Enjoy! :)
.
.
.
Narendra mengangkat kepalanya yang semula tengah menunduk ketika mendengar suara ketukan pada pintu ruangan kerjanya. Sesaat Narendra menatap ke arah pintu ruangannya itu sebelum menyerukan. "Ya?"
Sosok Kino, sekretarisnya kemudian tampak membuka pintu dan memasuki ruangan. "Ada Pak Rasta dari Hardiyanta Corp, Pak."
"Oh," sahut Narendra. Ia langsung mengingat janji temunya dengan laki-laki muda yang baru dikenalnya sejak dua hari yang lalu itu. "Suruh masuk, No."
"Baik, Pak." Angguk Kino sebelum membalikkan badan dan meninggalkan ruangan.
Sesaat setelahnya Kino kembali memasuki ruangan dengan Rasta yang menyusul di belakangnya. Laki-laki bertubuh tinggi itu terlihat tidak datang seorang diri. Ada dua orang staff yang mengikutinya.
"Siang, Pak." Rasta menyapanya.
Narendra spontan mengangkat sebelah alisnya ketika mendengar panggilan yang tadi Rasta tujukan kepadanya. Namun ia memilih untuk acuh, tidak membahasnya lebih jauh.
"Siang," balas Narendra kemudian. Ia menutup berkas yang tadi sedang dibacanya dan bangkit berdiri. Narendra lalu berjalan untuk menuju ke arah sebuah sofa panjang yang ada diruangannya itu setelah memberikan kode kepada Rasta dan timnya untuk mengikuti gerakannya.
Tanpa banyak berbasa-basi, Narendra dan Rasta lalu terlibat ke dalam obrolan seputar bisnis. Rasta menerangkan secara rinci tentang rencana kerja sama yang akan ia tawarkan kepada MHW Grup. Narendra menyimak dengan cermat. Ia menelaah setiap perkataan Rasta sembari meneliti sosok laki-laki yang diakui disukai oleh putrinya itu. Rasta terlihat cerdas. Ia berbicara dengan penuh kepercayaan diri. Baru sekilas menilai Narendra sudah bisa menebak bahwa Rasta bertipikal gigih, laki-laki yang akan selalu berusaha untuk mendapatkan setiap kemauannya.
Setelah hampir satu jam berdiskusi, Narendra kemudian meminta waktu untuk berbicara berdua saja dengan Rasta. Dua orang staff yang datang bersama dengan Rasta lantas menatap bos mereka, seperti menunggu persetujuan. Saat melihat anggukan kepala dari Rasta, dua orang laki-laki berpakaian rapi itu langsung bergegas untuk terlebih dahulu meninggalkan ruangan.
"Plan yang kamu paparkan sudah cukup bagus." Ketika ruangan kerjanya itu akhirnya hanya berisikan dirinya dan Rasta, Narendra mengeluarkan komentar. "Meski masih ada beberapa hal yang harus didiskusikan kembali."
"Nanti kita bisa bahas semuanya secara lebih detail dijadwal meeting selanjutnya."
Rasta mengangguk. "Baik, Pak."
Kali ini Narendra menyanggah. "Kamu boleh panggil Om."
Rasta tersenyum. "Baik, Om."
Keduanya lalu tak bersuara. Narendra memanfaatkan hening yang ada untuk sejenak menyesap teh dari dalam cangkir yang terletak di hadapannya. Setelah menelan aliran air hangat yang terasa melegakan tenggorokannya, Narendra berucap. "Om baru tahu kalau kamu dan putri Om ternyata saling mengenal."
Pembahasan tentang Deia membuat Rasta spontan menegakkan punggung. Ia lebih menegapkan posisi duduk. "Iya, Om."
"Sudah lama?" Tanya Narendra.
"Belum, Om." Rasta menggeleng.
"Rencananya untuk berapa lama?"
Rasta langsung terdiam. Narendra dan satu pertanyaannya yang tanpa basa-basi. "Saya serius dengan Deia, Om." Rasta menjawab setelah ia berhasil menyingkirkan rasa terkejutnya. "Kalau hal itu yang mau Om tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tangled
ChickLitDeia Avisha Mahawirya punya hidup yang sempurna. Ia cantik, berbakat, dan berasal dari keluarga serba berkecukupan. Ayahnya adalah seorang direktur utama disebuah perusahaan ternama dan Ibunya adalah seorang artis terkenal pada masanya. Hidup Deia b...