Angin berhembus tenang dari arah pantai. Begitu juga dengan sekumpulan burung camar yang terbang kesana kemari mengepakkan kedua sayapnya melintasi setiap atap rumah yang mereka lewati. Sebentar lagi matahari akan tenggelam di ufuk barat sana. Perlahan langit mulai berubah menjadi jingga menghantarkan sang surya pada peraduannya.
Di sebuah rumah yang kecil nan sederhana, nampak seorang wanita sedang duduk manis di depan teras rumahnya, memerhatikan seorang anak lelaki yang berlari dengan riang di atas rumput hijau yang tumbuh di atas pekarangannya.
"Mama lihat! Mama lihat!" teriaknya dari jauh. Wanita itu lantas tersenyum kecil.
Sasaki (name) namanya. Dia adalah seorang single parent yang sudah membesarkan putranya sendirian selama lima tahun ini. Perannya menjadi ibu sekaligus seorang ayah bagi putra semata wayangnya membuat (name) harus bekerja ekstra untuk memberikan yang terbaik untuknya.
Sasaki Kazuki. Dia tumbuh menjadi anak lelaki yang sangat periang dan aktif. Walaupun hanya dibesarkan oleh seorang ibu tidak membuat Kazuki mengeluh atau protes karena ketidakhadiran sosok ayah.
Anak itu sudah mengerti di usianya yang masih belia. Terkadang ibunya sering menghindar ketika ia bertanya siapa dan dimana ayah kandungnya. Bahkan terkadang ibunya tiba-tiba berubah murung ketika Kazuki bertanya tentang ayahnya.
Sejak saat itu Kazuki berusaha untuk tidak bertanya dan membahas hal yang dirasa sensitif untuk sang ibu. Toh selama ini dia juga merasa bahagia hidup hanya dengan ibunya. Kebahagiaan sang ibu adalah kebahagiaannya juga.
"Waktu bermain tinggal lima menit lagi. Setelah ini langsung mandi yaa..." ujar (name).
Kazuki seketika cemberut tak terima. Terlihat dia masih asyik bermain dengan mobil-mobilan yang tadi dia beli bersama sang ibu. (name) terkikik geli, lantas mendekati sang putra dan mengusap puncak kepalanya.
"Besok saja lagi mainnya yaa... Sekarang waktunya mandi dan makan malam."
"Tapi Mama..."
"Ah Mama lupa! Mama beli permen karamel tadi di pasar."
Begitu (name) berkata demikian, wajah Kazuki langsung berbinar. Rautnya berubah dan tersenyum antusias.
"Benarkah??"
Wanita itu balas mengangguk. Permen karamel adalah permen kesukaan Kazuki.
Langsung saja Kazuki berlari ke dalam rumah dan langsung melepas pakaiannya asal. "Ayo kita mandi, Mama! Aku ingin makan permen karamel!!!" teriaknya dari dalam rumah. Sedangkan (name) yang melihat tingkah anaknya barusan tertawa dan berlari-lari kecil mengikuti sang empu.
Suasana senja di rumah itu terasa hangat sehangat sore ini. Meskipun saat ini dunia masih diterpa musim panas tapi tidak membuat ibu dan anak itu kehilangan semangatnya.
Selesai mandi, sesuai yang dijanjikan sebelumnya, (name) menunjukkan setoples permen karamel pada Kazuki.
"Eitss... Tapi makan malam dulu. Baru setelah itu boleh makan permen karamel."
"Satu saja... Kumohon..." ujar Kazuki dengan mata memelas. Tapi (name) tidak lemah dengan kekuatan ultimatum keimutan sang putra.
"Tetap tidak boleh."
Pada akhirnya mau tidak mau Kazuki mengunyah makan malamnya dengan sedikit lesu. Tapi wajahnya seketika kembali berubah ketika toples permen karamel itu berada di genggamannya. Satu persatu bungkusan permen itu dibuka dan dimakan olehnya dengan wajah senang.
"Jangan lupa sebelum tidur gosok gigi dan minum air putih banyak-banyak yaa supaya tidak batuk."
"Umm!!!"

KAMU SEDANG MEMBACA
THIS IS MINE, NOT YOURS || JJK
Fanfic(name) mengira segala hal yang terjadi dalam hidupnya adalah sebuah euphoria yang tidak akan pernah terlupakan. Tapi suatu kenyataan pahit memutarbalikkan tanggapannya itu dimana dia mendapatkan balasan yang tidak setimpal dengan apa yang sudah dia...