Bagian 01

3.2K 251 11
                                    

"Tiga di belakang bekas pabrik tekstil, lima di bukit selatan kota, dan sisanya ada bersama bos mereka di rumah pribadinya. Misi selesai ... semua sudah kutangani sesuai permintaan, tinggal istri dan anaknya yang tersisa dan keduanya sudah aku amankan," ucap seorang pria berpakaian serba hitam itu lewat panggilan telepon.

"Kerja bagus Raven, tunggu sebentar lagi yang lainnya akan tiba di tempatmu," sahut seseorang yang sedang dia telepon.

Tap!

Setelah itu panggilan langsung dia akhiri.

Pria bernama Raven itu menatap langit yang mendadak gelap di luar sana.

Langkahnya berayun pelan keluar dari dalam rumah mewah yang dia datangi untuk menuntaskan misinya itu.

"Ada apa dengan cuaca akhir-akhir ini? Sudah separah itukah dunia ini?" ucapnya pelan sembari mengangkat kepalanya menantang langit.

Seharusnya ini masih siang, tapi awan kelabu yang tebal itu membuat suasana menjadi gelap seolah-olah hari sudah petang hendak menjemput malam.

Suara guntur mulai terdengar bersahutan, dari yang lirih hingga yang memekakkan telinga.

"Apakah ada tempat lain yang bisa membuatku hidup selayaknya manusia biasa?"

Pandangannya menurun lalu menoleh ke arah dalam rumah berdinding kaca besar itu.

Dua orang yang sengaja dia biarkan hidup tadi salah satunya sudah terjaga dari pingsannya.

Raven membuat dua orang itu pingsan sebelum sempat kabur lalu mengikat keduanya setelah semuanya selesai dia bunuh.

Terlihat istri dari bos gembong narkoba itu sudah kembali berlinang air mata dan menatapnya dengan tatapan meminta belas kasihan.

"Sampai sini saja belas kasih dariku. Aku membiarkan kalian hidup hanya karena aku tidak mau membunuh wanita dan anak-anak, tapi pada akhirnya kalian juga pasti akan mati di tangan anak buah tuanku yang lainnya," ucapnya lirih.

"Pada akhirnya juga aku tidak akan pernah jadi seseorang yang bisa menolong orang lain ... aku ada hanya untuk menjadi seorang pembunuh," ucapnya lagi.

"Ya, sejak awal memang sudah begitu ...." Di ujung kalimat terakhirnya, Raven hendak berjalan masuk kembali ke dalam rumah itu untuk menunggu rekan kerjanya yang lain.

Namun, sebuah petir besar tiba-tiba menyambarnya.

Deg!

Dalam sekejap matanya terasa silau sampai membutakannya.

Hal terakhir yang bisa dia lihat adalah wajah wanita yang menangis itu dan anaknya yang mulai membuka matanya.

"Apa yang-"

Ucapannya tidak tuntas saat tiba-tiba tubuhnya terasa melayang secara perlahan.

Blaaarrr!

Setelah suara menggelegar itu terdengar, dalam sesaat semuanya langsung terasa tenang dan sunyi dengan matanya yang hanya bisa melihat warna putih tanpa bentuk apa pun.

Bruk!

Lalu dalam sesaat itu juga dia terjatuh dalam posisi duduk setelah sebelumnya dia yakin sekali kalau dia sempat melayang.

Di tengah kebingungannya Raven mencoba mengedipkan matanya sembari terus berpikir tentang apa yang baru saja dia alami.

Setelah beberapa kali berkedip matanya mulai terasa berkunang-kunang dan warna yang masuk ke dalam matanya juga mulai beragam.

Hitam, merah, biru, dan lainnya berseliweran dalam pandangannya.

"Yang Mulia, proses pemanggilan telah selesai ...."

Your Majesty [Smut, Yaoi/BL-fantasy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang