aku ga minta wajib buat vote sama komen, tapi kalau kalian meninggalkan jejak, aku akan sangat senang, dan merasa dihargai!🥰
━━━━━━━━ ✧
Tak ada yang lebih ditunggu dari tahun ajaran baru, setiap detiknya kian berasa ketika bulan Juli telah datang tahun ini, membongkar jadwal liburan yang telah habis dan waktunya membuka lembaran baru dengan jejak kaki yang menapak dengan riang.
Tahun ajaran baru di bulan Juli ini harus di temani dengan rintik hujan yang merambah ke jalanan, langit abu-abu dan kabut yang mengaburkan jarak pandang menemani pagi hari yang dingin ini.
Lunar memandang dari balik kaca, rintik hujan yang turun dengan deras menimbulkan bunyi gaduh di atap mobil yang dikendarainya.
Lagu walking back home dari Vira Talisa mengalun merdu dari sound yang papa nyalakan, papa memang selalu tahu lagu-lagu zaman sekarang, tidak pernah ketinggalan style. Umur boleh sudah 54 tapi jiwa muda papa akan terus bergelora.
"Nduk, coba lihat ke depan, masa ada yang naik sepeda hujan-hujan begini."
Gemersik dedaunan ketika tetes hujan membasahi, angin kencang membuat rintik hujan bergelung-gelung di luar sana. Netra hazel milik Lunar menatap ke depan, Papa tidak berbohong di depan sana memang ada sesosok orang yang mengayuh sepeda dengan dibalut mantel plastik berwarna biru terang, tengah menerjang hujan yang kian lebat.
"Papa samperin aja ya." Papa menginjak pedal, menjejari sosok yang berada di bawah guyuran hujan itu.
Daksa yang tengah mengayuh sepeda itu tidak memakai alas kaki, celana abu-abu yang dia kenakan juga telah basah sempurna, terkena cipratan air hujan.
"Dek, berhenti sebentar."
Di bawah guyuran hujan dia berhenti, suara Papa yang mengalun menghentikan kayuhan sepeda nya.
"Kamu mau ke sekolah? SMAN 2? Ayo berangkat bareng kami aja Le, kamu kehujanan gitu kok." Papa menawarkan, dia membenarkan letak kacamatanya yang melorot dan sedikit mengelapnya, padahal itu tidak berguna kacamatanya telah basah oleh air hujan.
"Mboten pak, maturnuwun. Saya bisa berangkat sendiri, sekolahnya sudah dekat." Dia menyuguhkan kurva, Lunar tertegun dalam diamnya.
"Loh le, ayo bareng kita aja, jangan begitu nanti kamu sakit loh." Papa masih kekeuh untuk mengajak laki-laki bermantel biru terang itu untuk berangkat bersama.
Sekali lagi laki-laki yang berseragam sama dengan Lunar itu menggeleng pelan. Ia kembali tersenyum di antara belah bibirnya yang telah pucat pasi. Papa hendak berkata lagi tetapi pemuda itu seperti hendak pergi dengan terburu.
"Terimakasih sudah menawarkan bantuan, mari pak." Kaki tanpa alas yang telah basah oleh air hujan itu kembali mengayuhkan pedal sepeda. Mulai melawan arus air hujan yang deras.
KAMU SEDANG MEMBACA
our eighteen stories
Teen FictionNadhyaksa, walaupun dengan segala keterbatasannya, ia tumbuh menjadi sosok pemuda yang tabah dan memiliki kesabaran yang luas, walaupun terkadang masih sempat mengeluh, dan bertanya-tanya tentang nasib hidupnya, tapi itu wajar kan sebagai kodrat man...