"Kau tidak penasaran?"
Kini mereka berdua berada di ruang makan dalam markas besar, sebelum melaksanakan tugasnya.
"Tentang?" Ken, melirik Luis yang mendadak berceletuk.
"Aku penasaran dengan ruangan yang selalu ditutupi dengan pertahan berlapis oleh ketua."
"Berlapis? Ah maksudmu ruangan yang pernah meledak itu?"
Luis mengangguk, "padahal sudah hancur tapi masih dijaga ketat. Kan aneh!"
"Dari pada penasaran terus lebih baik ke kelas deh." Ken menarik Luis, karena selalu saja kumat bila ada hal yang bikin penasaran.
"Tapi—"
"Diam seperti ini kan bagus," ledek Ken.
Luis menampar keras, memilih pergi duluan ke kelas. Tetapi, pipinya memerah karena tadi dibungkam sejenak oleh Ken.
Ken terkekeh, terus mengekor. Lelaki manis, teman kamar sekaligus tim dalam melakukan misi.
Lagi-lagi, Luis tidak mendengarkan penjelasan. Terusik dengan anak baru selalu sendirian, dan menjauh ah lebih tepat belum dapat tim.
"Kenapa lagi?" Ken heran dengan Luis.
"Dia rekan siapa?"
"Entahlah, kan hanya ketua yang tau." Ken melirik tangannya iseng melakukan sesuatu.
"Uh kau sengaja ya!" Luis sebal, mentang-mentang Ken bisa mengendalikan darah, terlebih bila dengan dirinya pasti ke arahnya mesum!
"Kau terlalu menggoda tau, makanya setiap rolling pasangan dalam tim, aku selalu minta ketua untuk tidak menukarmu dengan yang lain," bisik Ken, sengaja meniup tengkuk leher Luis, tak ayal mengecup.
Luis merinding, langsung menjauh dan berpindah tempat ke sebelah si anak baru.
"Ya?"
"Ahaha! Aku di sini bentar ya? Dia bikin kesal." Luis berharap sekali.
"Oke."
Luis merasa aneh ah nyaman, bukan berarti ingin selingkuh dari Ken. Tetapi, nyamannya berbeda. "Kau siapa? Pasangannya siapa?"
"Ansel, pasanganku tidak ada."
"Kau melakukan misi sendiri? Kenapa nggak minta ketua carikan pasangan?" Luis semakin kumat.
"Tidak, lagi pula aku bukan sepertimu yang disuntikan."
Luis baru ingat, markas—sekolah umum biasa, tetapi alibi untuk menemukan manusia yang cocok untuk mendapatkan kemampuan, jadi bukan hanya teori, tetapi praktek untuk mengetahui kemampuan, lebih ditekankan.
"Kukira yang terpilih juga."
"Tidak, karena tingkat kelulusanku gagal semua dan aku memilih hidup biasa, walau semua harus ikut aturan bersekolah di sini."
Kini berada di sebuah misi pengintaian, ke markas teroris dari luar.
Negara RedStone, menjadi incaran terlebih lagi, keberuntungannya yang berhasil mengambil DNA yang bila disuntikan ke manusia biasa, akan memiliki kemampuan di luar nalar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Falsity
FantasyKenyataannya, tidak sesuai dengan yang kalian bayangkan. ©️ Amaidevil 2023