SPECIAL CHAPTER

7 0 0
                                    

'Manusia itu aneh, menginginkan sesuatu tanpa mau berusaha mendapatkannya. Padahal dunia yang kejam ini takkan mungkin memberikan hal itu secara cuma-cuma'

❤️❤️❤️

"Sebenarnya aku bingung, apa kiranya yang membuat kau merasa senang untuk duduk menyendiri disini sambil menatap langit malam yang gelap ini." Suara seseorang yang telah menjadi partnernya dalam mengatur NCT berhasil membuyarkan lamunan Haechan.

Dia, Mark Lee. Sang ketua NCT yang baru saja dilantik bersamanya. Pemuda itu berjalan mendekati Haechan yang kembali mengarahkan pandangannya pada langit malam yang dihiasi bintang itu sebelum tadi sempat menoleh ke arah Mark.

Mark mengambil tempat duduk di samping Haechan dengan jarak yang cukup jauh darinya. Berusaha untuk tidak membuatnya merasa tidak nyaman karena bagaimanapun mereka belum sedekat itu. Saat ini mereka tengah berada di rooftop markas NCT, ditemani dengan kopi yang Mark ikut bawa tadi saat ingin pergi mencari Haechan.

"Aku juga tak tahu. Ini hanya terasa menenangkan." Haechan menjawab dengan pelan sambil akhirnya menutup matanya, mencoba merasakan sejuknya angin malam yang mengenai tubuhnya.

"Aku ingin mengenalmu." Pernyataan tegas yang dikeluarkan Mark berhasil membuat Haechan mematung beberapa saat sebelum akhirnya tertawa pelan.

"Jangan mencoba untuk mengenalku, Hyung. Aku bukan orang yang akan menebarkan kebahagiaan jika kau mengenalku. Aku bahkan masih menunggu kebahagian datang pada diriku sendiri." Haechan menjawab dengan lugas, tanpa ada kebohongan di dalam kalimatnya.

Jawaban Haechan menuai respon bingung dari Mark. Ia tak berharap apapun dalam keinginan untuk mengenal Haechan. Dia hanya merasa itu perlu karena mereka akan menjadi partner yang harus membimbing anggota mereka. Jadi, bukankah mereka harus saling mengenal?

"Aku tak meminta kebahagiaan, aku hanya ingin mengenalmu." Mark menjawab dengan tegas sebelum kembali melanjutkan perkataannya.

"Lagipula kau harus berbahagia Haechan, maka dengan itu kau pasti akan menebarkan kebahagiaan untuk orang lain. Kau akan berbahagia, pasti. Aku yakin akan hal itu."

Haechan pikir Mark adalah orang yang sangat dingin, cuek dan tak punya perasaan namun ternyata ia salah. Mark adalah orang paling peduli yang pernah ia temui atau mungkin ini hanya bentuk dari tanggung jawabnya sebagai ketua yaitu memastikan semua anggotanya dalam keadaan baik-baik saja?

"Apa," Suara Haechan yang kembali terdengar setelah keheningan terjadi beberapa saat membuat Mark memusatkan atensinya secara penuh kepada Haechan.

"Hm?"

"Apa kau tahu bahwa aku tak baik-baik saja sekarang?"

Setelah pertanyaan Haechan terlontar dan mengudara untuk beberapa saat. Mark akhirnya menjawab dengan tenang namun sarat akan keseriusan.

"Ya." Ia melanjutkan perkataannya lagi.

"Haechan, aku tahu kau sedang tak baik-baik saja. Disaat kami melakukan sesi pendekatan tadi kau terlihat enggan untuk bergabung. Kau lebih memilih untuk berdiri dengan jarak yang jauh dari kita sambil memilin ujung bajumu lalu kemudian pergi meninggalkan kita. Tapi Haechan, apakah kau tahu? Kami benar-benar memperhatikan sampai-sampai suaramu yang begitu lirih terdengar begitu lancar memasuki telinga kami sebelum kau benar-benar pergi tadi." Penjelasan Mark berhasil membuat Haechan terkejut setengah mati, apalagi saat mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan oleh ketua NCT angkatan mereka itu.

"Kau mendengarnya?" Haechan bertanya dengan sangat pelan, nyaris tak tergapai oleh telinga Mark.

"Ya. Kau berkata 'Aku juga ingin bahagia'. Jadi, aku yakin kau pasti akan berbahagia nantinya Haechan dan itu akan terjadi jika kau tak merasa sendirian lagi. Cobalah untuk berbaur dengan kami, maka kau akan-"

"Hey Mark, apakah kau tahu? Aku ini adalah seorang pendosa." Perkataan Mark dipotong begitu saja oleh pernyataan yang terlontar dari bibir Haechan.

"Apa maksudmu?"

"Iya, aku adalah seorang pendosa. Kau mau tahu kenapa? Karena aku selalu berharap untuk mendapatkan kebahagiaan tapi tak pernah mau mencarinya. Aku juga selalu meminta kebahagiaan tapi tak pernah mau menggapainya. Dan yang terakhir aku selalu ingin kebahagiaan tapi tak pernah mau menunggunya. Bukankah aku adalah pendosa yang tak tahu diri?" Haechan terkekeh pelan di akhir kalimatnya yang terasa begitu menyakitkan.

"Tapi kau tetap bisa berbahagia Haechan. Aku yakin, maka kau harus yakin." Mark tetap menyakinkan pemuda tersebut walaupun mata pemuda tersebut telah memancarkan rasa putus asa yang begitu besar.

"Tidak."

"Kenapa?" Haechan menoleh kearah Mark sesaat setelah Mark melontarkan pertanyaan tersebut lalu kembali menatap langit malam yang tiba-tiba saja terlihat mendung.

"Entahlah." Haechan menjeda perkataannya sebentar, "Mungkin karena para pendosa seperti ku memang tak seharusnya merasakan kebahagiaan."



















































































Salam Hangat🌻
By Author~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

US || MarkHyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang