Carpe diem

337 53 0
                                    

Pagi ini, seorang pemuda bersurai hitam yang dikenal dengan nama Park Gunwook itu sedang merapikan catatan yang akan ia pelajari untuk kuis di kelas selanjutnya, di meja dan kursi yang terlalu sempit untuk tubuhnya itu, ia menghela nafas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, seorang pemuda bersurai hitam yang dikenal dengan nama Park Gunwook itu sedang merapikan catatan yang akan ia pelajari untuk kuis di kelas selanjutnya, di meja dan kursi yang terlalu sempit untuk tubuhnya itu, ia menghela nafas.

Sembari menaikan kacamata yang bertengger di hidungnya, ia kemudian berdiri untuk mencari buku-buku tebal yang ia pinjam dari perpustakaan kampus, semuanya berceceran di lantai karena masih ada yang belum ia bereskan dari bekas ia belajar lusa yang lalu.

Kehidupan sehari-harinya memang terasa lebih sibuk semenjak tinggal sendiri di asrama, kalau tahun lalu ia masih bisa merasakan disambut oleh masakan ayam asam manis buatan ibunya setiap pulang sekolah, sekarang ia hanya dapat membeli makanan instan di minimarket, memasak telur ceplok di dapur asrama, atau memesan delivery saking merasa tidak ada waktunya.

Mata kuliah yang ia jalani juga melelahkan.

Masuk jurusan Hukum bukanlah sesuatu yang Gunwook pikir akan menjadi salah satu minatnya, tetapi demi mengikuti jejak sang Ayah, Gunwook bercita-cita menjadi seorang pengacara.

"Meow."

Fokus untuk membaca ulang catatannya terhenti ketika ia menoleh dan melihat seekor kucing putih yang mengeong di depan jendelanya, hewan berbulu itu mengedip kan mata ketika Gunwook menatapnya, ia ingin dibawa masuk.

Pemuda bermarga Park itu seketika mengeluarkan kekehan gemas dan berdiri, merapihkan buku-buku yang berada di lantai agar si Putih bisa melangkah masuk ke kamarnya yang cukup sempit itu.

Sebagai mahasiswa yang berhasil masuk berkat beasiswa full, kamar yang disediakan untuknya bukanlah sesuatu yang ia beri banyak harapan dari awal, mendapatkan kesempatan untuk menduduki bangku di salah satu Universitas top dunia saja sudah sangat cukup untuk disyukuri menurutnya, terlebih lagi ketika Gunwook dapat bertemu dengan si Putih yang tidak bisa berhenti menempelkan badan berbulu lembut miliknya itu ke kakinya.

Gunwook tidak mengerti mengapa, tetapi kucing putih ini sudah bermunculan di jendelanya sejak hari pertama ia menapakkan kaki di kamar ini, Gunwook pikir, mungkin karena ada mahasiswa sebelumnya yang pernah tinggal di sini dan sekarang sudah pindah ke kamar lain, jadi ia mengira Gunwook sebagai orang itu? Sayangnya memang tidak diperbolehkan membawa peliharaan di asrama ini.

"Lapar ya, bentar, kayaknya aku masih ada cemilan buat kamu." Setelah mengelus-elus kepala kecilnya dengan lembut, ia berjalan ke arah laci meja, mengeluarkan se-sachet creamy treats untuk si Putih yang sudah duduk manis di atas sofa berwarna putihnya.

Gunwook mendudukkan dirinya di atas karpet, menatap hewan berbulu itu gemas ketika ia menjilati cemilan nya dengan lahap, namun tatapannya berpindah pada sesuatu yang menyangkut di sela-sela kukunya.

"Ung, apa ini..?" Ia tertawa, apakah kucing ini baru saja bermain di area yang penuh dengan bunga liar? Gunwook menyingkirkan dua tangkai bunga kecil yang menyangkut di kuku nya, meletakkannya di atas meja belajar.

Purple Iris To Dandelion | GunJin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang