Bab 04

3 1 1
                                    

Ansel sulit merespon, tetapi tanpa sadar sorot matanya memberi sebuah jawaban.

“Aih, pada akhirnya aku harus kehilangan sebagian diriku lagi—kloningan terakhir.” Sosok tadi kembali terdiam dan belum melepaskan Ansel.

Ansel tersentak dan mengerang kencang dan ada rasa menyakitkan, tatkala ada sesuatu yang dipaksa masuk melalui bagian bawah tubuhnya.

Ketua Don semakin tak berkutik, di satu sisi tidak ingin Ansel dibawa sosok tersebut si manusia aneh—yang asli, yang selama ini dibuat alasan untuk dijaga, padahal yang selama ini ada ditangannya dan dimilikinya hanya sebuah kloningan terakhir—Ansel.

“Nghhh! Aaanghh saaakit nnghh!”

Sosok tadi hanya menatap datar. “Bersabar sedikit, atau kau memang ingin ikut denganku? Ah kubawa paksa saja ya?” ucapnya, sembari terus menekan paksa.

Tanpa mempedulikan erangan kesakitan Ansel, dan terlihat matanya mulai berlinang, tanpa sadar melirik Ketua Don.

Ya, benar.

Walau muak dijadikan kelinci percobaan, tetapi tak bisa disangkal Ansel menikmati semua itu, terutama perlakuan yang Ketua Don perbuat, setelah kelinci percobaan dilakukan.

Ansel dilepaskan dan terduduk di lantai dan itu masih disudutkan. Bahkan, kedua kakinya diregang paksa dan bagian bawahnya—lubangnya terus ditekan oleh benda asing. “Anggh! berenti ini sakiit! Angh!”

“Ais, sedikit lagi.” Terus sibuk memaksa menekan—lebih tepat memasukan sesuatu. “Diamlah! Atau kau sungguhan ingin aku merebutnya?”

Ketua Don yang tidak tahan, berhasil mendekat dan mencengkeram kuat bahu sosok yang baginya saat ini menyiksa Ansel.

“Kalau kau tidak mau, ya diam dan tunggu saja. Ah kau tergiur ya?” Sosok tadi menyadari melakukan sesuatu hal pada kloningan otomatis membuatnya tanpa sehelai benang pun di mata Ketua Don. “Sabar sedikit, kalau kau benar-benar ingin mendapatkan langsung hasil darinya.”

Ketua Don kembali mematung, bukan karena takut bila Ansel direbut oleh si sosok yang asli.

“Sudah.” Sosok itu kini melepaskan Ansel, yang masih aneh buktinya terus mengerang. “Kenapa kau diam?” Kini melirik Ketua Don. “Atau ….”

Ketua Don langsung membawa Ansel pergi.

“Pada akhirnya, aku harus kehilangan kloningan, dan sialnya dia satu dari ribuan kloningan yang berhasil. Ah itu memuakkan!” gerutunya.

“Kau siapa?”

Sosok tadi terdiam, tak mengira akan berhadapan langsung dengan mereka yang berhasil dihasilkan Ketua Don dengan Ansel, meskipun melalui cara lain.

Kehilangan kloningan bukan berarti gagal, melainkan berhasil mendapatkan anak. Ya, Ansel kloningan terakhirnya, melalui DNA yang Ketua Don ambil terus menerus dari Ansel, dan uji coba gila, lalu disuntikan pada orang asing yang otomatis DNA Ansel adalah DNA-nya, artinya mereka anak-anak hasil penyatuan DNA.

“Diri asli Ansel, kalian mengenal bukan?”

Luis mematung, begitu juga Ken.

“Ais lupa.” Sosok tadi membuka tudung, terlihat jelas kemiripan pada Ansel, lagipula kan kloningan jadi wajar mirip. “Ansel yang kalian kenal adalah kloninganku, yang selalu saja didominasi oleh Don! Hah dia benar-benar melanggar janji, yang lebih memuakkan kloninganku itu malah menikmatinya!”

Berta terusik, “apa maksudmu? Kloningan? Lalu Ketua Don?”

