6

145 16 0
                                    

"Jaemin... Apa kau tidak sa—"




Ucapan Jaehyun terhenti ketika melihat isi kamar putranya itu. Ah, sudah lama dia tak memasuki kamar Jaemin. Selain karena kesibukannya, Jaemin juga biasanya enggan membiarkan orang lain masuk ke kamarnya. Bahkan pelayan sekalipun.

Kamarnya tak berantakan, rapi sekali malah. Jaehyun cukup kagum sekaligus heran dengan putranya itu. Jaemin masih nampak rajin dan suka membaca buku. Tapi kenapa putranya itu enggan sekali datang ke kampus?


Langkahnya berlanjut, mendekat pada meja belajar Jaemin. Meja yang baru Jaehyun tahu dipenuhi oleh buku-buku yang melenceng dari jurusan putranya itu. Seingatnya, Jaemin berada di jurusan bisnis internasional. Tapi buku yang ada di meja itu semuanya mengenai ilmu kedokteran.



"Apa ini yang membuatnya enggan kuliah? Dia ada di jurusan yang tak dia minati?"




Matanya kembali beralih atensi pada sesuatu yang tak asing di ingatannya. Sebuah rak makanan berisi beberapa snack dan coklat. Coklat yang sama dengan yang Lia berikan padanya.







Astaga... Dia baru ingat Jaemin dulu sering membawa coklat yang sama setiap pulang sekolah yang katanya dari ibu temannya. Pantas saja logo coklat itu tak asing baginya. Jadi putranya itu masih gemar makan dark coklat?


Dia merasa bodoh sekali sekarang yang sama sekali tak bisa mengenali putranya.






Suara pintu terbuka membuat Jaehyun menoleh dan tatapannya bertemu dengan tatapan dingin Jaemin. Pemuda itu baru selesai mandi dan bahkan hanya menutupi bagian pinggang kebawahnya dengan handuk. Rambut hitamnya yang agak panjang masih basah hingga meneteskan air.


"Untuk apa papa di kamarku?"



Jaehyun kaget dan mengingat kembali alasannya masuk kedalam kamar putranya.


"Kau belum ada di meja makan padahal jam sarapan sudah lewat..."


"Aku masih di skorsing. Jadi aku tak harus sarapan pagi-pagi sekali..." Jawabnya santai lalu berjalan menuju walk in closet nya.



"Kau mau ke tempat Jeno lagi?"



"Hhmmm..." Jawab Jaemin sekenanya sambil memakai bajunya.



"Kau bukan bersama Jeno,kan?"



Jaemin menghentikan pergerakannya guna mendengarkan ucapan papanya itu.








"Kau selalu berada di rumah sakit..."


"Papa memata-mataiku?!" Tanya Jaemin kesal sambil berbalik menghadap Jaehyun.

"Papa hanya penasaran kemana kau pergi setiap hari dan—"



"Dan papa seharusnya tak melakukan itu! Ini urusan pribadiku! Bisakah kalian berhenti mencoba mencampurinya?" Tanya Jaemin kesal yang cukup membuat Jaehyun kaget. Ini pertama kalinya dia melihat Jaemin semarah itu. Hanya karena hal kecil yang bahkan rasanya tak seharusnya membuat Jaemin sangat marah.





"Jae—"





Jaemin menarik nafas panjang dengan mata terpejam berusaha mengatur emosinya. Sungguh, dia benci penguntit. Apalagi menguntitnya setiap hari dan mengetahui semua aktivitasnya. Dia benci orang-orang seperti itu. Ini bukan yang pertama dia alami. Bukan dari keluarganya, tapi dari penggemarnya di sekolahnya dulu. Dan dia benci itu.









"Papa sekarang keluar dari kamarku..." Ucapnya pelan dan setenang mungkin. Tak mau sampai membentak papanya lagi.







Jaehyun menghela nafas pasrah. Dia juga tak mau sampai Jaemin membencinya karena hal kecil saja. Cukup Jaemin kucing-kucingan dengan Rose saja. Kucing yang mencakar maksudnya. Jangan sampai dia juga harus berjarak dengan putranya itu.




lost [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang