20

3.5K 274 12
                                    

Brak..

"BAJINGAN!! BERANINYA KAU MENIPU KAMI SELAMA BERTAHUN-TAHUN TAHUN SIALAN!!! "

Rui menendang tubuh Devan yang sudah terdapat banyak luka karena cambukan yang Hana berikan tadi pagi. Rui marah saat tahu kebusukan Devan pada keluarganya.

Tadi pagi, salah seorang tak di kenal mengirimkan nya video dan foto kebohongan yang Devan lakukan, dan beberapa foto berkas yang merupakan kontrak hubungan milik Devan dan keluarga Alexander.

Hana yang pertama kali mengetahuinya langsung menyeret Devan ke ruang bawah tanah dan menyiksanya di sana.

"Maaf bang hiks... Devan terpaksa hiks hentikan bang sakit... "

"BRENGSEK!! JANGAN PANGGIL SAYA ABANG SIALAN!! KAU BUKAN ADIKKU SIALAN!!! "

Rui menghajar Devan membagi buta sebelum akhirnya dia keluar dari ruang bawah tanah dan membiarkan Devan yang terkapar tak berdaya.

Rui sampai di ruang tengah, di sana ada daddy nya yang sudah terlihat rapih dengan setelan jas nya. Rui mendekat lalu duduk di samping Felix.

"Dad, mau kemana? Ini sudah sore, tidak mungkin kan daddy berangkat kerja? Oh iya, satu lagi, kenapa daddy diam saja? Kenapa Devan tidak daddy siksa? "

"Kalian berdua sudah menyiksanya, lagi pula daddy akan menjenguk rekan kerja daddy. Kalian berdua mau ikut atau tidak"

"Haruskah kami ikut? Untuk apa? "

"Ada hal menarik di sana, apa kalian yakin tak ingin ikut? "

"Hal menarik? Ya sudah Rui ikut"

"Hana juga dad, bosen di rumah"

"Baiklah, kalian bersiap, sebentar lagi kita berangkat."

Rui dan Hana mengangguk lalu mereka pergi ke kamar masing masing untuk mengganti pakaian mereka.

.
.
.

Karl berlari di Koridor rumah sakit, dia menarik tangan Liam guna menyamakan langkahnya.

"ABANG HUWEE HIKS ABANG GAPAPA KAN? Hiks, ada yang luka engga? Ada yang sakit? "

Ares tersenyum kikuk dengan tingkah Karl sekarang. Sementara Liam menatap tak suka pada tiga orang yang tengah duduk di sofa yang sayangnya mereka adalah keluarganya.

"Res, lo udah gapapa kan? Atau lo masih butuh waktu buat sendiri? Kalo iya gue bakal usir tu orang"

Ares melirik ke arah Liam kemudian melirik Felix dan kedua anaknya yang sekarang juga tengah memperhatikan dia. Ares memberi gestur agar Liam mendekat guna membantu Karl untuk naik ke brankarnya.

"Al sendiri gimana hm? Kemarin udah cek up belum? Awas aja nih ya kalau Al ga cek up, nanti abang hukum loh"

"Ish abang mah, jangan la main hukum. Lagian kemarin Al cek up kok, tuh tanya aja sama bang Liam, bang Liam yang nemenin Al iya kan bang? "

"Iya, gue kok yang nemenin. Res, kita bisa bicara berdua doang gak? Gue males anjir liat tu orang"

Liam berbisik, namun bisikannya masih bisa terdengar jelas oleh Felix dan kedua anaknya. Ares tersenyum lalu menggeplak kepala Liam cukup kerah hingga kepala Liam terjerembab ke perut Karl.

"Akh sakit bangke"

"Jaga bicara mu Liam atau aku akan menempatkanmu berdua saja dengan Daniel"

Liam mundur selangkah saat mendengar nama Daniel. Dia memeluk tubuhnya sendiri karena bulu kuduknya tiba tiba saja berdiri.

"Oi lo gila ya? Mana mau gue berduaan sama tu dokter sikopet, lo aja sono gue mah ogah ya"

Ares tertawa renyah, dia menyuruh Liam kembali mendekat, namun Liam justru makin menjauh. Sementara itu Rui yang tiba tiba merasakan panas di dadanya berdehem cukup keras hingga perhatian tertuju padanya.

Little Father | End √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang