapa saat dan berjalan mengikuti Naya.
Naya ingin mengambil tasnya, namun, tasnya lebih dulu diambil oleh Jenan.

"Loh? Bang? Sini biar aku aja yang bawa." Ucap Naya ingin mengambil tasnya.
Namun, Jenan langsung melengos pergi tanpa menghiraukan Naya sama sekali.

Didepan pintu kamar Naya.
Jenan membuka pintu itu dan menaruh tas Naya didekat pintu, ia tak mau masuk. Setelah meletakkan tas Naya, ia langsung menyuruh Naya untuk memasuki kamar itu dan merapihkan barang barangnya. Kamar itu sebenarnya sudah rapi, namun, barang barang Naya belum ditaruh didalam lemari maupun meja.

Naya segera membereskan barang barangnya, sore nanti ia berencana untuk pulang kerumahnya sebentar untuk mengambil beberapa barang lagi.

'ting'
Notifikasi telepon genggamnya Naya berbunyi, menandakan ada pesan masuk. Naya segera mengambil telepon genggamnya nya itu dan segera mengeceknya.

"Permisi, maaf jika mengganggu waktunya. Disini saya ingin memberitahukan kepada siswa(i) bahwa untuk 1 Minggu kedepan diliburkan, terimakasih."

Begitulah kira kira isi pesan yang masuk tadi. Naya merasa senang, karena akhirnya ia bisa beristirahat dengan tenang.

Naya keluar dari kamarnya, dan menuju keruang makan. Ia membuka tudung saji yang ada di atas meja makan tersebut dan ia melihat sebuah menu makanan kesukaannya. Jangan ditanya lagi, apa kah ia senang atau tidaknya. Jelas, ia merasa sangat senang. Karena, hanya Wina yang memasakkan nya makanan kesukaannya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rumah Untuk Naya.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang