O5

1.1K 126 23
                                    

Setelah camp trip waktu itu, Jovan dan Harsa jadi lebih deket. Ya emang, perilaku kucing ketemu anjing itu masih ada, dan mereka masih sering kelahi, tapi sekarang rasanya ada bedanya. Harsananta ngerasain banget dampaknya, gak tau sih kalo Jovandranya. Selain waktu mereka barengan, sisanya masih sama, gak berubah kayak biasanya.

Tapi, suatu hari, si Jovan pengen minggat dari rumah terus tinggal sendiri, dari keinginan Jovan itu, kedua ibu-ibu itu, punya ide buat biarin mereka tinggal bareng berdua. Alesannya, Jovan masih belum cukup umur buat tinggal sendirian, dan kebetulan aja kan sudah punya tunangan lebih gede dari dia, jadi ada yang bisa bantu kalo dia kenapa-kenapa. Yang, bagi Jovan gak masuk akal banget? Kek, dia bisa tinggal sendirian, dan dia yakin bonyok dia juga bakalan ngirimin pembantu juga ke tempat tinggal dia yang baru, tapi Jovan males bantah. Jadi dia iya-iya doang, awalnya mikir kalau Harsananta gak bakal setuju, ternyata, itu anak seneng keluar dari rumahnya sendiri. Jadilah, mereka beneran tinggal satu atap, satu kamar pula, karena lagi-lagi, petuah bunda-mama. Katanya, kalo gak tidur sekamar, gak jadi tinggal misahnya. Jadi, mau gak mau diiyain. Harsananta sendiri gak bisa nyabut balik kata-kata dia, pas tau harus sekamar sama Jovandra. Jadilah, setuju kalo mereka gak boleh ngelingkahin guling pembatas di tengah-tengah itu. Walaupun, pada akhirnya tiap pagi, Harsananta ada di pelukan Jovandra. Dua-duanya pura-pura gak tau, dan bertingkah seolah gak pernah ngelingkahin batas itu.

"Vandrasuu.. gue hari ini pulang lambaat yaa, ada acara sama temen." Jovandra mengangkat pandangannya dari layar laptop, dan menatap Harsananta yang rapi dan wangi ingin keluar, "Oke, pulang jam 9." Balasnya tegas, Harsananta cemberut, "Jam 11 laah, 9 apaan. Bayi juga belum bobo jam segitu, anjing."

"Yaudah jangan keluar." Balasnya lagi, sambil fokus ke layar laptopnya lagi. Harsananta menghentak-hentakkan kakinya marah.

"Iya, iya! Jam 9! Gue keluar sekarang! Gue bawa mobil! Rewel banget ditinggal main, emang lo biasanya gue gak ada ngapain sih?!" Dumel Harsananta, "Nungguin lo balik." Balas Jovandra datar, Harsananta terdiam dengan telinga yang merah, dan melempar salah satu sepatunya ke belakang kepala Jovandra.

"Boong asu, lo kalo gue ada di rumah aja sibuk sama kerjaan mulu." Ketika Jovandra menoleh dengan tatapan tajam, Harsananta sudah kabur dari rumah sambil membanting pintu. Jovandra mengelus belakang kepalanya yang kena lemparan sepatu, dan kembali memantau pasar saham hari ini. Memikirkan kata-kata Harsananta, ya ini adalah bulan ke tiga mereka tinggal bersama. Dan, bekerja dengan bebas di rumah adalah alasan utama Jovandra ingin keluar dari rumah. Dia malas mendengarkan petuah bundanya untuk bermain-main, atau ayahnya yang merecokkinya dengan banyak permainan atau model figur terbaru, hanya karena Jovandra senang mengoleksinya dulu. Kadang-kadang Jovandra mikir, orang tua dia tuh, masih terjebak sama dia waktu kecil, kah? Keknya mereka mikir kalo Jovandra tuh peterpan gitu loh.

Ya tapi, Jovandra lebih suka kerja gini daripada main? Tabungannya perbulan hasil kerja sendiri aja sudah bisa ngalahin uang jajan bulanannya 10 kali lipat, kenapa dia harus nyerah buat dapetin uang segini banyak? Toh, mereka juga yang jodohin Jovandra sama Harsananta, perlu banyak duit buat Jovandra menuhin kebutuhan tuh anak. Meskipun memang, dia juga dapet uang dari keluarga Harsananta sendiri, tapi gak seberapa. Karena keluarga Harsananta pengen Jovandra bantu ngendaliin Harsananta, tapi mereka salah, Jovandra bukan orang yang suka mengekang pengeluaran, selama dia mampu buat dapetin pemasukkan lebih dari yang bisa dikeluarkan.  Alhasil, Harsananta bahkan hidup jauh lebih nyaman setelah bareng sama Jovandra, dan uang bulanan Harsananta, Jovandra jadikan sebagai bibit tanam saham lain, dengan pengembalian lebih besar, intinya untung.

Setelah Harsananta tinggal sama Jovandra, kartunya diblokir sama keluarganya, dan dia pake kartu punya Jovandra, jadi Jovandra tau itu anak kemana aja, dan ngehabisin duit buat apa aja. Selama dia gak nyoba nyelingkuhin Jovandra, Jovandra gak keberatan uangnya bocor kayak air mengalir. Untungnya, Harsananta sendiri meskipun boros, anaknya gak macem macem juga. Paling ngedugem, sisanya pulang. Mabok gak berani, ngerokok juga enggak, jadi Jovandra nggak ketat banget juga larang ini itu. Toh dia juga laki-laki.

[ON-GOING] Jovandra & Harsananta | HwanharuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang