cw ; Harsh words! (isinya burik banget, ga mendidik! Jangan dicontoh apalagi dijiplak apalagi malah dicintai, ntar kebablasan malah melukai hati..)
"Ayang.."
"Hm"
"Ayo pulang bareng"
"Hm"
"Denger kan yang Jeno bilang?"
"Hm"
"Atuh ayang mah bisaan banget sikapnya. Aham ahem mulu, ayoo pulang. Ntar Daddy sama abang marahin aku."
"Biarin"
Jaemin menghela napas. Sabar.. Sabar.. Kalo udah ngadepin Haechan yang habis marah itu harus stok sabar banyak-banyak.
"Bear.. Pulang yok. Udah sore loh, kamu ga kangen masakan papa emang?" Jeno tak tahan lagi. Akhirnya dia yang daritadi cuma perhatiin interaksi siput antara Haechan dengan Jaemin kesal juga. Apalagi mendengar rengekan menjijikkan seorang manusia Na jamet itu.
"Aku gendong, mau?"
"Gamau. Duluan aja sana" responnya cepat. Lelaki manis yang duduk sambil menumpu kaki dengan kaki yang lain itu, terlihat sangat tenang. Manik hazelnya tak luput dari buku tebal yang sedang ia baca.
"Nanti pulangnya kita mampir ke toko Cake & Cookies. Mau?"
Haechan menggeleng pelan. Ia malas sekali barang menanggapi dua lelaki yang sekarang malah duduk mendusel ditempatnya duduk.
"Ayangggg.. Gue gendong juga lu! Ayok pulang!" Kesabaran Jaemin sudah habis. Dari 30 menit terakhir dirinya juga Jeno yang membujuk beruang gembul itu, tetapi hasilnya tetap nol juga.
Yang katanya dia sudah dimaafkan, tapi kenapa dia masih tetap diabaikan? Terkesan seperti tidak niat saja kekasihnya itu.
"Apaan sih Jaem! Balikin buku gueee! Ihhh siniin!" Jaemin merebut barang yang menjadi atensi si manis. Kemudian lelaki itu menggerakkan dagu, menitahkan Jeno untuk mengurus anak itu.
"Gendong dia sampe parkiran!"
Haechan cukup kaget saat lelaki pemilik mata bulan sabit itu menuruti perintah Jaemin.
Padahal mereka bak air dan api. Betul-betul tak bisa disatukan barang sebentar saja.
"Jen turunin gue plis.. " bibir anak itu komat-kamit tanpa mengeluarkan suara. Lalu respon dari Jeno membuatnya ingin menangis saja. "Gue janji, bakal traktir lo makan bakso lima mangkok."
"Masukin mobil!"
"Jeno sekarang turunin gue.." jemari-jemari mungil itu menarik kencang kemeja kusut Jeno. "Gue gabisa sayang.." jawab Jeno, ikutan berbisik.
"Karna ini masalah hidup dan mati gue. Gue bisa mati, kalo hidup tapi tanpa diri lo." jawaban itu sukses membuat beberapa burung terbang di atas kepala Haechan. Ia bingung dengan arah pembicaraan yang lelaki itu katakan.
Itu perumpamaan atau bagaimana?
Kenapa Jeno jadi ketularan alai-nya si Jaemin?
"Ngomong apa sih no? Gue ga bakal mati kok.."
Ah.. Haechan ini, masa tidak paham dengan kode yang ia berikan??
"Ah udahlah.. Lo ga bakal paham. Ini urusan lelaki!"
Haechan yang mendengar itu langsung menjitak kepala Jeno. "Gue juga laki-laki bangsat!"
Jeno meringis menahan sakit akibat jitakan tiba-tiba yang kepalanya terima. "Laki-laki sejati. Kalo lo sejatinya bukan laki-laki."
"Ngomong lo dibalik-balik. Sok puitis kek Jaemin, lo kaga ke infeksi sama dia kan?"
Jeno melirik ke depan, ia melihat Jaemin yang sibuk dengan ponselnya, sambil mondar-mandi ga jelas persis didepan mobil.
Cup!
Manik hazel lelaki manis itu membola. Seakan ingin keluar dari tempatnya, dengan gerakan cepat ia menjauhkan diri dari lelaki itu yang ingin mencium bibirnya lagi.
"Anjir no!?" umpat Haechan tertahan.
"Gue ga bisa nahan lagi buat ga cium bibir seksi lo."
"Sinting!"
Merinding, bulu kuduk yang lebih muda naik begitu saja. Seumur-umur dirinya belum pernah berciuman, berpelukan saja ia sangat anti, apalagi menyatukan bibir dengan bibir orang lain.
"First kiss gueee Jenooo... " rengek anak itu yang langsung dihadiahi pelototan kaget kala Jaemin tiba-tiba masuk ke dalam mobil.
"Lu ngapain dia??"
"Gatau.. Lo lama banget sih! Dia kan udah laper.. Iya kan chan?"
Haechan ingin menangis saja. Padahal dengan susah payah ia menjaga kesucian bibirnya selama 18 tahun ini, namun dengan sangat mudahnya seorang lelaki yang berstatus sebagai pacar baru itu mengambilnya.
"ANJING ANTERIN GUE PULANG CEPETANNNN!!!"
Jaemin terbelalak. Lelaki itu segera menarik gas, kemudian menjalankan mobil.
"Maafin aku.." bisik Jeno sembari tangannya mengelus paha berbalut celana kain tersebut dengan hati-hati.
Haechan sendiri menghempas tangan itu kasar lalu duduk bergeser dekat dengan jendela.
Yah.. Jadinya baikan atau engga nih?
Haduh..
Makin keruh aja hubungan mereka kayaknya.
***
I know very well, kalo cerita ini sungguh sangat tida jelas ges. Huhuhu.
I'm sorry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bertiga?
Fanfiction"Kalo kata orang sih, orang yang jalannya bertiga tuh salah satunya pasti setan." "Wahhh Chan.. Nih bocah tuyul kalo ga ngatain gua, ya ngatain elu setan. Ga bisa dibiarin sih, ck!" "Udahhhhh ahh jangan bikin keributan mulu napa yang! Asal kalian...