Dan Luka Itu Bernama Masa Lalu

6 1 0
                                    


Pagi yang dinanti, dibiarkan hilang tak berarti. Matahari redup, bulan pun bergantian menepuk; kisah yang tak sampai, harap yang tak pernah tercapai. Menyerah pada masa muda, tak percaya akan cinta menjadi satu-satunya hal yang paling masuk akal, kala itu. Menjelma menjadi sesuatu yang mutlak harus dipercaya—luka itu bernama masa lalu.

Tak mampu terhapuskan, bayangan hitam itu terus terbayang. Menghardik hati yang terlalu mudah di curi. Apapun alasannya, jatuh hati di saat ini tidak lagi mampu dibenarkan. Bukannya aku tak bisa, aku hanya dipaksa untuk tak ingin.

Cukup. Sudah.

Ini membuatku lelah.

Hanya menjadikan diri seakan susah.

Hidup dua puluh dua tahun dengan kisah cinta yang tak pernah bahagia, rupanya amat menyiksaku. Terpenjara dalam ruang sepi, yang tak seharusnya aku pertanggungjawabkan sendiri. Ada sebab, ada akibat. Lalu mengapa semuanya aku simpan sendirian? Dan mengapa luka itu mendatangiku terus-terusan?

Entah apa yang salah, aku hanya tak mengerti mengapa diriku selalu kalah. Menghilang tanpa perasaan, diduakan tanpa pemberitahuan, ditinggalkan tanpa penjelasan adalah hal-hal yang paling aku mengerti dari sebenarnya arti cinta. Mungkinkah seburuk itu? Atau aku hanya belum mampu menemukan wanita yang tepat tentang indahnya cinta itu? Akupun tak yakin. Sayangnya, semua yang hadir hanya sekedar mampir. Bermain-main sementara, tak pernah berniat untuk menjadi selamanya.

"Mari nikmati saja. Kita masih muda untuk terlalu jatuh akan pedihnya cinta." Ucap temanku kala itu.

Tak salah, tapi aku tak lagi sepenuhnya setuju. Aku menikmatinya. Aku menyukai rasa gugup dikala kami ditinggal berdua menikmati sejuknya hari. Aku mencintai rasa gemetar dikala tangan kami saling mengenggam sekaan dunia hanyalah milik kami berdua. Tapi, setelahnya? Tak pernah ada kabar baik. Tak pernah tercipta akhir yang indah. Lalu, bagaimana aku bisa menikmati ini? Di kala yang aku mengerti hanyalah sisi hitam dari indahnya cinta itu sendiri?

Ya. Benar. Kita masih muda. Sangat. Masih banyak pelajaran yang seharusnya kita ambil, masih banyak kisah yang nantinya kita lalui. Tapi salahkah bila ku menuntut bagian kisah bahagia yang belum benar-benar aku rasakan selama ini? Biarkan aku merasakannya, di masa muda yang takkan pernah aku lalui lagi.




----------------------------------------------

Kamu,

yang selalu aku tanyai

dalam hati,

adalah yang selalu aku rindui

----------------------------------------------

Kata Kamu: Edisi RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang