Sadam Tarendra: Jeruk nipis, jeruk mandarin.
Sadam Tarendra: Hai, Manis, lagi ngapain?
Sadam Tarendra: Eh, ketikan gue udah sesuai KBBI kan?
Sadam Tarendra: Anjay, lo harusnya seneng nggak sih baca chat-an gue?
Sadam Tarendra: Typing gue kan ganteng, kalo menurut istilah anak Twitter.
Tiny Titan: GANTENG PALA LO.
Tiny Titan: Dasar jameeeeet!
Sadam Tarendra: HAHAHAHA. Lucu banget sih lo.
Tiny Titan: Lo chat gue lagi, sumpah gue bakal blokir nomor lo!!!
Sadam kembali membaca chat dari Titan dan tertawa hingga berguling-guling di ranjangnya. Sejak akhir pekan kemarin Sadam memiliki nomor Titan, ia sudah tidak sabar ingin mengusili perempuan itu seperti waktu mereka kuliah dulu.
Jadilah sejak Senin kemarin, kerjanya Sadam ya mengirim chat kepada perempuan itu. Kadang dibalas, kadang juga tidak.
Kalaupun dibalas, biasanya tidak lebih dari gerutuan, makian, hingga ancaman. Walau begitu, Sadam tetap melanjutkan hobi barunya.
Chat pertama setelah teleponnya di Senin pagi yang langsung diputus begitu saja setelah Sadam mengajak Titan sekadar hangout bareng adalah:
Sadam Tarendra: Eh, lo kalau perlu temen buat nyari inspirasi, bisa ajak gue, tahu!
Sadam Tarendra: Gue kan juga pengen tuh jadi muse buat novelis. Ciaaat, keren banget nggak sih?
Tiny Titan: Alay lo, njs.
Sadam Tarendra: Apaan tuh njs?
Tiny Titan: Najis.
Sadam Tarendra: Aduh, kamu menyakiti hati moengilku, Kak.
Setelah chat itu, Titan tidak membalas chat Sadam. Tadinya Sadam sudah mau mendiamkannya saja, membiarkan sisa hari itu berlalu begitu saja. Apalagi dirinya tiba-tiba jatuh sakit.
Tapi tangannya gatal sekali bahkan hanya selang satu jam setelah chat terakhirnya tidak dibalas Titan. Jadilah Sadam dengan kurang kerjaan (dan mungkin juga kurang ajar), terus mengirimi pesan kepada Titan.
Sadam Tarendra: Tan, babi kalau kawin sama ayam jadi apa?
Sadam Tarendra: Jadi 'bayam', Tan. Babi + Ayam!
Sadam Tarendra: Hahahaha.
Sadam Tarendra: Gue tahu kalau lo lagi ngakak. Makanya belum typing balesan buat gue kan?
Tiny Titan: Lo bohongin nyokap lo ya?
Sadam Tarendra: Hah? Bohongin apa?
Sadam Tarendra: Anjir, gue manusia, Tan, bukan bayam!
Tiny Titan: Nyokap lo bilang lo banyak kerjanya.
Tiny Titan: Tapi aslinya lo pengangguran kan. Ngaku lo?!
Tiny Titan: Cuma orang pengangguran yang spam chat nggak jelas kayak lo!
Yah, kira-kira seperti itulah pertukaran pesan antara Sadam dan Titan. Ya ampun, kadang-kadang Sadam sampai lupa kalau ia sudah terbaring sakit selama tiga hari karena asyiknya menjahili perempuan itu.
"Ya ampun, kamu tuh sakit apa ya sebenernya, Bang? Apa sakit jiwa?"
Teguran itu berhasil menghentikan tawa Sadam. Lelaki yang katanya sedang sakit tersebut langsung menegakkan tubuhnya dan hanya mengundang decakan Ela yang membawakan nampan berisi makanan untuknya.
"Ngetawain apa sih? Ketawa kamu kedengeran sampai luar." Ela rupanya masih penasaran.
"Chat temen Abang aja, Ma. Lucu orangnya," terang Sadam. "Whiii, enak nih makanannya."
Ela menyerahkan sebuah meja kecil kepada Sadam dan lelaki itu membuka meja tersebut, untuk kemudian ia gunakan sebagai tempat menaruh piringnya. Padahal Sadam sudah merasa cukup sehat untuk turun ke ruang makan, tapi ibunya bersikeras supaya Sadam makan di kamar dulu sampai benar-benar sembuh.
"Kamu tuh... bener-bener udah di ambang batas tahu, Bang," kata Ela lagi saat Sadam sudah mulai makan. "Sebulan nge-drop minimal dua kali itu apa namanya, Bang? Normal?"
Sadam meringis. Kalau sudah begini, ceramah ibunya tidak akan selesai dalam waktu lima menit.
"Udahlah, sekarang kamu pilih untuk ngehadap ke Papa dan Opa," titah Ela lagi. "Bisnis udah lumayan sukses kok masih takut buat berdiri di satu tempat gitu sih, Bang? Mau kamu jadi tengkorak hidup?"
"Ya, nggak mau, Ma...."
"Ya udah, kerja yang bener!" Ela tidak tahan untuk tidak menjewer telinga Sadam.
Sadam meringis sambil bergumam, "Iya, iya, ampun, Maaa!"
Sadam memang masih berdiri di dua kaki—di perusahaan keluarga dan LOKA Studio yang ia bangun dengan teman-temannya. Masih ada keraguan di hati lelaki itu. Apa ia benar-benar sanggup jika hanya bekerja untuk memajukan LOKA Studio?
Bagaimana kalau ternyata saat ia terjun sepenuhnya, LOKA Studio malah mengalami kemunduran?
Bagaimana kalau ternyata Sadam tidak mampu beradaptasi dan bekerja dengan baik?
Bagaimana kalau ternyata takdirnya ya jadi karyawan, bukan atasan yang punya pekerja di mana mereka menggantungkan hidupnya pada Sadam?
Ah, memikirkannya saja sudah membuat kepala Sadam kembali berdenyut. Masalah ini memang jadi semakin rumit setelah beberapa bulan belakangan ini, tubuh Sadam sering drop karena terlalu lelah bekerja.
"Work smart, bukan cuma work hard, Bang!" Ela akhirnya melepaskan jewerannya. "Opa dan Papa pasti ngerti sama keputusan kamu. Lagian studio kamu sekarang udah mulai profit kan? Jadi kenapa ragu buat terjun langsung?"
"Ya... namanya manusia, Ma, pasti ada aja ragunya," jawab Sadam sekenanya. Saat Ela kembali melotot, Sadam buru-buru menambahkan, "Iya, iya, nanti Sadam ngomong sama Opa dan Papa, sekalian diskusi juga baiknya gimana."
"Bagus." Ela akhirnya bernapas lega. "Kalau udah tahu mau fokus di mana, waktu kamu kan ada tuh nyisa dikitnya. Jadi bisalah dipakai buat cari pacar. Udah nggak ada alasan lagi ya kamu jomblo karena sibuk kerja!"
"Maaa!" Tanpa tahu malu dan tidak peduli berapa usianya saat ini, Sadam melotot selagi merajuk pada ibunya. "Apaan sih, Ma? Kok tiba-tiba ngomongin pacar?"
"Kan sibuknya kamu itu yang terus-terusan kamu pakai kalau Mama tanya soal pacar. Habis ini, nggak ada alasan lagi ya!"
"Aku mau pacaran sama cewek di anime aja deh, Ma," ceplos Sadam asal. "Gampang kan nyarinya dibanding cari cewek 3D."
"Enak aja!" Ela melotot dan perempuan paruh baya itu memukul lengan Sadam tanpa ragu. "Mama nggak ngebesarin kamu untuk jadi full time Wibu ya!"
***
Catatan Sara:
Wibu memiliki makna untuk orang-orang bukan asli Jepang yang terlalu terobsesi terhadap kebudayaan Jepang.
(Sumber: https://www.detik.com/jabar/berita/d-6223063/wibu-adalah-apa-itu-dan-ciri-cirinya)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sealed with a Kiss
RomanceTitania Ismawan selama ini hidup dengan dua identitas-sebagai 'Titan si Pegawai Kantoran Biasa' dan 'Kirei Wilona si Penulis Roman Dewasa Best-Seller'. Menjadi penulis roman dewasa bukan hal yang mudah untuknya, terlebih ketika ia dibesarkan sebaga...