Dua minggu berlalu di Rumah Sakit selepas siuman, kini Jennie sudah diperbolehkan pulang mengikuti rawat jalan. Selama itu pula, Lisa tak henti - hentinya menceritakan seluruh anggota keluarga besar mereka dan bagaimana Jennie melakukan pertemuan pertama dengan mereka semua.
Jennie tentu saja dirawat dengan baik, ia makan dan minum obat dengan teratur dan menjalani terapi okupasi sehingga ia dapat mengingat beberapa kepingan memori dalam otaknya.
Lusa kemarin, ia mengingat memori pedih yang berisikan ia dan Ella berpamitan dan memberikan penghormatan terakhir kepada jasad kedua orangtua di rumah sakit. Kenangan itu sangat menyakiti hatinya sekaligus kepalanya lansung berdenyut pening. Ia bahkan sempat tak mau makan seharian sampai ingatan baru kembali melintas di kepalanya pagi ini.
Jennie dan Lisa baru saja masuk kedalam ruang kesiswaan, mereka lansung ditatap sinis oleh satu wanita yang merupakan ibu dari seorang murid.
Alasan mereka dipanggil kemari karena kedua anak mereka terlibat pertikaian.
Karena keluarga Manoban bukan orang sembarangan, Kepala Sekolah turut hadir dalam ruangan.
"Selamat datang, CEO Manoban dan Nyonya Manoban. Mari duduk." Sapa Nick si Kepala Sekolah dengan ramah.
"Oh jadi ini orangtua dari anak yang membuat wajah anakku terluka!" Ketus ibu murid itu dengan wajah merah padam. Tingkahnya sangat angkuh duduk si sofa single seperti dia memiliki segalanya.
Jennie menaikkan sebelah alisnya lalu menatap wanita tua itu dari atas sampai bawah setelah itu ia memakai kaca mata hitamnya sembari mendudukkan bokongnya di sofa.
"Jennie Manoban, Lepas kacamatamu." Pinta Lisa karena istrinya mulai dirasuki iblis.
"Mataku akan perih jika harus melihat wanita gendut dan jelek yang sedang duduk di sofa depanku ini, honey."
"Apa katamu?!"
"Harap tenang, Nyonya Phunawat." Nick buru - buru kembali membuat wanita itu duduk.
"Mengapa kamu tersinggung? Itu memang faktanya."
"Nyonya Manoban, kamu benar - benar kurang ajar! Pantas saja anakmu berlaku sepertimu! Buah memang tidak jatuh dari pohonnya."
"YA! Kamu—"
"Duduklah dengan benar, dan lepas kacamatamu." Potong Lisa dingin kepada istrinya yang akan berdiri dan mengamuk kepada wanita itu.
Jennie menghela nafasnya kasar lalu melepaskan kaca mata hitamnya.
Melihat wanita itu tersenyum licik kegirangan membuat Jennie lansung melempar kacamatanya ke wajah wanita itu.
BUGH!
"OUCH! YA!"
"Upss! Sorry.... aku tidak menyesal."
Lisa memijit pelipisnya pening. Seperkian detik kemudian tangannya lansung refleks menangkap kacamata yang dilemparkan kembali oleh wanita itu ke arah Jennie.
"See? Istriku tidak akan membiarkan wajah cantikku terluka." Kata Jennie tersenyum kegirangan.
Kepala Sekolah lagi - lagi harus berdiri untuk menghadang Nyonya Phunawat yang sepertinya sudah ingin mencabik - cabik wajah Jennie.
"Nyonya Phunawat tenanglah, izinkan kami untuk menjelaskan kejadian peristiwa dulu. Setelahnya kalian bebas untuk bertengkar."
Emosi Nyonya Phunawat sudah naik turun, ia kembali duduk lalu membalas, "Sebaiknya cepat jelaskan sebelum aku benar - benar kehilangan kesabaranku, Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
ME! (GxG)
Teen Fiction"I promise that you'll never find another like me." -Lalisa