Mark tersenyum tipis ketika melihat pujaan hatinya itu begitu bersinar dengan tuxedo putihnya, mengikuti pergerakan sang pujaan hati hingga sampai di altar tempat pengucapan janji suci sehidup semati itu.
Begitu sampai di altar tersebut, pujaan hatinya itu menoleh untuk melemparkan senyum manis yang terlihat begitu cantik serta indah di mata Mark sehingga membuat dia mau tak mau ikut tersenyum.
"Terima kasih." Mark membaca pergerakan mulut sang pujaan hati ketika dia berbicara tanpa suara kepadanya.
"Tentu." Mark membalas pelan perkataannya dengan senyum kecil, dia tahu sang pujaan hatinya itu takkan mendengar balasannya karena sekarang pujaan hatinya itu memilih fokusnya dengan acaranya yang telah dimulai.
Sang pendeta yang tengah menatap pasangan dihadapannya itu mulai membaca janji suci yang nantinya akan di ikuti oleh kedua mempelai tersebut.
"Saya nikahkan kalian berdua di depan Tuhan kita dan di hadapan seluruh hadirin dengan harapan kalian berdua akan hidup dengan cinta dan memiliki kehidupan yang sentosa. Lee Haechan yang akan menjadi pelengkap hidup sang pasangan dan Hwang Hyunjin yang akan menjadi tumpuan serta kepala kehidupan sang pasangan, untuk saling mengasihi, saling mencintai dan saling menyayangi tanpa adanya hal yang akan membuat kalian saling menyakiti sampai maut memisahkan kalian. Amen."
Tepukan riuh terdengar begitu menggelora di dalam gedung gereja itu seolah menyakinkan Mark bahwa dunia memang mendukung penyesalannya, seolah menyakinkan Mark bahwa ia memang sudah sangat terlambat. Maka ketika sang pujaan hati kembali menoleh kepadanya dengan tatapan begitu bahagia, Mark memilih untuk tersenyum dengan begitu tulus. Kemudian ia mundurkan raganya dari tempat itu ketika melihat sang pujaan hati akan mempertemukan bibirnya dengan pasangan hidupnya, Hwang Hyunjin.
Seiring langkahnya yang menjauh Mark menyadari bahwa yang berdiri di samping pujaan hatinya itu memang takkan pernah menjadi dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
US || MarkHyuck
ActionKata orang-orang kalau menyukai seseorang kita harus segera mengungkapkannya supaya tidak menyesal di kemudian hari. Harusnya Mark percaya tapi dia terlalu bodoh karena takut akan penolakan.