Malam ini suasananya begitu damai. rembulan yang indah, di tambah lagi dengan gemerlapnya bintang-bintang. semilir angin yang berhembus, menerpa wajah lucu Galvin.
Posisi Galvin sekarang ini sedang berada di balkon kamarnya. menikmati keindahan malam. "Bosen banget gue di sini terus. gue pengen kehidupan gue yang dulu. bebas"
Sudah seminggu tinggal di mansion keluarga Alvarendra, Galvin hanya di kurung di dalam mansion. dia tidak boleh keluar dari mansion. membuat nya merasa sangat bosan. ia jadi merindukan kehidupan dulu nya yang bebas. walaupun setiap hari selalu di pukul oleh Satrio. tapi setidaknya, cowok itu bisa tawuran, balapan, dan pergi kemanapun yang ia mau.
"Boy? kau belum tidur?"
Suara Adelard mampu membuyarkan lamunan anak itu. Galvin menoleh ke Daddy nya. dia menatap Adelard yang ingin melangkah ke arah nya.
Adelard menyamakan tinggi nya dengan tinggi putra bungsunya. "Kenapa kau belum tidur boy? ini sudah hampir jam 10 lewat. bayi seperti mu tidak boleh tidur lewat jam 10" ujar Adelard dengan lembut seraya mengelus rambut Galvin.
Galvin mendengus kesal mendengar kata 'bayi' yang ditujukan pada dirinya. sudah berapa kali dia bilang ke Daddy nya kalo dia itu bukan seorang bayi atau anak kecil lagi. dia itu sudah dewasa, kata Galvin waktu itu.
"Daddy, harus berapa kali sih Galvin bilang kalo Galvin ini bukan bayi atau anak kecil lagi. Galvin itu udah dewasa, ya! Galvin gak suka tau di panggil bayi atau anak kecil lagi" kesal anak itu menggembungkan pipinya. membuat wajah Galvin terlihat tambah imut dan lucu.
Adelard terkekeh kecil mendengar ucapan Galvin. kedua tangannya tak kuasa untuk tidak mencubit pipi gembul anak itu. "Haha kau terlihat sangat lucu jika sedang seperti ini boy. kau memang bayi!" celetuknya.
"Daddy! dewasa! bukan bayi!"
Adelard mengangguk ketika melihat wajah putra nya yang mulai emosi. "Baiklah. kalau begitu, dewasa. kalau kau bukan anak bayi lagi, itu artinya Daddy akan membuang semua cemilan yang ada di laci sekarang. karena orang dewasa sudah tidak makan cemilan anak bayi ataupun susu kotak. benarkan? baiklah, aku akan menyuruh Delon untuk membuangnya sekarang" goda Adelard berpura-pura menghubungi Delon.
Mendengar itu kedua mata Galvin melotot. "Daddy, jangan di buang! ihh itu kan punya Galvin!" protes anak itu.
"Katanya kau sudah dewasa, boy? jadi untuk apa cemilan itu kau makan. orang dewasa tidak memakan cemilan bayi"
"Daddy mah!! ihhh" rengek anak itu.
Adelard panik begitu melihat putra bungsunya menangis. padahal dia hanya bercanda saja ketika berkata seperti itu. tapi dia tak tau kalau bayi satunya ini begitu cengeng. benar-benar seperti bayi. entahlah, semenjak Galvin bertemu dengan keluarga kandung nya kembali dia menjadi anak yang cengeng dan manja.
Adelard langsung menggendong Galvin, dan tangan kanannya aktif mengelus punggung anak itu dengan teratur.
"Jangan menangis boy, Daddy hanya bercanda"
Galvin memukul punggung Adelard dengan tangan nya. air mata nya masih mengalir sampai sekarang. hingga air mata itu membasahi kedua pipi gembul nya. "Galvin gak suka hiks sama Daddy! Daddy jahat hiks!" isak anak itu.
Senyuman hangat terbit di wajah tampan pria itu. "Tapi bukankah kau ingin di panggil dewasa boy? kau tidak suka di panggil bayi. lalu untuk apa cemilan itu? dan berarti kau tidak perlu di manja lagi. benar?" goda Adelard lagi.
Mendengar itu menambah tangis Galvin semakin kencang. anak itu bahkan sampai memberontak untuk di turun kan dari gendongan Daddy nya. "Lepasin Galvin, Daddy! hiks! Galvin gak mau ngomong sama Daddy lagi hiks"

KAMU SEDANG MEMBACA
Galvin Malvelino ( S1 & S2 )
Ficção AdolescenteGalvin Malvelino adalah remaja berusia 15 tahun yang tidak pernah membayangkan kalau ternyata dia adalah anak bungsu dari keluarga mafia yang bermarga Alvarendra yang selama ini telah hilang dan di cari-cari oleh keluarganya. Galvin yang dasarnya me...