"Dalam kegelapan malam, terbentang keindahan yang tersembunyi. Keheningan adalah nyanyian yang menghantar kita pada keabadian." - Nyx, Dewi malam.
Tahun-tahun berlalu, dan Nos tumbuh menjadi seorang anak di dalam kesendirian dan penolakan. Ia telah belajar bertahan hidup di dalam gua yang jauh dari pedesaan, tetapi dekat dengan sebuah kuil. Dia menghabiskan waktunya dengan merenung dan memanjatkan doa-doa kepada para dewa, yang tampaknya hanya diam tanpa memberikan respon atau pertolongan.
Setiap kali Nos pergi ke desa, para warga yang sebelumnya berjanji untuk merawatnya hanya bisa melemparkan pakaian dan makanan kecil kepadanya, sesuai dengan janji mereka. Dia diperlakukan seolah-olah menjadi binatang liar yang hidup atas belas kasihan, sebuah makhluk yang harus dijauhi dan dihindari. Beberapa warga yang lebih jujur bahkan secara terang-terangan mencemoohnya, mengajarkan anak-anak mereka untuk menjauh darinya, dan memberitahu mereka bahwa Nos adalah anak terkutuk.
Dalam keadaan yang menyedihkan ini, Nos terus menjaga hatinya yang teguh. Dia menolak untuk membalas kebencian dengan kebencian. Meskipun kesendirian dan penolakan melanda dirinya, dia tidak kehilangan harapan. Ia masih mempertahankan keyakinan bahwa di balik semua ini, ada suatu tujuan yang lebih besar yang harus dia pahami.
Dalam kesendirian yang dalam, Nos terus berjuang mencari makna hidupnya. Dia menggunakan waktu yang panjang untuk mempelajari seni dan pengetahuan, mengembangkan kecerdasan dan kebijaksanaan yang luar biasa. Dia juga mengasah kemampuan spiritualnya melalui meditasi dan pengabdian kepada para dewa.
Meskipun begitu, hati Nos tetap merindukan kasih sayang dan penerimaan dari orang-orang di sekitarnya. Dia berharap bahwa suatu hari nanti, mereka akan memahami bahwa dirinya bukanlah penyebab malapetaka, melainkan anugerah yang diberikan oleh para dewa.
Tetapi dalam keheningan dan ketidakberdayaan, Nos terus bertahan. Ia menyimpan dalam hatinya harapan bahwa suatu hari nanti, dunia akan mengakui keberadaannya dan kebaikan yang terpancar darinya. Dalam kesendirian dan kekuatan yang terpendam, Nos mempersiapkan dirinya untuk takdir yang belum terungkap.
Nos berjalan dengan hati yang berat melintasi jalanan desa. Beberapa anak sebaya duduk di dekat sisi jalan, mereka seketika diam saat melihat Nos mendekati mereka.
"Ei, lihat siapa yang datang! Nos, anak terkutuk! Hahaha!" Ketus salah seorang anak dengan kain hijau bermotif kuning itu.
"Hei! jangan biarkan dia berada di dekat kita. Ayah dan ibu bilang kalau melihat nya kita harus lemparinya makanan dan pakaian!" Lanjut seorang anak dengan rambut ikal di sebelahnya dengan sigap karena ketakutan.
Anak-anak itu mulai mengumpulkan makanan dan pakaian kecil. Mereka melemparkannya ke arah Nos dengan nada mencemooh dan tertawa.
Nos menatap mereka dengan ekspresi sedih namun penuh ketabahan. Dia tahu betul bahwa mereka hanya mencoba melukainya dengan cara ini.
"Hei, Nos! Ambillah! dan pergi! pergi! pergi cepat, kamu kan sudah mendapat semuanya tanpa harus bekerja jadi pergi, ibuku bilang kamu pembawa sial. Kamu terkutuk dan hanya akan membuat kami terkena sial juga!" seru anak dengan rambut ikal tadi. Ia jelas bukan anak yang sombong tapi dia takut bahwa Nos bisa membuat mereka terkena sial.
Nos menahan rasa sakit dan malu yang terus-menerus membanjiri hatinya.
"A- Aku--"
"Kami mohon, pergi!.."
"Kami tidak mau mati!"
Nos memandang mereka dengan tatapan penuh kehampaan. Dia merasakan keputusasaan dan kesepian yang tak terkatakan. Dalam diamnya yang menyedihkan, Nos melangkah perlahan menjauh dari kerumunan anak-anak itu. Dia meninggalkan desa dengan hati yang hancur, merasakan bagaimana rasanya diusir dan dihina oleh mereka yang seharusnya menjadi teman-temannya. Kata- kata terakhir yang didengarnya benar- benar menyakiti nya. Dia masih sangat muda tapi iya sudah tau apa saja kengerian yang diakibatkan olehnya. Bahkan, ia mengetahuinya dari teriakan ketakutan orang dijalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tale of Chronos
FantasyKisah ketika bumi masih muda. Nos, terlahir dari air mata para dewa dan ditakdirkan menghabiskan waktu hidupnya menjadi anak terkutuk yang menyedihkan. Ia menghabiskan seluruh hidupnya dan mengutuk para dewa karena telah membuatnya membuang waktu...