Chapter 1: Kutukan pertama

2 0 0
                                    

"Dalam ketidakberbatasan langit, aku menguasai dengan kemegahan dan kebesaran. Aku adalah cahaya yang menerangi malam, menunjukkan jalan bagi semua yang mencari kebijaksanaan dan inspirasi."- Uranus, Dewa Langit




Setelah rapat para tetua selesai, Callie duduk di tepi sungai yang mengalir tenang. Ayahnya, sang tetua, duduk di sebelahnya dengan penuh kebijaksanaan dan tanggung jawab yang melekat pada sosoknya. Cahaya matahari memancar di balik mereka, memberikan sentuhan hangat pada momen itu.

 "Callie, sebagai anakku yang terkasih, kamu harus selalu ingat tanggung jawab yang kita emban. Aku sebagai tetua desa harus menjadi teladan bagi masyarakat. Aku harus menjaga keadilan, kedamaian, dan kebijaksanaan dalam setiap keputusan yang aku ambil." ujar ayahnya sembari mengelus kepala anak satu-satunya itu.

Callie mengangguk sambil menatap ayahnya dengan penuh rasa hormat dan kekaguman. Hatinya dipenuhi oleh nilai-nilai mulia yang telah diajarkan oleh ayahnya sejak kecil. Dia mengerti betapa pentingnya peran ayahnya sebagai sosok yang dihormati dan diikuti oleh penduduk desa.

"Ayah, aku berjanji akan hidup sesuai dengan ajaranmu. Aku akan menjaga kesucian dan kebaikan dalam diriku. Aku ingin menjadi contoh yang baik bagi orang-orang di sekitarku, sama seperti ayah." jawabnya.

Tetua itu tersenyum dengan bangga, menatap putrinya dengan penuh kasih sayang. Callie merasakan beban tanggung jawab yang semakin berat namun juga penuh keberanian. Dia menyadari bahwa hidupnya harus diarahkan oleh nilai-nilai yang baik dan suci, demi kebaikan dirinya sendiri dan juga masyarakat di sekitarnya.

Mereka melanjutkan percakapan mereka yang penuh makna di bawah sinar matahari yang hangat, sementara sungai mengalir tenang di samping mereka. Takdir mereka sebagai ayah dan putri telah terjalin dengan erat, siap menghadapi setiap rintangan yang mungkin datang. Callie memandang Nos, sang bayi yang terletak dengan tenang dalam pelukannya. Wajahnya yang malaikat dipenuhi dengan pertanyaan yang menghantui pikirannya. Dalam hatinya yang penuh cinta, ia bertanya-tanya apakah benar Nos adalah anak terkutuk, padahal ia melihat kecantikan dan kemurniannya yang tak terbantahkan.

Dalam keheningan yang memenuhi ruangan, Callie menggerakkan bibirnya dengan lembut, berbisik dalam hati,

"Bagaimana mungkin sesosok bayi yang begitu cantik dan menyenangkan bisa menjadi sumber kesengsaraan bagi orang lain? Apakah benar Nos adalah anak terkutuk seperti yang dikatakan orang?"

Namun, dalam keraguannya, Callie merasa sentuhan hangat dan kelembutan di hatinya. Ia merasakan kehadiran para dewa yang menjaga mereka, memberikan perlindungan dan petunjuk. Ia tahu bahwa mereka telah mempercayakan Nos kepadanya dengan alasan yang tak terduga.

Dalam kebingungan yang melanda, Callie menggenggam Nos dengan erat, mencerminkan cinta yang tak terbatas. Ia mengingat kata-kata seorang tetua yang bijak,

"Kadang-kadang, takdir bukanlah sesuatu yang dapat dilihat oleh mata manusia. Kebaikan dan keberkahan sering kali tersembunyi di balik kisah yang penuh tantangan."

Dengan keyakinan yang tumbuh dalam hatinya, Callie menghela nafas lega. Meskipun banyak yang meragukan keputusannya untuk merawat Nos, ia yakin bahwa peran sebagai ibu bagi anak yang diberkati oleh para dewa adalah takdirnya yang sebenarnya. Ia akan melindungi dan mencintai Nos dengan sepenuh hati, meyakini bahwa kecantikan yang terpancar dari dalam diri bayi itu akan membuktikan bahwa takdirnya bukanlah kesengsaraan, melainkan karunia yang langka dan berharga.

***

Malam itu, suasana di dalam rumah yang dipenuhi cahaya lilin begitu damai. Callie dengan cermat menata kain-kain hangat untuk membungkus Nos agar ia tetap nyaman. Ia dengan penuh cinta meninggalkan Nos sejenak, membiarkannya bermain dengan lilin yang ditinggalkan di meja.

Tale of ChronosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang