5

156 15 1
                                    

Jam menunjukkan pukul 11 malam dan mobil Jaehyun berhenti karena lampu lalu lintas yang menyala merah. Jalanan memang sudah cukup sepi, tapi bukan artinya dia bisa menerobos begitu saja,kan?





Jaehyun menoleh pada spion mobil dan menatap pantulan dirinya sendiri. Masih cukup rapi. Meskipun otaknya sangat berantakan karena berkas-berkas sialan di mejanya tadi.


Pandangannya kembali beralih menatap lurus dengan tangan siap di stir mobil. Sayangnya, dari sudut matanya kembali dia bisa melihat samar gadis yang sama tengah duduk di bangku taman yang sama membuatnya mengerutkan alis heran. Bangku itu memang tak terletak di sisi taman. Cukup di tengah, namun masih ada celah untuk melihatnya.





Jaehyun kembali memastikan jam saat itu dan nyatanya itu sudah mendekati jam setengah 12. Sedangkan gadis berseragam itu dengan tenangnya duduk disana seakan masih menunggu sesuatu.









"Siapa yang dia tunggu?"









Jaehyun segera menjalankan mobilnya setelah lampu hijau menyala lalu mencari tempat parkir terdekat. Turun dari mobil dan segera menuju tempat Lia berada.




Benar saja, gadis itu masih disana dan menoleh saat Jaehyun melangkah mendekat. Senyumnya mengembang dan ia segera bangkit dari duduknya.







"Paman datang?"



Jaehyun tak bisa tak tersenyum menanggapi pertanyaan gadis belia itu.



"Apa yang kau lakukan disini? Kau tahu ini hampir tengah malam?"









"Hhmmm...!!" Jawab Lia mengangguk yakin penuh semangat yang malah terlihat lucu hingga membuat kekehan pelan dari Jaehyun.



"Aku hanya menunggu..."




"Apa yang kau tunggu?" Tanya Jaehyun sambil mengusap kepala gadis itu. Jangan tanya mengapa. Dia sendiri tak tahu. Yang dia tahu hanyalah itu yang ingin dia lakukan.




Gadis itu menoleh pada Jaehyun lalu tersenyum lebar hingga matanya sipit melengkung dan dimplenya terlihat. Sungguh, itu terasa seperti pemandangan terindah bagi Jaehyun.





"Rasanya seperti menemukan sesuatu yang hilang"











"Aku pulang dulu,Paman. Paman pulanglah, ini sudah malam..."





"Dimana rumahmu? Biar Paman antar—"




"Tak perlu, Paman. Rumahku di dekat sini..." Tolak Lia masih dengan senyumnya.





"Dekat sini?"






Jaehyun mengerutkan alisnya dan menoleh ke arah dimana dia ingat Lia mengarah pergi beberapa hari yang lalu.









"Hhmmm... Pertigaan setelah gedung di depan ke kanan. Gedung ke dua, lantai 4 nomor 127 disana..."




Jaehyun hanya bisa mengangguk mendengar penjelasan Lia. Dia tak tahu sebenarnya lingkungan disana mengingat dia jarang memperhatikan sekitar.



"Kau yakin tak mau Paman antar? Ini sudah malam..." Tawar Jaehyun lagi khawatir.





"Tidak perlu, Paman. Aku sudah biasa. Tapi mungkin lain kali Paman mau menjengukku kesana..."



Jaehyun kembali tersenyum dan mengusap pelan pucuk kepala gadis itu.



"Tentu saja. Jika Paman ada waktu, Paman akan datang ke rumahmu. Sekarang pulanglah..."



"Oke Paman! Paman hati-hati mengemudinya, ya! Titip salam untuk istri dan anak paman...!" Ucap Lia sambil melangkah pergi dan melambai yang juga dibalas Jaehyun.



Gerakan tangannya melambat lalu terhenti ketika bayang gadis itu menghilang lagi dibalik gelapnya malam. Bersamaan dengan rasa hangat yang tanpa sadar dirasakannya ketika berhadapan dengan Lia yang kini juga menghilang.




Tanpa sengaja, dia menoleh ke arah bangku yang tadi diduduki gadis itu lalu melihat sebatang coklat yang sama seperti yang ia pernah terima dari Lia. Apa gadis itu lupa dengan coklatnya?







Jaehyun mengambil coklat itu dan memperhatikannya lagi. Ya, itu memang coklat yang sama. Kenapa gadis itu selalu saja membawa coklat? Dan seragamnya. Dia sampai lupa bertanya kenapa gadis itu tak mengganti seragamnya juga.





"Lain kali jika aku menemukannya lagi, akan aku marahi dia..."























.
.
.



















lost [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang