"Dadah!" Yeri melambaikan tangannya pada Mark.
"Hati-hati!" lanjutnya.
"Iya, sayang." balas Mark. Lalu, meninggalkan area kediaman Yeri.
Yeri melepas sepatunya dan masuk ke dalam rumahnya. Sesekali, Yeri mengusap keringat yang mengalir di area keningnya. "Haduh, cape banget hari ini,"
Saat Yeri ingin membuka knop pintu kamarnya, Yeri melirik ke arah dapur. Ia melihat Micella yang tengah berdiri dan terlihat kebingungan. Yeri yang penasaran, akhirnya berjalan pelan-pelan. Lalu, ia mendengar Micella berbicara sendiri.
"Gimana kalau publik tau kalau saya turut serta dalam pembunuhan Papi Maminya Mark?"
Yeri membulatkan matanya. Apa maksudnya? Pikirnya.
"Saya gak mau dipenjara. Pokoknya, jangan sampai ada orang yang tau tentang masalah ini, termasuk Yeri." lanjutnya.
"Saya emang cinta sama Jonathan. Tapi, saya gak mau perusahaan yang saya bangun susah payah, hancur gitu aja hanya karena saya pembunuh. Saya gak akan biarin hal itu terjadi."
"Sia-sia aja selama ini saya membunuh Mami Mark. Tapi, perusahaan saya jadi hancur karena ulah saya sendiri." Micella mengerutkan dahinya samar.
"Jadi, Mama yang udah bunuh orang tua Mark?"
Micella tersentak dan menoleh ke belakang. Dia mendapati Yeri yang menatapnya sendu. Jangan lupakan ada satu dua butir air mata yang masih menempel di sana. Mungkin, dengan satu kedipan saja, sudah pasti jatuh.
"Yeri, kamu denger semuanya—"
"Kenapa Mama lakuin itu? Mama tega banget udah bunuh orang tuanya Mark. Mama gak tau kan, bagaimana rasanya kehilangan orang tua?!" pekiknya.
Micella hanya terdiam. "Yeri gak akan tinggal diam, Ma! Yeri bakalan ngomong sama Mark, kalau Mama yang udah bunuh orang tuanya!" ancam Yeri.
"Jangan macam-macam kamu sama saya! Lagi pula, emangnya Mark bakal gubris omong kosong kamu?" Micella menatap remeh Yeri.
"Asal Mama tau, aku adalah pacarnya Mark," cicit Yeri.
Micella menatap Yeri menyalang. "KAMU PACARAN? NGAPAIN KAMU PACARAN SAMA MAFIA KAYAK MARK?!" bentak Micella.
"Mafia?" beo Yeri.
"Iya, Yeri. Mark adalah bos mafia." Micella tertawa. "Gimana reaksi kamu saat tau kalau Mark bukan orang baik-baik?"
Yeri hanya mengulas senyumnya. "Aku gak peduli, Ma. Mau Mark itu mafia, atau apa lah itu. Dia akan tetep jadi rumah buat aku!"
"Padahal aku selalu berharap kalau Mama akan jadi rumah ternyaman buat Yeri. Tapi, apa? Yeri malah gak menemukan di mana letak rumah itu di dalam hati Mama. Isi hati Mama itu cuman harta, uang, dan jabatan. Mama selalu aja nuntut Yeri untuk jadi apa yang Mama mau. Padahal, Yeri juga punya hak untuk menentukan apa yang Yeri mau!"
"Dan pada akhirnya, Yeri menemukan rumah itu pada jiwa orang lain. Walau sakit, tapi Yeri merasa nyaman. Mama gak bisa buat Yeri bahagia. Tapi, orang lain bisa buat aku bahagia. Aku benci sama Mama!!"
Plak...
Yeri hanya memegangi pipinya yang panas akibat tamparan dari Micella. "Jaga mulut kamu ya, anak pembawa sial! Jangan harap kalau saya bakalan anggap kamu sebagai anak saya!"
"Terserah, Ma. Pokoknya, aku bakalan bilang ke publik kalau Mama aku adalah seorang pembunuh!" tutup Yeri sambil berjalan meninggalkan Micella.
Tapi, dengan cekatan, Micella menarik tangan Yeri kasar dan mendorongnya ke tembok dengan kencang. Yeri pun hanya meringis kesakitan. Tak lama, Micella meninju pipi Yeri hingga berdarah dan melayangkan pukulan keras di perut Yeri. Akhirnya, Yeri terjatuh dan tersungkur ke lantai. Lalu, Micella pun menendang kaki Yeri berkali-kali.
YOU ARE READING
mafia boyfriend ✔
Conto"Thank you for coming in my life, Yeri." - Mark Lee. stopplagiatrism