.
.
.suara hentakan kaki menggema disebuah rumah kosong yang sudah lama tak pernah di tempati
brukh..
suara yang jatuh tepat di belakang pria berjas hitam, pria berkacamata itu menoleh kebelakang dengan sekilas tak berniat membantu anak nya yang jatuh “oh my gosh, tempat apaan ini. . berdebuh” kesal si pria remaja yang berdiri mengusap tangan nya dengan kasar karena debu didalam rumah
“ini rumah kamu” ucap sang ayah
“WHAT- haha come on! ayah aku ngga mungkin tinggal di rumah gubuk derita ini, tuh liat anak ayah yang ganteng ini tinggal disini”
“dafa, ngga usah lebay, kamu bukan princess sofia” ucap sang ayah dan melangkah masuk kedalam
‘apaansi orang gue cowo juga’
“ayah tu- apasih setan” kesal nya ketika tali sepatu nya hampir ia injek”pria yang bernama dafa itu pun berlari kecil mengejar sang ayah nya
. . .
dafa hanya diam melihat sekeliling rumah yang begitu besar, terlihat seperti rumah hantu yang tak di huni dan begitu sunyi tak ada barang apapun disana, bahkan ia bersumpah jika ada setan yang muncul menampakkan diri, dafa akan menjual rumah ini dan pergi dari sini
“ayah udah manggil cleaning service, mereka akan bersihin rumah ini dan mindahin barang-barang kamu kesini, dan ingat kamu nggak tinggal sendirian” ucap ayah membuat dirinya terkejut
tidak sendirian? jika tidak sendiri, siapa orang yang akan menemani nya? hantu? dafa dengan cepat mendekat ke arah ayah dan berdecih kesal lalu menatap lagi lagi dan lagi seisi ruangan didalam rumah
ting tong
suara bel berbunyi beberapa pegawai bersih cleaning service datang, dan membawa beberapa alat dan mobil box putih yang mengangkat barang-barang anak nya
Fariz Widjaya tersenyum ketika pegawai cleaning service datang, ia pun mempersilahkan mereka untuk masuk, dan beberapa dekor rumah
“buat sebagus mungkin, biar anak saya nyaman” ucap fariz kepada pegawai dekor rumah
“siap pak”
dafa hanya diam tak mengerti apa-apa, hanya terima jadi
“ayo nak, kita balik”
dafa membungkuk pamit lalu berlari kecil masuk kedalam mobil ayah. di dalam perjalanan dafa melirik- melirik ayah nya berkali-kali
“bilang aja, jangan kaya orang planga-plongo”
dafa menghembus nafas panjang “maksud ayah aku ngga tinggal sendirian itu—sama siapa?” tanya nya dengan pelan memastikan
fariz tersenyum singkat lalu menatap jalan dengan serius “ada salah satu anak temen ayah, dia tinggal jauh dia juga pengen sekolah disini.. ya sekalian ayah tawarin untuk tinggal sama kamu serumah, biar dia juga punya temen”
“jauh nya tu kaya gimana ayah”
“kamu bayangin aja, ayah malas jelasin” jawaban sang ayah membuat pak ridwan tertawa, pak ridwan sang supir yang sedang mengemudi
dafa menatap sinis pada ayah nya lalu berlari menatap pak ridwan “pak ridwan tau.. jauh nya tu kaya gimana?”
“saya juga ngga tau den”
dafa menyadarkan punggung nya di sofa mobil dengan kesal, ia melihat kedua tangan nya dan menatap ke arah kaca mobil “ayah sama pak ridwan sama aja”
melihat anak nya kesal, fariz tertawa kecil dan di ikuti oleh pak ridwan
. . . .
dunia terasa berbeda ketika sang ibunda tercinta meninggalkan mereka selamanya, sudah 5 tahun sang ibu telah tiada, dafa terdiam saat sampai di rumah nya
ia duduk di kamar sambil membuka foto album keluarga mereka “rasanya ngga asik bun, ayah sekarang sibuk, keluar negeri bahkan aku sendirian dirumah, ayah bahkan beli rumah baru buat aku” curhat nya, tetapi sekilas ia tersenyum “tapi aku seneng, ternyata ayah masih sayang sama aku, tapi...aku ngga tahu bisa nerima atau ngga, jika nanti ayah nikah lagi”
tok tok
“nak ayo makan”
suara terdengar di luar kamar dafa, dengan cepat dafa menutup buku album itu dan menyimpan nya di bawa laci kasur “iya yah” teriak nya dari dalam
dafa berlari kecil membuka pintu “ayo makan” dafa dan fariz turun dari tangga
setelah sampai ia pun duduk dan mereka berdua pun menikmati makan siang hanya berdua saja.
“ayah akan bawa bibi mina untuk temenin kamu juga”
dafa mengangkat kepalanya yang sedari tadi menunduk mengaduk makana “kenapa?”
“biar bi mina bisa bantuin kamu masak” jawab hariz dengan santai
dafa menaruh sendok di samping mangkuk yang berisi pasta keju “kalo ayah sibuk, aku jauh dari ayah..gimana?” jujur di dalam hati dafa yang paling dalam sebenarnya dia belum rela dan belum bisa untuk tinggal sendiri, tapi mau gimana lagi
fariz mengusap punggung tangan sang kasih yang telah bersamanya bertahun-tahun, merawat dan menjaga nya hingga besar.
“ayah bakal ada di sisi kamu daf, selama ayah jauh dari kamu, raga ayah bakal ada di sisi kamu”
seketika senyum manis mulai terpancar di wajah mungil dafa.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
my boy (chu)
Teen Fictiondua remaja yang di pertemuan untuk saling melengkapi satu sama lain.