Lexi ikut menyahut, “Ansel? Ah Ansel yang kalian ceritakan?” Kini melirik Luis dan Ken.

“Selama ini yang kalian jaga itu, kloninganku. Ahaha dia harusnya sudah puas kuberi waktu menikmati kegilaan, tetap saja egois, hah dasar. Membuatku harus merelakan kloningan terakhir.”

“Itu artinya kau dan Ansel adalah si manusia aneh ….”

“Itu benar, tanyakan saja pada Don, tapi tidak sekarang, karena pastinya dia sibuk dengan Ansel, ditambah setelah kuberi hadiah spesial untuknya.”

Ya, spesial yang dimananya harusnya si sosok asli yang bisa membuahkan seluruh kloningan termasuk Ansel, kini Ketua Don bisa mendapatkannya secara langsung.

“Sampai jumpa, anak-anak.”

“Huh? Anak?” Mereka berempat masih bingung.

Ansel kini dalam kondisi berantakan, itu semakin membuat sang dominan tergoda, buktinya terus bergerak kasar dalam proses penyatuan.

“Anghh! Don pelannghh!”

Ketua Don tak menggubris, terus menerus menggempur ganas Ansel, dengan melakukan berbagai macam posisi.

“Kau milikku, meksipun hanya kloningan,” bisik Ketua Don, mendekap erat Ansel duduk di pangkuannya dengan posisi membelakanginya.

“Anghh!” Ansel semakin dibuat kacau, ketika Ketua Don mengendus, lalu mengigit lehernya, merembet ke setiap tubuhnya yang sensitif. Ditambah terus menaik turunkan dirinya.

Ketua Don sudah tidak peduli, sosok asli membongkar rahasia. Baginya, hal yang menyenangkan, berhasil menjadikan Ansel untuk tetap menjadi miliknya, dan bisa menghasilkan langsung setelah dibuahi olehnya.

Tangan besar Ketua Don, kini bergerak meraba setiap jengkal tubuh Ansel yang penuh peluh dan tanda, berakhir di kedua puting yang mencuat.

“Anghh! Don!”

Ketua Don terkekeh, tetapi terus melakukan di sela-sela gempuran ganasnya dalam melakukan penyatuan dengan Ansel yang entah sudah berapa ronde.

Yang pasti, tidak akan berakhir cepat.

Ansel hanya bisa mengerang, kacau, tak karuan, tak berdaya sekadar menghentikan Ketua Don yang terus mencubit, memilin, kedua putingnya yang mencuat dan itu semakin sensitif.

“Terlalu dalammnggh! Ahhh Don!” Ansel terengah-engah dan lemas, perutnya panas dan merasa Ketua Don banyak sekali mengeluarkan dalam tubuhnya. “Don?”

“Ya?” Ketua Don masih enggan melepaskan Ansel, buktinya terus mendekap erat dan menahan tetap duduk di pangkuan, dan itu masih menyatu.

“Nggh, keluarkan! Aku lelah.” Ansel meracau tak karuan, meskipun Ketua Don tidak bergerak untuk menggempurnya lagi, tetap saja terusik dengan milik Ketua Don yang besar dan itu masih menyatu dengannya.

“Biarkan, aku belum puas. Lagi pula, biasanya kita akan melakukan seks setelah uji coba kan? Kali ini tidak,” bisik Ketua Don, sembari meniup telinga Ansel, dan tangannya kembali meraba setiap jengkal tubuh Ansel

Ansel semakin tak karuan. “Angh Don! Sudah aku lelahaaaaahnghh!” Tersentak saat membalikkan paksa, hingga menjadi berhadapan.

Ya, Ketua Don langsung membungkam Ansel ke dalam ciuman ganas dan memabukan.

Ansel merasakan ketika Ketua Don bergerak lagi untuk menggempurnya.

Ya, pergumulan panas mereka masih berlanjut, terutama Ketua Don semakin bernafsu setelah mendapat hadiah, itu sebabnya tidak mau menyia-nyiakan, seolah lupa kalau esok hari atau hari lainnya bisa melakukannya.

Ansel? Hanya bisa pasrah, yang pasti akan kembali terkurung cukup lama efek tak bisa berjalan lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FalsityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang