Hari kian membiru, langit begitu indah tertuju. Meratapinya penuh kegagalan pun tak pernah dilakukan. Terlalu indah, tak diinginkannya musnah. Pemandangan ini, langit ini, angin ini. Semuanya menyerbu, yang dengannya mampu menghapuskan segala mimpi kelabu.
Mencoba membiasakan apa yang tak pernah bisa menjadi biasa, selalu menjadi pelengkap kala ku selesai menghirup nafas. Tiada hari yang terasa amat istimewa, semuanya hilang kala kepercayaan ini mereka curi. Tidak ada yang bisa dipercaya akan cinta, rupanya ia hanyalah sekumpulan dusta.
Akupun lupa bagaimana cara yang benar untuk jatuh cinta, ketika mereka selalu saja memberikan akhir yang sama dan penuh luka. Menjadi tempat sementara sebelum akhirnya mereka temukan laki-laki yang mereka pikir akan jadi tempat semestanya. Begitu naif. Membiarkan aku terjatuh, dan dengan teganya mereka berikan tatapan acuh. Haruskah aku selalu menjadi tempat pemberhentian sementara sebelum mereka bertemu dengan kendaraan yang membawanya pulang?
Mencari arti bahagia, dikala yang terasa hanyalah sekumpulan duka.
Terasa hambar, tak pernah jelas semuanya terlihat samar.
Rasa yang hilang, ku harap suatu saat ia bisa kembali. Dengan percaya, yang diyakininya takkan hanya menjadi sementara. Meski sempat bahagia, Untuknya siapapun nanti yang datang lagi, aku hanya ingin menjadi tempat selamanya; menjadi dunianya, menjadi semestanya.
Bagai cerita yang tak kunjung usai, serupa namun tak sama. Langit terasa biru ketika siapapun mulai mendatangiku, dan akhirnya malam pun hadir sebelum tangannya berada digenggamanku.
Semua sama,
Usahaku nampak sia-sia.
Aku ingin mencari apa yang sempat hilang. Aku ingin sekali menemukan apa yang berhasil mereka curi. Tentang raga yang tak pernah percaya, tentang mimpi yang dibiarkannya terjatuh tak berdaya. Di samping semuanya, aku ingin mengembalikan rasa yang tak pernah selesai. Meski itu menyakitkan, aku "sempat" berpikir untuk merasakannya lagi. Entah apa alasannya, aku hanya mengerti bagaimana luka ini tak berhasil menghapuskan rasa percayanya.
Hari terlewati dengan penasaran yang tak juga pergi. Tentang kemungkinan rasa itu kembali dengan wanita yang bisa ku percaya sepenuhnya, yang bisa ku andalkan seutuhnya. Tak pernah berhasil, semua masih saja nampak sama. Teramat sia-sia rupanya mengharapkan seseorang berhasil menghapuskan seluruh luka ini sendirian. Mungkin, aku terlalu egois.
Namun, semuanya berbeda kala ia datang tepat dihadapan. Membawa senyuman yang tak juga mampu terjawabkan. Lalu, yang tersisa hanyalah sekumpulan tanya tentang mungkinkah hati ini akan jatuh lagi, tentang mungkinkah rasa ini bisa percaya lagi.
----------------------------------------------
Temuku dengannya malam itu,
Membuatku terdiam.
Hatiku bergumam,
Bahwa dalam tatapnya
Ada harapan, ada kebahagiaan.
----------------------------------------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Kata Kamu: Edisi Revisi
PuisiBagai kisah yang diinginkan usai, rasa ini selau hadir untukmu yang tak pernah seutuhnya sampai. Edisi Revisi.