(1) : HUJAN SORE

30 6 3
                                    

Halo semua,

Salam bahagia buat temen temen yang baca cerita ku. Seneng banget kalo sampe beneran ada yang baca ceritaku ini. Aku ucapin 1000 makasih pokoknya buat kamu. Semoga suka ya cerita nya. Love'U

Aku cuma ngambil karakternya aja dari dia dan cerita dari beberapa kebetulan pertemuan kita. Jadi alur cerita ini ya karangan aku bukan asli cerita aku sama dia.

-HAPPY READING-

Hujan saat sendiri membuat pikiran buruk datang dan menciptakan rasa sedih.

Perceraian adalah perpisahan yang seringkali menjadi titik akhir paling menyakitkan dalam sebuah ikatan pernikahan. Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan pernikahan berakhir dengan perceraian, dan dampaknya pun sangat luas. Dari segi emosional, perceraian menyisakan banyak hati yang terluka dan sering kali meninggalkan anak-anak sebagai korban.

Ada Tuhan yang mungkin tidak menyukai keputusan ini, dan ada banyak hati yang hancur. Semua ini hanya karena satu hal: perceraian.

Ketika itu, aku masih kecil dan tidak memahami sepenuhnya apa yang terjadi. Aku hanya mengikuti ajakan mamah untuk berlibur ke rumah Abah-ayah dari mamahku-di Bandung. Pada saat itu, semua terasa normal bagiku, hingga aku mulai bertanya-tanya mengapa mamah tidak pernah mengajakku kembali ke rumah kami yang lama, dan malah mendaftarkanku di salah satu SMP swasta di Bandung.

Akhirnya, setelah memikirkan dengan seksama, aku menyadari satu jawaban yang sederhana namun menghancurkan: orang tuaku bercerai.

Aku tak pernah menyangka akan menjadi anak broken home, istilah yang sering kudengar di media sosial namun tidak kuanggap relevan dengan hidupku. Rasanya surreal dan sulit untuk diterima.

Sekarang, sudah memasuki tahun keempat sejak perceraian itu, dan aku akan segera menginjak tahun kelima di Bandung. Aku telah menjadi kakak kelas di SMA, meskipun tinggiku masih setara dengan anak SMP.

Di bawah pohon mangga yang rindang, aku duduk tersenyum sendiri sambil membaca novel yang diberikan oleh teman SMP-ku sebagai hadiah ulang tahun. Teman itu sudah lama tidak ku temui; dia sangat sibuk dengan berbagai urusan.

"Saatnya jam kelima dimulai, it's time to begin the fifth lesson," terdengar pengumuman dari pengeras suara.

Aku bergegas membereskan barang-barangku dan berjalan cepat menuju kelas. Jarak dari taman depan ke kelasku yang berada di lantai dua, lumayan jauh, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk sampai di sana. Apalagi kali ini pelajaran diajar oleh guru berjambul tinggi yang terkenal sebagai guru killer.

Aku sangat takut terlambat.

Guru tersebut memang sangat ditakuti; hanya terlambat beberapa menit saja, kita sudah bisa terkena hukuman.

Di lapangan, sedang berlangsung hari pengenalan lingkungan sekolah untuk siswa baru. Namun, aku segera mengalihkan pandanganku dan berlari menuju kelas.

Beruntung kali ini aku tidak terlambat karena guru tersebut ternyata belum datang ke kelas. Aku segera mengeluarkan alat tulisku dan membuka buku paket yang sudah ada di atas bangku.

"Assalamu'alaikum," sapa guru berjambul tinggi saat dia masuk dengan tatapan tajamnya. Suaranya bahkan lebih menakutkan daripada efek suara film horor.

"Waalaikumsalam," jawab kami serentak.

"Buka buku paket kalian."

Sampai Jumpa Di Lain Masa (On Going ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang