Chapter 1

10 1 0
                                    

Afrilia Anggraini, gadis berusia 22tahun, lulusan SMK yang tidak perlu di sebutkan, oke, dia anak pertama dari 3 bersaudara (1 laki-laki dan 1 perempuan) adik laki-lakinya bernama Antonio dan adiknya yang perempuan bernama Aurelia (Anak dari ayah tirinya), dari kecil ia hidup dalam kesederhanaan tidak ada kemewahan, Ibunya (Syarifah) bekerja serabutan apapun dikerjakan, begitu juga dengan ayah tirinya (Sigit).

*****

Tatapan kosong ke arah langit2 kamarnya, Afrilia merindukan sosok ayah kandungnya (Arifin), ia tersenyum saat mengingat kenangan di masalalu ketika masih bersama ayahnya. Tak terasa airmatanya mengalir dengan sendirinya. Dengan segera ia menghapusnya dengan kasar.

"Bapak, kakak rindu bapak, sangat." Ucapnya dengan suara sedikit bergetar.

Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan kasar. Mencoba menenangkan dirinya kemudian beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka dan kakinya sebelum tidur. Tak lama ia pun merebahkan tubuhnya, selang beberapa menit ia pun tertidur pulas.

*****

Alarm berbunyi tepat jam 03:00
Afrilia dikagetkan dengan Alarmnya itu. Ia mencoba membuka mata perlahan kemudian duduk sebentar dan mengambil sebotol air yang berada di samping tempat tidurnya.

"Bismillahirrahmanirrahim." Ia pun meneguk sedikit air.

Tak lama ia pun bangkit dan menjalankan shalat tahajud. Di situ Ia meluapkan segala isi hatinya, ia selalu berdoa agar bisa bertemu dengan Ayahnya.

Setelah selesai menjalankan Ibadahnya, ia pun keluar kamar untuk menjalankan rutinitasnya.
.
.
.
.
.

*****
.
.
.
.
.
Flashback On
Saat itu Afrilia masih berusia 3 tahun. Dan Ibunya sedang mengandung adik laki-lakinya (Antonio), usia kandungan Ibunya sudah 8 bulan.
.
.
.
Tubuhnya begitu panas, iya, Afrilia demam. Ia terbaring di samping ibunya yang sedang memotong-motong sayur untuk makan malam.

"Sebentar ya sayang, Mak mau membawa nya ke dapur dulu, nanti Mak ke sini lagi." Ucap Ibunya dengan lembut sembari mengusap pucuk kepala Afrilia.

Tak lama Ibunya kembali, membawanya pindah ke ruang tengah karena Afrilia ingin menonton TV.  Saat mereka tengah menonton, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu dari luar.

Belum sempat Syarifah bangkit untuk membuka pintu, pintunya terbuka dan betapa terkejutnya Syarifah melihat suaminya menggandeng seorang Wanita yang sama-sama dalam keadaan mabuk berat.

Syarifah tak mengucapkan sepatah kata pun, air matanya tak terbendung. Ia hanya bisa menangis dan segera menghampiri Afrilia.

Untung saja Putrinya sudah tertidur, jadi tidak menyaksikan tingkah laku Ayahnya yang menjijikkan.

Arifin membopong Wanita itu masuk ke dalam kamar. Dengan keras menutup pintu. "Ayo sayangku, masuk." Ucap Arifin pun gairah.

Rasa sakit hati dan kecewa tercampur aduk yang dirasakan Syarifah. Ia mendekati Putrinya (Afrilia) memeluknya dan akhirnya tidur menyusul Sang Putri, tak lama ia pun tidur pulas.
.
.
.
.
.
Keesokan paginya, seperti biasa Syarifah menjalankan rutinitasnya sebagai seorang istri sekaligus Ibu. Ia memegang kening Afrilia, dan Alhamdulillah suhu panasnya sudah menurun tidak seperti tadi malam.

"Nak, ayo sarapan dulu." Ucap Syarifah.

Afrilia menggeliat. Syarifah membantu putrinya untuk duduk. "Sarapan dulu ya nak, biar cepat sembuh, biar Afrilia bisa main lagi." Dengan semangat Syarifah merayu putrinya agar mau sarapan.

Saat Syarifah tengah menyuapi putrinya, Wanita yang dibawa oleh suaminya keluar dari kamar. Afrilia pun ikut menoleh.

"Mak, itu siapa?." Tanya Afrilia dengan polosnya.

"Itu temannya bapak nak, semalam bapak bawa kerumah karena teman bapak sakit." Ujar Syarifah mencoba meyakinkan putrinya agar percaya.

"Oh, tantenya cantik ya mak." Ucap si polos Afrilia.

Wanita yang bernama Yuki itu hanya tersenyum acuh sembari memutar bola matanya. Kemudian pergi begitu saja.

Tak lama Arifin pun keluar dari kamar telanjang dada hanya memakai celana selutut.

"Mas." Panggil Syarifah.

"Iya, apa mak. Bapak mau mandi dulu, gerah." Sahut Arifin. Mak, panggilan kepada Sang Istri.

"Ya sudah, itu sarapan sudah aku siapkan." Tegas Syarifah.

Arifin hanya mengangguk paham, kemudian beranjak ke kamar mandi. Syarifah tidak bisa melupakan kejadian tadi malam sebelum ia berbicara kepada Arifin.

Ia lanjut menyuapi Anaknya. Tak lama akhirnya selesai.

"Kak, kalo kakak mau tidur lagi gapapa tidur aja ya." Ujar Syarifah. Afrilia mengangguk tanda mengerti. Afrilia pun kembali untuk tidur karena tubuhnya masih sangat lemah.

Syarifah beranjak ke kamar menunggu suaminya untuk bicara kepada Suaminya.

Clekkk...

Arifin memasuki kamar ia melihat Syarifah ada duduk di kasur sambil memandanginya. Arifin pun menghampiri Syarifah.

"Kenapa Mas, tega ngelakuin itu ke aku?" Ucap Syarifah. Suaranya mulai bergetar.

"Maaf mak, bapak khilaf. Maafin bapak ya mak. Bapak janji gak akan temuin dia lagi." Ujar Arifin meyakinkan istrinya.

Syarifah mengangguk. Berharap suaminya berkata dengan jujur.
.
.
.
.
.
Saat itu Arifin memang betul-betul berhenti menemui Yuki selingkuhannya itu. Syarifah merasa lega dan senang karena suaminya berkata jujur.

Namun setelah sebulan lamanya Arifin bertemu kembali dengan selingkuhannya itu. Ia menjalin hubungan kembali dengan Yuki dan Arifin menjadi sering pulang larut malam dengan alasan pekerjaan lembur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AfriliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang