TIGA

514 68 0
                                    

Suasana kantin siang ini tampak begitu ramai, terpadati oleh berbagai kalangan siswa dan siswi. Ada yang mengantri guna memesan seporsi makanan, ada pula yang mengitari meja sembari berbincang ringan.

Semuanya tak luput dari pandangan Ayaka (Name). Netra delimanya bergerak, menari kesana-kemari, berharap mendapatkan tempat duduk kosong yang akan ia dan Nagi tempati. Namun nihil, tak ada satupun bangku panjang yang tersisa. Hingga sebuah tepukan halus mendarat halus di bahu mungilnya, membuat dirinya menoleh, mendapati Seishiro tengah menatapnya teduh sembari menunjuk ke arah sesuatu.

Melihat itu, kepala (Name) berotasi, mengikuti arah telunjuk Nagi. Dan yang benar saja, tepatnya di pojokan sana, terdapat sebuah meja kosong yang baru saja ditinggalkan penghuninya. Ciptakan lengkungan kecil pada sudut bibir si gadis, sebelum akhirnya labium merah mudanya terbuka, membuka suara.

"Mau di situ?" ujarnya diiringi senyum.

Tak membalas, Nagi hanya mengangguk kecil. Sebelum kemudian keduanya mulai melangkahkan kaki, pergi menuju persinggahan.

Dengan tenang mereka melewati kerumunan. Mengabaikan tatapan iri dari segala penghuni ruangan. Selain karena tak peduli, mungkin keduanya memang sudah terbiasa. Dua tahun, dua tahun lamanya mereka mengabdi pada sekolah ini, dan selama itu pula keduanya sering ditatap demikian tiap kali ketahuan jalan berdua.

Diam-diam sang tuan melirik ke samping. Mendapati (Name) dengan tenang berjalan sembari membawa nampan berisi makanan. Di atasnya terdapat semangkuk sup kari ayam lengkap dengan nasi dan secangkir minuman Aqua.

Dengan pelan dan tiba-tiba, si tuan mengambil alih nampan penuh tersebut. Membuat sang empu berjingit kaget sebelum kemudian menoleh ke samping. Ah, ralat—— lebih tepatnya, mendongak ke samping.

"Sei?" serunya bingung.

Dengan tatapan teduh andalannya, Seishiro menjawab, "Aku bawain."

Menghela nafas, (Name) memutuskan untuk tersenyum kecil.

"Kenapa repot-repot? Itu berat loh,"

"Ngga berat."

"Yakin?"

"Iya. Kuat akunya."

Gemas? Tentu saja. Bahkan (Name) sampai harus menahan diri untuk tidak mencubit pipinya kala itu juga.

Perangai itu tak luput dari tatapan iri seluruh penghuni ruangan. Beberapa di antaranya sampai memekik frustasi hanya karena peristiwa kecil tersebut. Tidak pria, tidak wanita, semua sama saja.

Sesampainya di peraduan, keduanya lantas duduk dengan posisi berhadapan. Meletakkan nampan, Seishiro mendorong kecil salah satunya ke meja milik puan-nya. Ucapan terimakasih terdengar, dan Nagi mengangguk kecil sebagai balasan. Dirasa cukup, ia pun mulai memimpin doa sebelum akhirnya mulai melahap hidangan mereka dengan tenang.

"Enak,"

Celetuk Nagi dengan netra kelabu yang berbinar. Membuat (Name) yang melihatnya lantas tersenyum kecil. Sebelum kemudian tangannya terulur guna mengusap ampas nasi pada sudut bibirnya Nagi.

"Pelan-pelan, Sei. Nanti keselek." titah (Name) lembut.

Seishiro mengangguk kecil dan kembali melanjutkan makannya. Mengabaikan semu merah di pipi akibat perlakuan yang gadis itu berikan tadi. Berusaha bersikap tenang, ditengah dentuman jantungnya yang tak karuan.

Detik berlalu, lima menit pun terlewati. Seorang pria dengan surai merah delima datang menghampiri. Menyapa dua insan di meja makan, ia hadirkan lengkung bibir penuh senyuman. Dia, Itoshi Sae.

"Lagi makan, ya?" tutur lelaki itu selembut mungkin.

"Lagi berak." ketus Seishiro yang malah dihadiahi teguran kecil dari gadis di depan mata.

𝗝𝗘𝗔𝗟𝗢𝗨𝗦╵ˢ.ⁿᵃᵍⁱTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang