TEMPAT TERAKHIR 15

42 6 0
                                    

"Jangan membenci Tuhan hanya karena kamu sedang diberi cobaan. Kenyataannya, di saat kamu sudah terbebas dari satu cobaan itu, kamu tidak pernah berterima kasih pada Tuhan."

-ndbirully-

Waktu terasa begitu cepat berlalu. Hari ini adalah hari yang paling Alesha tunggu-tunggu. Hari di mana kakeknya diperbolehkan pulang ke rumah setelah menjalani perawatan hampir satu minggu lamanya.

Gadis manis dengan pita berbentuk bintang kecil itu berjalan dengan riang di koridor rumah sakit. Alesha datang sendiri ke sini. Kenan? Entah. Jangan menanyakan lelaki itu. Sebab, sudah tiga hari ini mereka tidak pernah berjumpa.

Kenan juga tidak ada sekedar mengirimkannya pesan atau apa pun itu. Alesha tidak ambil pusing. Mungkin lelaki itu tengah benar-benar sibuk, dan tidak bisa diganggu.

Langkah kakinya terhenti saat melihat setitik darah berceceran di depan pintu kamar rawat kakeknya. Ia menyipitkan mata. Darah itu seperti jejak yang tertinggal memanjang ke arah sana, entah di mana ujungnya.

Alesha segera membuka pintu. Betapa terkejutnya ia melihat sang kakek yang tergeletak di bawah brankar dengan posisi terlentang. Ada satu bantal di samping kepalanya.

Gadis itu berlari, lalu berjongkok di depan sang kakek. Matanya melirik sekilas ke arah ranjang yang terlihat berantakan.

Alesha berteriak histeris melihat bagian perut Gama yang berlumuran darah. Infusnya pun sudah lepas. Ia menatap tangannya sejenak yang juga terdapat sedikit darah, lalu memanggil dokter dengan air mata yang sudah membanjiri pipi mulusnya.

"Dokter! Dok, tolongin Kakek saya, Dok!"

"DOKTER?!"

Alesha meraung sejadi-jadinya. Gadis itu seolah tidak bisa mengendalikan dirinya.

Pintu terbuka membuat Alesha sedikit bernafas lega. Namun, ternyata yang datang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Terlihat Kenan berdiri mematung di sana.

Alesha tak peduli kenapa pemuda itu bisa ada di sini. Pikirannya saat ini hanya terfokus pada Gama. "Tolong panggilin dokter," pintanya dengan suara serak.

Kenan menurut tanpa banyak kata. Lima menit kemudian, pintu kembali terbuka oleh Kenan dengan satu dokter pria dan suster di belakangnya.

"Dok ... tolongin kakek saya."

Pria yang dipanggil dokter itu mengangguk cepat setelah mematung beberapa saat. Ruangan ini begitu kacau. Entah ada orang yang masuk semacam penyusup atau apa. Tidak ada yang tahu.

Dokter tersebut segera memindahkan Gama kembali ke atas ranjang rumah sakit dengan bantuan Kenan.

Ia terlebih dahulu mengecek pergelangan tangan milik Gama, lalu menempelkan tangannya di sela leher pria paruh baya itu. Setelahnya mendekatkan jari telunjuknya di dekat hidung sang kakek.

Menatap Alesha dengan pandangan pasrah. Dokter tersebut berkata, "Maaf, Nak. Kakek kamu sudah meninggal dunia. Mungkin akibat luka tusukan yang dialami oleh beliau di bagian perut itu terlalu dalam, sehingga mengeluarkan banyak darah membuat kakek kamu tidak bisa terselamatkan."

Alesha terdiam. Gadis itu masih mencerna kata demi kata yang keluar dari mulut sang dokter. Tak lama kemudian ia terkekeh kecil.

"Jangan bercanda, Dokter. Kakek saya itu udah sembuh, bahkan hari ini mau pulang! Lagipula, kenapa dia sampe bisa kena tusuk kayak gini?! Apa rumah sakit di sini tidak memiliki penjagaan yang ketat untuk keamanan pasien-pasiennya?" Nafas Alesha kian memburu. Matanya menatap nyalang ke arah pria berjas putih itu.

TEMPAT TERAKHIR [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang