~Setiap orang memiliki takdirnya sendiri: satu-satunya keharusan adalah mengikutinya, menerimanya, ke mana pun ia membawanya~
Aku, Kamu, dan Merpati
Udara dingin mulai menggerogoti kulit seorang remaja laki-laki yang kini sedang sibuk membantu Ibunya. Setiap hari ia harus bangun subuh-subuh untuk membantu Ibunya memanen sayur-sayuran di kebun yang ada di belakang rumahnya. Setelah selesai, ia dan Ibunya pergi ke pasar untuk menjual sayuran yang telah mereka panen. Mereka pergi ke pasar menggunakan sepeda dan menempuh jarak sejauh 2 km.
Remaja laki-laki itu pergi ke pasar dengan menggunakan seragam sekolah lengkap dengan tas yang ada di bahunya.
Setibanya di pasar, remaja laki-laki itu akan membantu Ibunya menjual sayuran. Tapi sayangnya, ia tidak bisa membantu lebih lama dikarenakan ia harus pergi ke sekolah. Saat sinar mentari mulai muncul, remaja laki-laki itu akan segera pergi ke sekolah yang berjarak 1 km dari pasar.
Ia mengayuh sepedanya tanpa kenal lelah, meskipun bulir-bulir keringat mulai membasahi tubuhnya. Baginya hal ini adalah hal biasa, ia tidak pernah mengeluh bahkan sampai menyerah pun ia tidak pernah.
Ia terlihat sangat menikmati kehidupannya itu. Disaat remaja lain seusianya menghabiskan waktunya untuk bermain dan berkumpul bersama teman-temannya, ia justru sibuk dengan belajar dan bekerja.
Setiap hari ia menghabiskan waktunya untuk belajar dan bekerja tanpa henti. Ia tidak bisa membuang-buang waktunya hanya untuk bersenang-senang. Ia sadar bahwa ia terlahir dalam keluarga yang tidak mampu dan mengharuskannya untuk bekerja lebih keras.
Tapi setidaknya keberuntungan masih memihaknya, ia menjadi juara kelas sejak kelas 1 SD sampai kelas 9 SMP. Ia benar-benar membagi waktunya hanya untuk belajar dan bekerja. Ia juga mendapat keuntungan dari juara kelas yang ia peroleh. Setidaknya ia tidak perlu membeli buku dan pulpen setiap tahunnya, karena itu telah ia dapatkan sebagai hadiah dari juara kelasnya.
Setelah mengayuh sepedanya sejauh 1 km, ia diberhenti di sebuah gedung sekolah, SMA Nusa Sandhyakala. Ini hari pertamanya masuk sekolah sebagai siswa SMA. Tentu ia merasa sedikit gugup, ditambah banyaknya remaja-remaja lain yang menaiki kendaraan mewah di depannya.
Tidak ada rasa iri dihatinya, ia seolah-olah menutup matanya dari semua hal itu. Lagipula ia sudah terbiasa hidup dalam kesederhanaan.
Ia berjalan memasuki gedung sekolah itu. Sendiri, ia berjalan sendiri tanpa ada seorangpun di sebelahnya. Sedangkan siswa yang lain, mereka terlihat berjalan bersama teman mereka masing-masing.
Remaja laki-laki itu sudah terbiasa tanpa seorang teman. Menurutnya tidak ada yang ingin berteman dengan orang miskin sepertinya. Ia selalu menyendiri jika berada di tempat umum. Itulah kehidupan yang harus di jalani Sandhya Jumantara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku, Kamu, dan Merpati
Novela Juvenil[𝐇𝐀𝐑𝐆𝐀𝐈 𝐏𝐄𝐍𝐔𝐋𝐈𝐒 𝐃𝐄𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐄𝐑𝐈 𝐕𝐎𝐓𝐄 𝐃𝐈𝐒𝐄𝐓𝐈𝐀𝐏 𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑] ~𝖂𝖆𝖏𝖎𝖇 𝕱𝖔𝖑𝖑𝖔𝖜 𝕾𝖊𝖇𝖊𝖑𝖚𝖒 𝕸𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆~ Seorang laki-laki bernama Sandhya Jumantara, dia adalah laki-laki pendiam yang selalu menghabi...