“Hmm, kalau dipikir-pikir, kau sudah cukup lama mendominasi. Buktinya, sampai berhasil menahan negara lain agar tidak menyusup, untuk sekadar melihat hal gila yang kau dapat dan kau buat.”
Ketua Don mematung, tak menyangka akan kemunculannya.
“Hee, kau bahkan berhasil membuat pasukan. Walau masih harus dipoles hingga benar-benar matang.” Sorot matanya begitu intens dan sulit diartikan, ke arah semua yang menjadi uji coba dari suntik DNA. “Oh iya, karena sudah kubiarkan begitu lama, artinya ….”
Bila di hadapan semuanya, Ketua Don begitu ditakuti dan terkenal berani, intinya sosok pemimpin yang berkharismatik.
Akan tetapi, seketika lenyap kala muncul seseorang, yang bagi Ketua Don adalah sebuah ancaman yang bisa merebut semuanya, setelah hasil dari upaya yang selama ini dilakukan.
“Aku bisa mengambil kembali apa yang seharusnya menjadi milikku.”
Ketua Don semakin mematung.
“Benar bukan?” Sosoknya, kini berhadapan dekat sekali dengan Ketua Don. “Ah aku baru menyadari sesuatu hal.” Mendadak senyum aneh terlukis di wajahnya, meskipun sebagian tertutupi oleh tudung dari jubah hitam, tetap saja bila berdekatan akan terlihat lebih jelas.
“Ti-tidak boleh!”
Sosok tadi berdeham, sembari menaikkan satu alis.
“Kau tidak boleh membawanya!
“Kau siapa? Berani melarangku membawanya, hm? Lagipula, harusnya kau sudah puas setelah kuberi waktu untuk menikmati dan melakukan semua hal yang kau inginkan selama ini bukan?”
Ketua Don menggeleng.
“Kau lupa perjanjian?”
“Tidak, tapi kuminta biarkan dia tetap jadi ….”
“Ahahaha sudah kuduga, kau tertarik dengannya, sekaligus kau tau bahwa dia omega, sayangnya bisa dibuahi tanpa bisa menghasilkan.”
Ketua Don berdecih.
“Nggak menghasilkan, tapi kau pintar berhasil menghasilkannya dengan cara lain, buktinya adalah mereka semua, eh?”
Ketua Don tak berkutik.
“Kau dengar, kau bisa ah maksudku, meskipun kau sudah berkali-kali membuahinya, tetap saja tak akan bisa, karena dia hanya bisa dibuahi olehku.”
“Aku tidak peduli!” sentak Ketua Don, “dia milikku dan kau nggak boleh ….”
“Hah? Nggak boleh?” Sosok tadi mengalami perubahan raut wajah, menjadi dingin dan tersinggung. “Seolah dia sungguhan milikmu padahal bukan, harusnya kau sadar diri.”
Ketua Don dilanda kegusaran, ketika sosok itu pergi dan pasti mencari apa yang telah menjadi miliknya, meskipun perkataan sosok tadi benar, tetap saja Ketua Don tak mau kehilangan.
Sementara itu, Luis kembali berhasil mendekati Ansel kala itu sendirian di koridor sepertinya sedang melamunkan sesuatu?
“Hei, kau!”
Ansel tersentak. “Apa?”
“Hanya mau menyapa dan mengobrol saja, lagipula kan senggang, dan Ketua Don juga belum menyuruh berjaga lagi. Entah kenapa aku merasa kali ini sungguhan telah damai.”
Ansel tak merespon, tetapi terusik ketika Luis semakin mendekat.
“Mendadak aku suka dengan baumu ah intinya hangatnya berbeda.” Luis memaksa melesak dan mendusel.
Ansel mematung.
“Sebentar, tapi sungguh aku nyaman dan merasa ada sesuatu hal seolah ikatan?” Luis bingung sendiri, “tenang saja Ken nggak bakal marah. Lagi pula dia juga merasakannya.”
Ansel tadinya terkejut kini santai. Buktinya, mulai membiarkan kelakuan Luis.
“Oh iya, apa hubunganmu dengan Ketua Don?”
“Hm, bukankah sudah kukatakan aku kelinci percobaannya?”
Luis tidak percaya, malah semakin melirik serius untuk meminta jawaban yang sesungguhnya. “Kau bohong.”
Ansel kini terdiam.
“Kau nggak mau jujur?” Luis semakin mendesak, di sela-sela menikmati kehangatan yang didapat dari Ansel.
Ya, aneh sekali bagi Luis dan seolah enggan melepaskan.
“A-ak—”
Luis mengernyit, kala melihat Ansel mematung. “Ada apa? Hei! Jangan pergi dulu!”
Sayangnya, Ansel berhasil melepaskan diri dari Luis.
Namun, langkah kakinya terhenti, ketika sosok yang menemui Ketua Don, kini muncul di hadapan Ansel.
“Hm, kau kutemukan.”
Ansel mematung.
“Entah kenapa kau malah berkesan menikmati?”
Ansel refleks melangkah mundur, sayangnya efek terkejut akan kemunculannya, membuat salah langkah.
Bukan, berhasil melarikan diri justru tersudutkan.
“Dia benar- benar menjadikanmu miliknya, ya? Padahal, kau nggak bisa menghasilkan untuknya secara langsung.”
Ansel tidak berkutik, ketika sosok tadi semakin menyudutkan bahkan mulai meraba dan melucuti perlahan dirinya.
“Ah ternyata benar, liat dia terus melakukan dengan dalih kelinci percobaan.”
Ansel tersentak dan menahan diri untuk tidak terpengaruh—terbuai! Sayangnya, sulit menahan, karena sentuhan sosok tadi semakin menjadi, dan tubuhnya merespon meski pikirannya tidak.
Ya, tidak sinkron.
“Hei, Don.” Sosok tadi menyadari keberadaan Ketua Don, sengaja terus memperlihatkan apa yang diperbuat pada Ansel. “Dia itu milikku.”
Ketua Don berdecih. “Tidak! Dia—”
Sosok tadi terdiam, tetapi masih menyudutkan dan mengukung Ansel. Tetapi, aura yang menguar berhasil membuat Ketua Don bahkan Ansel tak berkutik.
“Kau sungguhan menikmati apa yang diperbuat olehnya padamu?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Falsity
FantasyKenyataannya, tidak sesuai dengan yang kalian bayangkan. ©️ Amaidevil 2023