Saling Menunggu

110 24 15
                                    

Typo bertebaran

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karya_ by Lidwinsetya

🥀🥀Happy reading🥀🥀
_

________________________________________


" Biarkan rasa itu datang di waktu yang tepat, tanpa kamu pinta pun rasa itu akan tumbuh dengan sendirinya. Jangan pernah di paksakan ketika cinta itu belum tumbuh untuk aku. Biar aku yang terus berjuang untuk mendapatkan kamu"

~Arif Faturrohman~

Janji telah ditepati, untuk tidak menikah sebelum Akma sembuh. Perjalanan yang  sungguh luar biasa untuk seorang Gazala Nisa Albagaz. Ya, dia menepati sampai Akma dapat melihat indahnya dunia. Ketika mendapat donor mata pertama kali dan langsung cocok, ia merasa sangat bahagia. Di tambah saat mendapat kabar ponakannya siuman setelah tindakan operasi. Gazala yang paling semangat dan tidak pernah berhenti tersenyum serta mencium seluruh wajah keponakannya itu.

Ribuan rayuan yang Akma dan Hafiz lontarkan seakan tidak ia gubris sama sekali. Kedua lelaki itu menginginkan  agar ia segera melepas masa lajangnya. Gazala akui di usia yang tak  muda lagi tidak mampu ia hindari. Sudah lewat dari separuh hidupnya  Gazala masih betah untuk hidup sendiri.

Hari ini ia berniat menghadiri acara pernikahan Sisil dan Baihaqi tentu berbarengan dengan keponakannya dan suster cantik yang tak lain adalah Bei yang beberapa pekan ini sudah mendekat lagi seperti dulu. Gazala mulai berdamai dengan semua keadaan. Ia menganggap  takdir begitu misteri untuk semua perjalanan hidup yang ia lewati.

Berusaha sebaik apapun Baihaqi memintanya saat itu untuk memikirkan kembali. Namun, rasanya semesta belum juga mengizinkan untuk Gazala menerima nya. Lantas  sebagai manusia ia bisa apa? Ingin mengendalikan takdir? jelaslah itu tidak akan mungkin.

^^^

"Mbak, jadi mau datang ke acara walimah Dokter Qiqi?" Hafiz duduk di kursi meja belajar yang bersebelahan dengan meja rias dimana Gazala sedang merapikan khimar nya.

"Insyaallah jadi, emang kenapa gitu? Mau ikut?atau sekalian mau ajak Nabila?"

Hafiz nyengir memamerkan gigi putihnya yang tertata rapi. "Heheheheh, kok tau sih?"

"Sudah terlihat isi otak mu yang gak jauh dari Nabila, memangnya mau siapa lagi yang kamu ajak? Bei Cayra? Gak mungkin kan! Setiap bertemu dengan perawat itu, kamu sudah sebal dan bersikap sangat menyebalkan"

Seandainya Kamu 4 (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang