03••Fakta Pahit

1.7K 144 15
                                    

Pada Nyatanya Kenyataan Telah Menepis Ekspektasi.❞—Satria Adi Alexander

Cahaya orange yang bersinar terang memberi efek indah dipandang mata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya orange yang bersinar terang memberi efek indah dipandang mata. Dua lelaki berdiri di pinggir pantai. Menikmati lara yang selalu bersemayam di hati dan meleburkan perasaan gundah yang tak kunjung damai. Dua jam setelah pulang sekolah, mereka berada di tempat ini. Menikmati semilir angin sembari mengobrol santai membahas topik ringan.

Aksha, lelaki yang duduk disebelahnya ialah sahabat Satria dari kecil. Selalu hadir ketika dalam masa sulit dan menjadi support system terbaik. Meskipun sifatnya agak-agak, tetapi kepeduliannya melampaui batas. Mereka saling melengkapi satu sama lain. Memberi kehangatan yang tak pernah dirasakan dalam keluarga sendiri.

Bahkan ketika mamanya Aksha meninggal, yang hadir membalut luka hanya Satria. Dan ketika Satria diperlakukan tak adil dalam keluarga, hanya Aksha yang mampu menopang keadilan. Menyuarakan kebenaran yang tak mampu terucap dari mulut. Mereka ini definisi sahabat sejati. Saling menegarkan walau rasa sakitnya tiada tara.

"Sha, menurut lo biar keadilan bisa ditegakkan bagaimana?" tanya Satria.

"Emm, menurut gue kita harus sedikit egois agar dunia terlihat adil. Setidaknya adil untuk diri sendiri. Biarkan yang lain dikesampingkan."

"Saran yang membagongkan," ujar Satria diakhiri kekehan.

Aksha mengerlingkan mata beberapa kali. "Saran gue bagus loh. Lo kagak percaya? Dicoba geh."

"Males." Satria hanya membalas singkat. Diam sejenak lalu membuka kembali obrolan, "Kabar Bunda gimana? Sekarang masih tinggal di rumah lo?"

"Masih. Sekarang lagi sibuk ngurus bisnis sama Papa." Aksha iseng melempar kerikil ke lautan. "Kenapa? Tiba-tiba nanyain Tante Selin. Lo kangen?"

Menggeleng. "Kemarin ketemu." Menghela napas. Hampa rasanya mengingat kemarin harusnya bertemu bunda malah terhalang keributan. "Bunda kalo di rumah lo ngapain aja?"

"Ngurus kerjaan. Kalo nggak kerjaan ya liburan." Yang diberi tahu tidak lebih. Selin, bundanya Satria di rumah Aksha lebih terlihat hangat dan bahagia. Jika dibandingkan di rumah Satria yang terlihat muram dan banyak meluapkan amarah. "Emang jadwalnya lo ketemu Tante Selin kapan?"

"Sebulan sekali. Kalo lagi nggak sengaja ketemu palingan ada sebulan dua kali." Harusnya kemarin dia bisa melepaskan kerinduan pada sang bunda. Namun, apalah daya masalah selalu menimpa. "Lo beruntung ya bisa tinggal setiap hari sama Bunda."

"Jangan mulai, deh. Bisa ganti topik nggak? Gue paling males lo udah bahas ini. Nanti ujung-ujungnya lo sendiri yang bete." Iseng lagi melemparkan kerikil. Paling tidak suka kalau Satria sudah membahas Selin. Apalagi dibilang Aksha beruntung. "Nggak ada yang beruntung di antara kita, Sat. Tinggal gimana aja cara berpikir lo tentang apa yang lo lihat."

A Happy Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang