Jaehyun menghentikan mobilnya di sebuah taman dengan cahaya cukup itu. Tubuh dan pikirannya sangat lelah saat ini,namun dirinya enggan pulang karena rasanya percuma saja.
Rumah...
Tempat yang harusnya bisa memberi ketenangan dan kenyamanan untuk beristirahat menutup hari malah tak pernah dia rasakan kenyamanan itu.
Selalu saja hanya pertengkaran yang mengisinya. Membuat kepalanya yang sudah penuh jadi semakin penuh saja.
Biasanya dia tak akan datang ke taman itu. Melainkan ke bar milik sahabatnya Johnny. Tapi entah mengapa kali ini hatinya ingin sekali mengajaknya melangkahkan kaki di taman yang penuh dengan kenangan masa lalunya itu.
Menatap dari dekat sebuah bangku yang nampak masih sama, hanya saja warnanya yang sedikit berubah mengingat pastinya sudah beberapa kali bangku itu dicat ulang.
Langkah kakinya melambat saat semakin dekat, lalu mengusap senderan bangku taman tersebut. Seakan kembali ke masa lalu, semua ingatan kembali berputar dalam benaknya. Membuat seutas senyuman tipis terukir di wajah tegasnya itu.
Meski usianya sudah hampir memasuki 50 tahun, namun parasnya tetaplah tampan dengan tubuh yang gagah tegap. Membuat orang lain akan sulit menerka dengan benar usianya.
Senyumnya memudar saat ingatan terakhir berputar ditambah tangannya yang terasa mendingin dan gemetar. Dengan tubuh yang mulai tak seimbang, dia segera duduk di bangku tersebut. Membungkuk dengan tangan berpangku menutupi wajah. Sedetik kemudian, tangisnya pecah.
Tangis sendu kesepian, kesedihan, penyesalan dan kehancuran hingga bagi siapapun yang mendengarnya akan bisa merasakannya. Sayangnya, tak seorangpun disana yang akan mendengar. Mengingat jam sudah menunjukkan hampir tengah malam dan musim sudah akan berganti ke musim dingin.
"Bisakah kau kembali dan izinkan aku menebus semua kesalahanku..."
"Paman baik-baik saja?"
Suara itu membuat Jaehyun langsung terdiam dan mengangkat wajahnya. Dihadapannya, nampak seorang gadis dengan seragam sekolah tingkat SMA dengan tas menatapnya bingung. Tapi bukan itu yang membuat Jaehyun kaget setengah mati. Namun wajahnya yang nampak tak asing lagi baginya.
"Jisu?!"
Gadis itu nampak kaget dengan mata membulat bingung mendengar panggilan Jaehyun. Bahkan pria itu sudah berdiri tegak dan membuat gadis itu harus sedikit mundur dan menengadah.
Melihat Jaehyun yang nampak sangat kaget, senang, namun juga bingung. Tentu saja bingung. Jisu yang dikenalnya dengan pakaian seragam SMA?
"Siapa? Saya?” tanya gadis itu bingung sambil menunjuk dirinya sendiri. Sungguh, ia nampak sangat menggemaskan. Masih sangat sama seperti apa yang Jaehyun ingat dulu.
"Saya bukan Jisu, Paman. Nama saya,Lia...bukan Jisu..." Tolak gadis yang mengenalkan diri secara tidak langsung sebagai Lia itu sambil menunjukkan gestur dengan tangannya.
Hal itu tentu saja membuat Jaehyun sekarang yang kaget. Memang aneh, jika orang yang dia pikirkan adalah orang yang berdiri didepannya itu. Mengingat usia Jisu seharusnya tak beda jauh dengannya. Sedangkan orang di depannya jelas sekali masih nampak berusia muda.
Terdiam memikirkan apa yang sebenarnya terjadi, Jaehyun baru tersadar saat gadis itu menyodorkan sebatang coklat padanya membuatnya tersentak dari lamunannya. Menatap coklat di tangan gadis itu lalu beralih ke wajah Lia yang nampak tersenyum manis.
"Sesuatu yang manis bisa membuat mood kita lebih baik. Saya cuma punya coklat. Jadi... Untuk Paman saja..." Ucapnya yang masih tak bisa membuat mulut Jaehyun terbuka. Pikirannya masih berkecamuk antara memikirkan apa yang dilihatnya kini nyata atau tidak.
Namun entah mengapa, tangannya terangkat dan menerima coklat tersebut masih dengan mata yang tak berpaling dari gadis tersebut. Gadis dengan wajah yang sekilas nampak sama persis dengan Jisu. Tapi, ada sedikit perbedaan jika ditelisik ya lagi.
Dimple di pipinya, dan warna mata yang berbeda. Yap! Itu bukan mata Jisu. Dia masih ingat betul semuanya.
Setelah coklatnya beralih tangan, gadis itu tersenyum membungkuk.
"Semoga coklat itu membantu. Lebih baik Paman pulang. Ini sudah lewat tengah malam. Saya permisi dulu..." Ucapnya hendak pergi namun segera saja Jaehyun menahannya dengan meraih bahu gadis itu membuatnya menoleh lagi dengan tatapan bingung polos yang menggemaskan.
"Ada apa Paman?"
"K-kau... Kau kenapa disini jam segini?" Tanyanya ragu yang lagi-lagi mendapat senyuman dari gadis itu.
"Tak apa. Aku hanya...ingin? Aku akan pergi sekarang..."
"Terimakasih..." Lirih Jaehyun tulus dengan senyumannya yang dijawab anggukan oleh gadis tersebut.
"Sama-sama Paman..."
Gadis bernama Lia itu langsung berjalan pergi membawa tatapan Jaehyun yang tak lepas darinya. Hingga bayangnya hilang seakan ditelan gelapnya ujung taman yang tak tersinar cahaya sama sekali. Setelahnya, Jaehyun beralih menatap coklat di tangannya itu.
Bukan coklat merk terkenal. Itu coklat batang yang logonya pernah dia lihat di suatu tempat. Tapi entah dimana. Dia tak ingat.
Senyumnya kembali terbit mengingat wajah gadis bernama Lia itu. Entah kenapa tubuhnya yang sejak tadi dingin karena menangis, tanpa sadar menjadi hangat setelah melihatnya. Membawa aura yang ia rindukan, namun jelas bisa dia katakan itu bukanlah orang yang sama.
Tapi ...
"Kenapa dia masih menggunakan seragam sekolah?"
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
lost [✓]
FanfictionJust short story'... Seperti pendeknya waktu pertemuan dan perpisahan yang tak pernah bisa di duga dalam hidup mereka...