DUA

572 74 1
                                    

Selepas berpisahnya ia dengan Seishiro, (Name) lantas memutuskan untuk berbalik, berjalan ke dalam kelas menuju bangkunya. Di sana, tepatnya di samping tempat duduknya, sudah ada segerombolan bocil kematian yang tengah menatap kedatangannya dengan senyum tengil di wajah. Mereka yang tak lain dan tak bukan adalah Meguru, Yoichi, Hyoma, dan Rensuke, kini benar-benar menghujani (Name) dengan sorot mata menggoda.

Melihat itu, sang gadis lantas menghela nafas lelah. Tak habis pikir, sudah berapa kali ia menjelaskan pasal hubungannya dengan Nagi. Namun seolah tuli, hingga mereka tetap bersikukuh mengatakan bahwa ia dan Seishiro itu tengah menjalin sebuah hubungan.

"Ehem, met pagi, nona bucin." seru Meguru pada gadis berparas ayu itu.

(Name) yang baru hendak meletakkan ranselnya di atas meja, seketika membelalakkan mata. Sebelum akhirnya menoleh ke belakang, menghujani Meguru dengan sepasang tatapan tajam.

"Wah, mulutnya." sarkas gadis itu sebelum akhirnya mendudukkan diri di atas kursi.

Meguru terkekeh. Begitu juga dengan tiga pria yang lain.

"Masih pagi udah mesra-mesraan aja. Kan kasian yang jomblo jadi iri." Chigiri ikut memprovokasi. Yang mana malah dibalas anggukan mantap oleh Yoichi dan Rensuke.

"Oya? Kalian minta dipukul, ya? Udah berapa kali aku bilang, hm? Kita nggak pacaran. Hubungan kami nggak lebih dari sekadar tetangga samping rumah. Pahamm?" (Name) berusaha tenang.

Meguru mengangguk. "Paham, kok. Tapi sekalipun tetangga kan, bukan berarti nggak bakal ada hubungan?" ucapnya kemudian.

"Betul! Manalagi si Nagi kayaknya nyaman banget sama kamu. Ketimbang Reo yang cuma 70%, kamu udah 90%-Nya, tinggal nunggu confess aja." Yoichi ikut menimpali.

Rensuke hanya menyimak. Sementara si gadis mulai jengah.

"Dia nggak suka aku," (Name) menegaskas.

"Kata siapa?" Yoichi bertanya.

"Firasat."

Keempatnya seketika menghela nafas.

"Itu mah kamu aja yang nggak peka." Untuk kali pertama, Rensuke angkat bicara.

"Masa? Aku peka kok."

"Enggak. Buktinya kamu yang lagi jadi bahan rebutan kak Sae sama Nagi aja nggak tahu."

"Eh? Rebutan? Aku? Kei, kamu kalo ngomong jangan ngawur, bisa? Yakali kak Sae yang spek pangeran gitu sukanya sama aku. Mimpi kali."

Meguru mencibir, "Pick me, deh."

(Name) menatap dingin. "Pick me gundulmu!" sarkasnya yang malah membuat keempat temannya tertawa.

"Yah, yaudah si. Toh cepat lambat nanti kamu bakal tahu sendiri. Entah itu tentang perasaanmu, atau perasaan Nagi. Good luck pokok'e. Kami sebagai teman cuma bisa kasih dukungan." Yoichi berujar sembari menepuk pundak (Name) sebelum akhirnya berjalan menuju bangkunya.

(Name) yang melihat itu hanya bisa menyunggingkan senyum dengan kedua alis yang sedikit tertaut. Terkekeh kecil, dengan kedua bahu yang mengendik acuh.

"Kalian apaan, si. Udah kayak Ibuku aja."

Ujarnya sebelum kemudian bel masuk kelas berbunyi nyaring. Disusul dengan hamburan siswa yang berdesak masuk melalui pintu. Berurutan menduduki bangku kosong sampai akhirnya terisi penuh. Tak lama hingga seorang wanita paruh baya masuk dengan setumpuk buku pada naungan tangan. Berjalan menuju singgasana, bersamaan dengan sang ketua kelas yang berseru menuntun salam.

Seisi kelas mengikuti titahan. Wanita yang dikenal sebagai guru informatika itu lantas mengangguk dan mempersilahkan duduk. Kelas pun dimulai, dengan suasana tenang tanpa kegaduhan. suara deritan kapur di papan tulis mendominasi, terdistorsi dengan penjelasan yang sensei berikan.

𝗝𝗘𝗔𝗟𝗢𝗨𝗦╵ˢ.ⁿᵃᵍⁱTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang