Wawancara

65 7 0
                                    

Fourth terlihat gemetar memasuki ruang sekretariat OSIS yang sudah dirancang untuk wawancara pemilihan anggota OSIS periode selanjutnya.

Sudah di hadapan dia ada lima anggota OSIS dan MPK; salah satunya ada Gemini sebagai ketua MPK.

Ini hari terakhir LDKO (Latihan Dasar Kepemimpinan OSIS) di mana peserta yang ikut adalah kelas 1 dan 2 yang berminat dalam organisasi ini.

“Nattawat Jirochtikul...” Captain membaca nama itu pada papan nama dari kertas karton yang dikalungkan pada Fourth.
“I-iya, kak.” jawabnya takut-takut.

“Duh, kok enggak tegas, sih, dek?” ucap Gemini.

“Iya kak!” Fourth kini berdiri tegap pada kelimanya yang duduk berjejer.

“Oke, langsung saja. Apa motivasimu ingin menjadi anggota OSIS?” tanya Gemini.

“Sa-saya ingin memajukan sekolah—”

“Memajukan sampai mana? Sampai ujung Asoke?” sergah Gemini.

“M-maksudnya membuat sekolah lebih baik—”

“Berarti sekolah ini sekarang tidak baik?” potong Gemini, “kamu niat menjadi anggota OSIS? Atau cuma ikut-ikutan?”

Fourth gugup, “Ni-niat, kak.”

“Yang tegas, dek!” Nada Gemini meninggi.

“Niat, kak!” ucap Fourth lantang.

“Kalau jawabnya ragu-ragu tadi, kami tidak meloloskanmu. Mau?”

“Tidak kak.”

“Ya sudah, jelaskan visi misimu ikut OSIS, kamu menginginkan di bagian apa di OSIS atau MPK dan beri alasan.”

Menghela napas lalu embuskan, Fourth sudah latihan sebelumnya. Rasa gugupnya sudah mulai memudar.

Berkali-kali ditanya, berkali-kali disergah, Fourth mencoba dengan lantangnya menjawab tanpa ragu. Ini impiannya. Semoga berhasil

Setelah diwawancara, Fourth keluar ruangan lalu hampir terhuyung karena rasanya sesak dalam ruangan. Bagaimana tidak, beberapa kali Gemini melontarkan pertanyaan terus.

Tapi sekarang Fourth sudah lega. Ia kini menuju ruang aula untuk berkumpul lagi dengan peserta yang lain.

----------

Acara LDKO resmi selesai, semua peserta diperbolehkan pulang. Panitia LDKO tetap di temoat untuk melaksanakan evaluasi.

Fourth berjalan menuju gerbang sekolah, lantas berhenti karena ada yang menarik lengannya. Ia menoleh.

Itu Gemini.

Ia mengatur napasnya sebentar karena tadi jalan cepat menghampiri Fourth. Lelaki ity melepaskan genggamannya.

“Natta, maaf kalau tadi aku terlalu keras padamu. Ini tuntutan. Maaf, ya.”

“Iya, enggak apa-apa, kak. Aku tahu.”

Gemini tersenyum, mengusap puncak kepala Fourth, “Kamu berhasil tadi menjawab dengan lantang. Pacarku hebat.”

Fourth tersenyum, “Terima kasih, kak. Aku latihan dulu soalnya, hehe.”

“Bisa tunggu sebentar, enggak? Aku mau antar kamu pulang.”

“Eh? Enggak perlu kak—”

“Natta.” Gemini menatap lekat pada kekasihnya. Kalau sudah begini artinya tidak mau mendengar penolakan.

“Iya, kak. Aku tunggu di mi ayam Paman Jim depan sekolah.”

“Oke. Aku enggak lama kok evaluasi sama panitia. Aku ke sana, ya. Dah..” Gemini sedikit melambaikan tangan.

Aksara Nada (GeminiFourth)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang