"Rame banget sih. Mana banyakan ABG lagi di sini," gerutu Titan masih sambil menembus kerumunan, supaya ia bisa mengantre untuk membeli popcorn.
"Berasa kayak tante-tante di tengah lautan ABG ya," timpal Viana yang kemudian mengundang tawa Titan.
"Banget!"
Penggemar Arjuna memang kebanyakan para remaja perempuan hingga orang dewasa seperti Titan dan Viana. Tidak heran jadinya kalau XXI Epicentrum Walk itu dipenuhi oleh kaum hawa.
Saking ramainya, mereka sampai beberapa kali bersenggolan atau bahkan bertabrakan dengan banyak orang setiap kali mencoba melangkah. Titan banyak-banyak mengusap dadanya, mencoba bersabar dengan barbarnya orang-orang yang ada di sekitarnya.
"Akhirnya!" desah Viana saat melihat bahwa mereka sudah semakin dekat dengan counter untuk memesan popcorn dan minuman.
Viana mengencangkan cengkeramannya ke bahu Titan yang ia rangkul, sebagai upayanya untuk membawa Titan berjalan dengan lebih cepat. Karena ulah Viana, Titan jadi tersandung dengan kakinya sendiri hingga terhuyung ke depan dan menabrak punggung seseorang.
Duh!
"Duh, maaf," ucap Titan dengan buru-buru sebelum orang yang ia tabrak bisa saja langsung mengamuk. "Nggak sengaja, Om—Sadam?!"
Astaga, dari ratusan orang di bioskop yang sering dijadikan lokasi premiere film ini, kenapa sih Titan harus bertemu dengan Sadam?! Memangnya pertemuan menyebalkan mereka di Starbucks beberapa hari yang lalu belum cukup ya?
"Tiny Titan!" seru Sadam tanpa kenal tempat. Lelaki yang tadinya terlihat terkejut sekaligus seperti ingin mengomeli Titan, langsung mengubah raut wajahnya. "Gila, masa gue lo panggil om-om sih? Emang gue udah kayak om-om yang bisa jadi sugar daddy?"
"Sugar daddy pala lo peyang," balas Titan dengan ngegas, memancing tawa Sadam yang sepertinya selalu senang memancing emosi Titan setiap mereka bertemu.
"Wah, nggak nyangka ketemu lo di sini. Ngapain? Nonton bareng adek-adek gemes ya?"
"Kepo amat," sahut Titan jutek. "Lo kali yang ke sini nyari adek-adek gemes ya? Kasihan mereka kalau sampai kenal orang rese kayak lo."
"Titan?" tegur Viana di sampingnya dengan bingung dan sambil menatap Titan dan Sadam bolak-balik. "Ini... temen kamu?"
"Bukan!"
"Iya!"
Jawaban Titan dan Sadam yang diucapkan bersama-sama dan sangat kontras malah membuat Viana tertawa, juga seorang perempuan paruh baya yang dirangkul Sadam sejak tadi—yang baru disadari Titan kehadirannya.
Titan malas sekali kalau harus mengenalkan Viana dan Sadam. Ia hampir menyeret Viana untuk pergi ke counter yang ada di ujung sana, saat Viana malah dengan santainya menyodorkan tangan kepada Sadam.
"Halo, saya Viana, kakaknya Titan."
"Saya Sadam, dulu temen sekelas Titan pas di kampus." Sadam memamerkan senyum lebarnya, membuat Titan semakin malas karena laki-laki di hadapannya ini pasti sedang flirting dengan Viana.
Tanpa sengaja, tatapan Titan bertemu dengan perempuan di samping Sadam dan saat itulah ia sadar, bahwa perempuan itu tengah menatapnya dengan intens. Seperti seorang dosen yang tengah mengamati seorang mahasiswa mencurigakan di tengah-tengah ujian.
"Hari ini gue nggak lagi nyari adek-adek gemes kok, soalnya udah ada nyokap gue yang gemesin ini," kelakar Sadam dengan santai, seolah Titan tidak memusuhinya dan ingin menjaga jarak minimal sepuluh meter darinya. "Kenalin, ini nyokap gue. Ma, ini Titan dan Mbak Viana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sealed with a Kiss
RomanceTitania Ismawan selama ini hidup dengan dua identitas-sebagai 'Titan si Pegawai Kantoran Biasa' dan 'Kirei Wilona si Penulis Roman Dewasa Best-Seller'. Menjadi penulis roman dewasa bukan hal yang mudah untuknya, terlebih ketika ia dibesarkan sebaga...