Teriknya matahari tidak menghanguskan semangat kedua tim untuk berebut mencetak skor. Sorak-sorai para pendukung menjadi backsound pertandingan sengit kedua tim yang terus kejar-mengejar angka untuk menentukan tim yang manakah yang berhasil membawa pulang kemenangan kali ini.
Semangat para pemain semakin berkobar kala waktu pertandingan sebentar lagi akan usai. Tim yang kali ini unggul semakin sengit merebut bola dari lawannya, tidak ingin terkejar. Dan ketika bola direbut, pemain bernomor punggung sepuluh dengan gesit membawa bola menuju keranjang lawan, hingga lompatannya didetik-detik terakhir membawa timnya sukses memenangkan pertandingan.
"Bahkan sampai akhir pertandingan lo nggak datang. Pembohong ulung!"
Kekecewaan tergambar jelas di wajahnya kendati ia berhasil mencetak skor, lagi. Kemenangannya seolah tidak berarti lagi sebab netra cokelat madunya tak kunjung menemukan presensi seseorang yang dinanti di antara banyaknya penonton yang hadir.
"Kali ini apalagi alasan lo?"
Headband yang sedari tadi bertengger di kepalanya, dibuang begitu saja. Rasanya muak. Terlalu kecewa membuatnya pergi begitu saja menghiraukan panggilan rekan se-timnya.
Di lobby menuju parkiran, langkahnya terhenti melihat seseorang tampak berlari terburu-buru dan sesekali membenarkan letak kacamatanya. Tanpa sadar kedua tangannya mengepal di kedua sisi tubuhnya.
"Bang ...."
Ia tak berkutik ketika remaja berkacamata itu berhenti beberapa langkah di depannya. Senyum yang remaja itu ulas membuatnya berdecih pelan, terlanjur kecewa.
"Maaf gue telat, Bang." Ada jeda, "Gimana pertandingannya?" Kemudian lanjut bertanya, masih dengan senyumnya.
"Minggir!"
"Bang?"
"Minggir gue bilang!" Ia membentak, tak lupa memberikan dorongan agar si kacamata tidak menghalangi jalannya.
Langkahnya ia bawa terburu-buru, terlalu muak mendengar seruan si remaja berkacamata.
"Bang Sam—"
Seruan itu terputus, kemudian disusul suara debuman antara tubuh dan ubin dingin yang berhasil menghentikan langkahnya untuk kedua kalinya.
"Kalau ini mimpi, tolong bangunin gue, siapapun itu."
"Kalian benar-benar nggak bisa pisah lama-lama, ya. Baru juga dua minggu, lo udah nyusul dia aja. Kalian jahat tau, nggak?"
Bersambung
Ditulis 28 Oktober 2023
Dipublish 29 Oktober 2023Prolog dulu.
Selamat menunggu part selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MUAK [Hiatus]
Novela JuvenilAwan tak pernah marah pada Tuhan atas kehidupannya saat ini. Awan hanya kecewa dengan kenyataan bahwa ia masih terlalu lemah untuk berjuang, kendati demikian ia tak ingin menyerah. Ada banyak kata yang sebenarnya ingin ia tuturkan, tapi memilih diam...