(15/5/23)
Entah aku yang egois atau bagaimana , ia tidak seperti yang ku kenal saat itu, muak dengan tulisan ini aku paham. Perasaan ku terlalu rumit untuk di mengerti kan?. Iya aku juga paham akan itu.Dia yang menyayangimu tidak akan mengeluh hanya karna memahamimu. Aku hanya rindu, rindu haby yang dulu. Jika bertanya² yang seperti apa ?
Yang lembut tutur katanya, manja pembawaannya aku merindukan itu entah pergi kemana sosok itu. Ku harap masih ada walaupun paling dalam disana.
Aku tau kau punya masalah mu sendiri, tapi tolong jgn buat ku seakan terjerat dalam amukkan tak berdasar itu. Aku hanya, iya, hanya perempuan dengan hati selembek nutrijel eheh,
Bukan dasar apapun aku mulai melarang² dan mungkin membuat sebagian rasa tak nyaman keluar atas sikap ku, karna hanya atas dasar sayang...
Kebahagiaan tidak melulu tentang uang, tapi skrg mungkin kau sedang terlena akan itu. Manusia, namanya juga manusia.
Tapi kembali lah berfikir hati ku yang seperti nutrijel wkwk kau hancurkan perlahan dengan tajamnya lidah yang takkan terlupakan, bagaimana nnti jadinya nutrijel itu ?.
Percikkan² air yang perlahan membasahi pipi memang selalu turun tanpa melihat kondisi, membuat sang tubuh perlahan mati akan pikirannya sendiri.
Dimana letak pedulinya ? Tak seperti ia dulu yang ku kenal,
Hari² itu jika pun bisa di ulang, aku tidak ingin mengenal namanya rajutan harapan lagi, kesempatan yang alurnya seperti sudah di tayangkan.
Kembali terulang seperti rekaman lama.
Dia yang berjuang meluluhkan hati untuk kembali percaya akan kata² yang lebih manis dari Lollipop, penerimanya terjebak dengan rasa sakit saat ini. Seperti permen karet.
Seperti iba aku menerimanya memeluknya kembali untuk kesekian kalinya, tapi hari² terus berjalan sayang ku bukan tentang siapa dia dulunya tapi siapa dia dan aku kedepannya, tapi ia blm mengerti itu.
Pelukkan ku perlahan mengerat membuatnya merasa sesak dengan sikap sayang ku yang salah diartikan.
Tubuhnya berduri namun aku masih terus memeluk nya erat engan melepas. Apa artinya itu ? Kebodohan membawa pada kematian.
Sampai saat ini aku hanya berdua untuk meregangkan pelukan itu, karna cukup sakit memeluk dirinya dimana ia yang sebenarnya tidak suka akan pelukkan itu. Terus aku ngapain masih bertahan, bodoh haha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia
Non-Fictioncerita yang sampai saat ini masih berlanjut. entah akhirnya seperti apa, mari lihat bersama-sama.