O 3

19 2 0
                                    


Austria kalah perang, dia sedang tidak baik-baik saja.

Situasi itu terlihat jelas di raut wajah Austria. Belakangan ini dia jadi lebih pucat, tempo hari dia bahkan sempat kena demam. Keadaan Hungaria sebenarnya juga tidak lebih baik, tapi setidaknya dampak yang dia terima tidak separah Austria.

Hungaria mengintip dari celah pintu ruang kerja yang sedikit terbuka. Tampak Austria tengah termenung di kursinya, meja di depannya penuh dengan tumpukan dokumen.

Semula Hungaria ingin mengurungkan niatnya mengetuk pintu, tapi Austria melihatnya lebih cepat. "Hungaria, apa yang kau lakukan di balik pintu? Masuklah."

Karena sudah dipersilakan, gadis itupun masuk. Mungkin Hungaria cuma berkhayal, tapi dia merasakan tatapan Austria melembut dihadapannya. Seolah semua persoalan yang tengah mereka hadapi hanya angin lalu.

"Sebelumnya, maaf, Austria-san," Hungaria berucap. "Aku tahu kau sedang banyak urusan. Tapi kalau tidak keberatan ... mau beristirahat sebentar di pemandian bersamaku?"

Austria mengangkat alis. Barangkali dia tidak mengira akan mendapat tawaran begitu dari sang gadis. Tapi Austria tersenyum. "Baiklah, sepertinya aku memang sedang butuh istirahat.

Hungaria lega mendengarnya.

Tidak perlu waktu lama hingga mereka berdua merendam kaki di pemandian. Pemandian itu masih baru sehingga belum banyak pelanggan datang. Lagipula, di masa perang seperti ini, hanya sedikit orang yang masih punya pikiran untuk bersantai di pemandian.

"Maaf."

Kening Hungaria berkerut. Itu bukan kata-kata yang dia pikir akan dia dengar dari Austria.

Austria melanjutkan, "Jika kondisinya seperti ini terus, kita juga tidak punya pilihan selain berpisah. Maaf, maaf tidak bisa berbuat banyak ...."

Namun Hungaria menggeleng. "Austria-san tidak salah. Kita juga sudah melakukan apa yang kita bisa." Digenggamnya tangan Austria lembut. "Kalaupun pemecahan adalah pilihan terbaik, aku akan baik-baik saja."

Austria menatap gadis itu lamat-lamat, kemudian dia menghembuskan napas panjang. "Jika memang demikian, baiklah. Tapi kita mungkin tidak bisa sering-sering merendam kaki bersama lagi."

Hungaria tertawa pelan. "Tidak apa, aku akan sering mengirim undangan."

Jawaban itu menyunggingkan senyum tipis di bibir Austria. "Akan kutunggu."

------

Hotspring || Aushun [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang