Part X

1.4K 109 9
                                    


THE LIES



.

.

.

.

.

.



Menunggu tangis Nunew mereda membutuhkan waktu yang tak sebentar hingga Zee rela meminjamkan dadanya pada pemuda itu. Mereka masih setia berdiri tak jauh dari butik dan tak ayal kelakuan mereka menjadi daya tarik pengunjung atau bahkan pejalan kaki yang kebetulan melintas disana. Tatapan mereka beragam, ada yang berpikir aneh, heran bahkan tak jarang mereka menuduh Zee yang membuat Nunew menangis.

Untuk alasan terakhir Zee sedikit mengakuinya, memang benar jika ia yang menyebabkan Nunew menangis hingga sesegukan begini.

"Jangan menangis lagi. Semua mata yang melihat seolah ingin memanggil polisi lalu menjebloskanku ke dalam penjara." Zee berbisik tepat di telinga kiri Nunew.

"Biarkan saja." Suara parau itu terdengar tak acuh dari mulut Nunew. "Kau memang seharusnya mendekam di dalam penjara." Sambungnya sarkastik.

"Sudah sayang. Maafkan aku, hm?" Bujuk Zee.

Mendengar panggilan ganjil Zee terang saja membuat Nunew menengadah lalu menghadiahi pria itu dengan tatapan tajamnya. "Siapa sayangmu?" Tanya Nunew ketus seraya melepas pelukannya, ia baru sadar jika sejak tadi terus saja memeluk Zee.

Zee yang melihat gelagat itu sontak menahan senyum. "Siapa lagi kalau bukan kau tuan." Jawab Zee.

"Aku ingin pulang." Nunew tak menanggapi ucapan Zee, lebih memilih mengganti topik pembicaraan seraya mengusap air matanya perlahan. "Aku lapar." Sambungnya.

"Baik. Permintaan dikabulkan." Zee masih menahan senyum sebelum beralih mengenggam tangan Nunew lalu membimbingnya mendekati mobil.


~oOo~



Nunew memperhatikan punggung Zee dari tempatnya duduk tanpa mau bergabung ke dapur untuk sekedar membantu pria itu. Isakan masih tersisa di tenggorokan Nunew dan jangan lupakan mata pemuda itu yang membengkak. Nunew mengusap kantung matanya perlahan berharap dari usapan itu membuat bengkak matanya mereda.

Entah apa yang dimasak Zee untuk malam ini namun mampu memakan waktu lebih dari setengah jam sebelum pria itu menghidangkan dua mangkuk berisi ramen dengan asap masih mengepul di atasnya.

"Hanya ini yang bisa kau lakukan untuk tiga puluh menit terakhir?" Tanya Nunew tak percaya.

Zee mengendikkan kedua bahu pertanda tak acuh. "Kau memaksaku untuk memasak jadi jangan salahkan aku jika memakan waktu lama bahkan hasil masakannya tak seberapa." Jawab Zee seraya mulai menikmati ramen itu.

"Tsk." Nunew berdecih sebentar namun mau tak mau ikut mengambil sumpit dan mangkuk ramennya. "Kenapa hambar?" Nunew kembali menuai protes saat berhasil mencicipi kuah ramen itu.

"Nikmati saja." Jawab Zee. "Salahmu sendiri memintaku untuk masak." Jawabnya seraya terus memakan ramen itu.

"Tsk!" Nunew kembali berdecih lalu menikmati ramennya. Mau tak mau ia harus menghabiskan makanan itu sebelum perutnya memberontak.

Mereka makan dalam diam hingga beberapa menit kemudian mengakhiri jamuan singkat makan malam itu. Nunew menyerah, ia tak bisa menghabiskan ramennya namun berbeda dengan Zee, pria itu dengan gencar menikmati ramen buatannya hingga tak menyisakan kuah sama sekali.

The Lies ( ZeeNunew )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang