Lucu, dia bilang dia mau nya aku

224 34 1
                                    

Wendy terduduk melamun memandangi ikan di aquarium dalam kamarnya. Ikan-ikan kecil itu terlihat gembira meliuk-liuk mengikuti air.

Kemudian ketika ponsel nya bergetar, dia segera mengambil benda persegi panjang itu. Membuka room chat bertuliskan lima cuy.

Salah seorang sahabat baiknya, Seulgi mengatakan untuk berkumpul hari ini. Mumpung weekend.

Wendy mendengus, "Dih elu aja yang pengen dolan Seul."

Kemudian Joy, yang paling tinggi diantara kelima nya ikut-ikutan menimpali untuk berkumpul.

Yeri si paling muda menjawab, terserah saja. Dirinya juga bosan dirumah.

Kemudian Irene, gadis itu belum membalas. Kemudian ketiga orang yang sudah mengutarakan pendapatnya me-nge-tag Wendy.

Spam tidak beraturan. Membuat Wendy berdecak.

Dia mengaktifkan fitur rekam suara, kemudian berucap, "berisik lo pada, iye gue juga mau kumpul hari ini. Dateng aja keles."

Kemudian sorakan ketiga nya dalam bentuk teks membuat Wendy menggelengkan kepala. Selanjutnya Wendy mengecek fitur lihat, siapa yang sudah mendengarkan voice note nya.

Irene ternyata sudah mendengarkan, lantas gadis itu ikut membalas.

Gas.

Wendy tersenyum karenanya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kini berlima nya sudah berkumpul di rumah Wendy. Kemudian tawa menggelegar milik Joy dan Seulgi mengiringi siang itu.

Wendy yang sedang serius memainkan game online nya mendapati Irene tiba-tiba menaruh kepala kecil milik gadis itu di kaki nya yang terlipat.

Wendy melirik Irene yang kini memandangi wajahnya dari posisi bawah. Membuat dirinya kesulitan membagi fokus sehingga kini karakter dalam game nya mati mengenaskan karena terciduk di semak-semak.

Wendy berdecak, kemudian menyentil halus dahi Irene. Keduanya saling tatap dan tersenyum. Wendy lebih dominan tersenyum salah tingkah. Sedangkan Irene tidak mungkin melakukan itu.

Justru senyumannya terlihat menggoda.

"Main sepeda yuk." Yeri yang sedari tadi terlihat paling gabut membuka suara.

"AAAYOOOKKK!!!" Joy menyahut dengan bersemangat.

"Apasih ngga usah teriak-teriak." Wendy memukul lengan Joy yang berada dalam jangkauannya.

Kemudian ketika semuanya sudah setuju, mereka beranjak dan menyiapkan sepeda yang berada di garasi rumah Wendy.

Posisi nya, Wendy dengan Irene berboncengan, setelah sebelumnya Irene dan Joy berseteru. Joy bersikeras ingin dengan Wendy, sedangkan Irene dengan tatapan tajamnya dengan hanya sekali kedipan mampu membuat Joy bungkam.

Walaupun sembari menggerutu, Joy tetap tidak berani pada Irene.

Joy memilih menaiki sepeda sendirian, juga Seulgi dan Yeri yang memilih solo ketimbang membonceng satu sama lain.

Malas berat, katanya.

Komplek perumahan Wendy terbilang elite dan sepi, semuanya pekerja keras dan orang kaya. Jadi ketika melewati jalanan, tidak mereka dapati satu orang pun yang terlihat santai, mungkin beberapa ada yang sedang beristirahat dikasur empuknya setelah semalaman kerja lembur.

Atau mungkin juga ada yang sedang menikmati makan siangnya bersama keluarga didalam rumah. Dan juga, barangkali ada yang sedang bekerja demi keluarga termasuk orang tua Wendy.

Tepatnya di pertigaan, Seulgi yang memimpin memilih berbelok kiri, diikuti Joy, Yeri dan juga Wendy dengan Irene.

Irene membuka suara ketika Wendy memilih berada pada posisi paling belakang. Mengawal ketiga temannya di depan yang seperti balapan.

"Wen.."

Wendy mengayuh sepeda sembari menjawab panggilan Irene pada nya dengan deheman kecil.

"Kaya nya, aku lebih milih kamu deh daripada laki-laki diluar sana."

Deg.

Kamu ngomong apasih, ngelantur.

Sayangnya Wendy tidak berani mengutarakan isi hatinya. Jadi Wendy hanya terdiam.

Setelahnya Irene kembali berkata, "soalnya kalo laki-laki tuh pada nyakitin, kalo kamu kan engga. Kamu kan sayang sama aku. Jadi aku mau sama kamu aja."

Lantas pipi Wendy terasa terbakar seketika. Ucapan Irene tepat membuatnya salah tingkat saat mengayuh sepeda. Beruntung nafasnya normal dan tidak tersengal karena memang sudah sering bersepeda.

Lain cerita kalau dirinya jarang menaiki sepeda, lalu saat nafas nya nyaris putus, dirinya mendengarkan penuturan Irene. Sepertinya Wendy akan mati ditempat.

"Wen..?"

"Kenapa sih!?" Wendy berusaha ketus menjawab ucapan Irene. Detak jantungnya terasa seperti mesin diesel.

"Kok diem aja? Kamu ngga mau sama aku?"

Detik itu juga Wendy menghentikan sepeda yang dia kayuh. Rem mendadak, hal itu membuat Irene menubruk punggung Wendy.

Irene mengaduh dan memeluk pinggang Wendy, "kenapa rem mendadak?"

"Kalo ngomong ngga usah sembarangan!"

Irene menenggelamkan wajahnya pada punggung Wendy, dapat Wendy rasakan nafas Irene yang tenang dan hangat menembus kaos putihnya.

"I love you." Ujar Irene di punggungnya setelah sebelumnya memundurkan wajahnya agar bisa berbicara dengan jelas.

"Rasanya nyaris gila waktu aku sadar kalo aku cuma mau kamu. Lucu ya?" Irene kembali mengatakannya dengan nafas putus asa.

Wendy menelan ludah gugup.

Irene pasti tidak serius kan?

Irene pasti saat ini sedang melantur?

Mungkin juga Irene sedang gabut dan mengatakan hal-hal tidak masuk akal?


Irene tidak mungkin membalas perasaan yang ada di hati nya,

Kan?

Wendy terkekeh, "iya lucu hahahha."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Suka-suka Wendy ajalah ya.

Aku juga males ngeladenin mereka berdua.

Kalo suka tuh bilang! Jangan dipendem, makan ati lu.

Ngga ya woy, kalo suka sama orang tuh, ya resiko kamu buat menerima manis dan pahitnya. Ngga bisa kamu maksain kehendak kamu buat orang lain.

Apalagi kalo cw sama cw, hm. Mampus lu.

Sana makan ati yg banyak!

Peach!

Fun fact: aku lagi patah hati.

Curhat niee yeeeeee

Buat RoseanneShon
Ceritanya bukan lanjut yang itu dulu ya:V tapi ini masih serentetan kejadian dimasa lampau dengan orang yang sama kok:V



Aaaarghhhh gweeeehh banyaaqqqqqq tugasss
Doseeeeeennn wahaaaaiiu doseeennnn toloooooooongggggg paakk buuuuu sayaaaa mauuuu modyaaaaarrrr.

X_X

wenrene thingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang