Part II

1.2K 142 23
                                    


THE LIES



.

.

.

.

.

.



Nunew sudah mengenal Zee sejak mereka kecil. Yang pertama kali Nunew ingat adalah saat dimana Zee mengajaknya bermain bersama, sejak saat itu Nunew kecil memiliki pandangan berbeda untuk Zee.

Zee tak sadar jika hal kecil itu mampu membuat Nunew memujanya, mengaguminya bahkan tak segan-segan memonopoli pria itu untuk Nunew sendiri.

Zee tak sadar dan tak akan pernah sadar hingga orang tuanya memutuskan untuk melangsungkan pertunangan. Awalnya Zee ingin menentang namun tidak saat tahu Nunew lebih dulu menyetujui rencana orang tua mereka.

Zee bisa melihat dengan jelas bagaimana antusiasnya Nunew mengenai rencana ini. Pertunangan bahkan pernikahan yang dijanjikan orang tua mereka membuat Nunew giat dalam berbagai hal hingga di kelas ia rela mengorbankan diri menjadi ketua kelas agar Zee mau memandangnya. Zee melihat kerja keras pemuda itu hingga tak bisa mencegah Nunew lagi.

Namun Zee tetaplah Zee. Ia selalu bertingkah dingin terlebih pada Nunew. Saat tak suka maka ia akan berucap sedikit ketus dan kasar namun tampaknya Nunew sudah terbiasa, pemuda itu sama sekali tak tersinggung karena Nunew mengenal baik pria itu melebihi siapapun.

Ya~ Nunew terlalu menyukai pria itu namun tidak untuk sekarang, terlebih masalah Mild. Akhir-akhir ini Zee semakin tertutup, selalu enggan mengungkapkan masalah yang tengah menderanya dan jujur Nunew merasa tak dihargai.

Nunew menghela napas mengingat perubahan Zee. Jika seperti ini terus Nunew merasa Zee akan semakin menjauhinya, bahkan sebentar lagi perhatian pria itu terpecah dan banyak tercurah pada Mild, jelas saja hal itu merugikan Nunew.

Nunew mendesah lagi dan kali ini seraya memejamkan mata. Diabaikan Zee bukan rencana Nunew. Ia harus memutar otak agar Zee selalu ingat padanya walau kini Mild sudah menjadi bagian hidup mereka. Sejak tadi malam Nunew memikirkan cara ini namun tak menemukan solusi hingga ia tak bisa tidur nyenyak, jadilah sekarang ia masih mengantuk padahal jam pelajaran tengah berlangsung. Jika tak mengingat sekarang ia sedang diajar oleh guru galak maka Nunew memilih tidur di mejanya.

Dalam berbagai macam pikiran yang masuk ke otaknya Nunew menyempatkan diri melirik kedepan, sejak tadi guru mereka terus menjelaskan materi dan seisi kelas tak berani membuka suara. Nunew yang duduk di kursi deretan paling belakang hanya bisa pasrah seraya menopang dagunya dengan sebelah tangan, lalu setelah itu mata indahnya dengan lancang menatap punggung tenang Zee. Pria itu selalu duduk di deretan depan dan jika sudah duduk maka pria itu tak akan mau menatap yang lain. Zee adalah orang yang terlalu fokus, terlalu serius dan tak akan bisa diajak bercanda saat tengah berkumpul.

Nunew kembali menghela napas untuk kesekian kalinya lalu menatap jam tepat di dinding belakang. Hampir jam empat, itu artinya sebentar lagi bel pulang akan berbunyi. Nunew hanya perlu menunggu dengan tenang untuk waktu yang sebentar itu.

Sesekali Nunew menguap, kantuk benar-benar menyiksanya namun karena tak ingin ketahuan oleh guru sekuat mungkin ia berusaha mempertahankan kesadaran hingga akhirnya bel pulang itu berdering. Sorak bahagia dari teman sekelasnya terdengar kompak hingga membuat gaduh. Guru yang tadi mengajar hanya bisa menggelengkan kepalanya lalu menutup pertemuan dan segera keluar kelas.

The Lies ( ZeeNunew )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang