Prologue: Young Earth

9 0 0
                                    


"Di dalam keheningan yang tenang, aku adalah jiwa bumi yang hidup. Aku memberi makan dan memberi tempat kepada semua makhluk, menumbuhkan kehidupan di permukaan yang subur dan memberi kedamaian pada hati yang haus akan kedamaian" - Gaia, dewi Bumi.





Di zaman kuno yang jauh di masa lalu, ketika Bumi masih muda dan dipenuhi dengan keajaiban yang belum terpecahkan, ada sebuah dunia yang menakjubkan di mana dewa-dewa berjalan-jalan di antara manusia. Alam semesta ini dipenuhi dengan keindahan yang tak terhingga, menggabungkan elemen-elemen alam yang mempesona dan keajaiban yang belum terungkap.

Pemandangan yang memukau memenuhi setiap sudut Bumi. Pegunungan menjulang tinggi ke langit, ditutupi oleh awan putih yang lembut. Hutan lebat dengan pepohonan raksasa dan tanaman yang berkilauan, menyediakan tempat tinggal bagi flora dan fauna yang eksotis. Lautan yang luas dengan ombak yang megah dan airnya yang berkilauan seperti permata biru, mengundang keajaiban bawah laut yang tak terduga.

Di tengah keindahan alam yang luar biasa ini, dewa-dewa berkeliaran di antara manusia dengan rupa yang mempesona. Mereka mengenakan pakaian yang indah, terbuat dari kain sutra yang halus dan dihiasi dengan hiasan perak dan permata yang berkilauan. Kulit mereka bersinar dengan sinar yang keabadian, menandakan kekuatan dan kedermawanan mereka.

Dewa-dewa ini menunjukkan kuasa mereka dalam segala bentuk dan warna. Ada dewa yang mengendalikan cuaca, dengan kuasanya memanggil hujan yang menyegarkan atau menggelar petir yang menggelegar di langit. Ada juga dewa yang mengatur alam bawah sadar, mempengaruhi mimpi dan harapan manusia. Tak ketinggalan, dewa yang menjaga kebijaksanaan dan keadilan, memastikan bahwa tatanan hidup di Bumi tetap seimbang.

Setiap kali dewa berjalan-jalan di Bumi, mereka meninggalkan jejak keajaiban di belakang mereka. Tanaman tumbuh dengan subur dan mekar dalam kehadiran mereka, hewan-hewan muncul dengan keanggunan dan kecantikan yang luar biasa. Suara nyanyian dan tawa mereka mengisi udara, membawa kebahagiaan dan keberuntungan bagi manusia yang beruntung melihat mereka.

Bumi yang masih muda ini adalah surga bagi manusia, tempat keajaiban nyata terjadi setiap hari. Dalam pemandangan yang memukau ini, manusia merasa dekat dengan para dewa, menghormati dan menyembah mereka sebagai pengatur alam semesta. Dan di bawah sinar matahari yang cerah dan langit yang biru, hubungan antara dewa dan manusia terjalin dengan harmoni yang indah, menciptakan era keemasan yang tak terlupakan di Bumi.

Dalam kerajaan para dewa yang indah, suasana kegembiraan dan kebahagiaan telah berlangsung selama berabad-abad. Namun, lambat laun, rasa kebosanan mulai menyusup ke dalam hati para dewa yang abadi ini. Mereka merasa bahwa manusia, ciptaan mereka yang tercinta, mulai melupakan keberadaan dan kekuatan mereka.

Uranus, dewa langit yang bijaksana, duduk di singgasana emasnya. Ia merasa kecemasan atas masa depan manusia dan berbagi kekhawatiran ini kepada Gaia, dewi bumi yang cantik dan penuh kasih. Mereka memutuskan untuk mengambil langkah-langkah untuk menguji kesetiaan manusia, dan menciptakan seorang anak yang akan menjadi saksi dari kekuatan dan cinta mereka.

Dengan perpaduan air mata dari Uranus dan kehangatan dari Gaia, terlahirlah seorang anak bernama Nos. Namun, lahirnya Nos disertai dengan tangisan dan penderitaan, seolah-olah nasib buruk telah ditakdirkan padanya. Dewa-dewa menyaksikan kejadian itu dengan penuh harap, karena mereka ingin melihat bagaimana manusia akan merespons anak yang terlahir dalam kesedihan ini.

Uranus, dengan suara serak yang penuh kebijaksanaan, berkata, 

"Gaia, lihatlah ciptaan kita, Nos. Dia akan menjadi alat bagi kita untuk menguji kesetiaan dan kepercayaan manusia. Kita akan mengamati apakah mereka akan menghakimi dan menolaknya atau menyambutnya dengan kasih sayang dan pengertian."

Tale of ChronosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang