Chp 2.

991 97 10
                                    

"Dasar gak punya sopan santun." Suara berat dan tegas itu menyapa indra pendengarannya, ia bergidik ngeri.

Nathan langsung berhenti melangkah dan berbalik badan.

Ia bingung orang tua yang bekedudukan sebagai kepala keluarga itu bicara pada siapa, dan ia melihat sekitar dan hanya ia yang beranjak, ia paham ternyata ia yang dibilang seperti itu.

Namun ia tak peduli dan lanjut berjalan ke garasi.

Saat digarasi ia dapat melihat banyak mobil dan motor sport berjejeran, garasi ini sudah mirip seperti parkiran di mall.

"Nah pake ini aja gueh, pasti ketche" Ujarnya lalu mengambil kuncil motor sport yang sudah ada di motor itu, ia tak peduli jika ini milik abangnya atau siapa pun itu.

Nathan langsung menaiki motornya, menggunakan helm, dan mengendarai motor itu keluar dari perkarangan rumah dan melaju ke sekolahnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Tidak sedikit yang mengumpat dan meneriaki Nathan karna melaju kencang di jalan raya, tetapi apakah Nathan peduli? Oh tentu tidak.

Saat sudah sampai di sekolah Nathan sudah disambut dengan inti gengnya. Eh?

Jadi gini ternyata saat Nathan buka hpnya si Nathan yang dulu itu ada satu grup yang namanya Leviathan Geng's ia dan beberapa anggota lainnya adalah anggota inti dan dia sebagai ketua.

Geng Leviathan itu terkenal se antero sekolah, tidak hanya di sekolah, di arena balap juga mereka terkenal dengan kepintaran nya.

Selama ini tidak ada yang tau ketuanya siapa, karna ketuanya ga pernah turun tangan dan hanya mantau dari jauh, jadi ga ada yang tau wujud dari ketua geng itu.

Namun, hari ini juga mereka akan mengetahui nya, karna sang ketua akan menunjukkan diri, ah ralat mendekatkan diri ke anggota inti, ia ingin tau apa tanggapan mereka, sekarang Nathan menggunakan jaket berbahan kulit berwarna hitam dengan logo naga berkepala tiga yang berwarna merah dan ada tulisan Leader di bagian dada sebelah kiri. Semua jaket bergambar naga berkepala tiga, yang membedakan adalah warna naganya, hijau anggota/member biasa, sedangkan putih itu anggota inti.

Nathan memarkirkan motornya di area parkiran untuk anggota Leviathan, memang disini geng Leviathan itu memiliki parkiran sendiri, tempat duduk di kantin sendiri, dan ruang pribadi. Untuk tempat duduk kantin dan ruang pribadi itu hanya dimiliki oleh anggota inti dan ketua saja.

Saat ini Nathan sudah bergabung dengan para anggota inti geng Leviathan dan terdengar banyak bisikkan bisikkan syeiton.g

"Eh itu yang ditengah siapa? Berani banget deket sama anak inti geng Leviathan" Bisik seorang siswi.

"Gue juga kaga tau, tapi dia juga pake jaket geng Leviathan. Eh tapi warna naganya beda lohhh" Balas seorang siswi.

"Lah iya dong, jangan jangan dia anggota baru atau gak termuda(?)"

"Mana mungkin masa beda sendiri sih warnanya"

"Ehhh tapi ganteng lohhhh" Pekik seorang siswi.

"Imut juga tu pipinya kayak mau tumpahhh" Ujar siswa.

Bisik bisik semakin terdengar Nathan yang mendengar ada yang mengatainya Imut pun langsung merengut kesal, padahal ia sudah mengacak acakkan rambutnya, tidak mengancingkan bajunya, tapi apa ini? Kenapa ia malah di katai imut?, Nathan kesal sekarang, sudah tidak mood lagi dia, huh!.

Nathan berhenti berjalan dan menghadap belakang, menghadap salah satu anggota intinya lalu merentangkan tangannya.

"Gendong..." Cicitnya.

Hei, tunggu, ini ketua mereka?!.

Orang yang di depan Nathan pun langsung menggendong Nathan dan berjalan ingin mengantarkan Nathan kekelasnya.

Tapi saat belum sampai "Ga mau kekelas" Bisik Nathan di telinga orang yang menggendongnya itu, yang ia ketahui bernama Edgar Allen Arsaino.

Edgar yang mengerti pun menggendong Nathan ke ruang pribadi mereka dan di ikuti seluruh anggota inti.

Anggota inti terdiri dari Azrano Atha Alvarenzo, Zelvan Granala, Edgar Allen Arsaino, dan Xavier Quily Dirgantara.

Saat mereka sudah sampai ke ruang pribadi itu Edgar ingin menurunkan Nathan, tapi Nathan tidak mau turun jadi ia duduk di sofa sambil memangku Nathan.

"Kenapa gak mau turun hm?" Tanya Edgar.

"Ga mau" Nathan mengerucutkan bibirnya sambil menatap netra Edgar.
"Hahaha, pak ket kita yang galak dan sangar itu mana? Kenapa sekarang malah jadi nak kecil?" Ujar Azrano.

"Ihhh Athan bukan nak kecil, hump!"

"Hahaha, lalu kau itu apa?" Mereka jadi gemas sendiri dengan kelakuan pak ketua nya itu.

"Aku... Manusia" Jawab Nathan polos.

Hei, sungguh mereka ingin membawa Nathan pulang dan mengurungnya dikamar lalu tidak memperbolehkan siapapun melihatnya!.

Bawa aja gpp author ikhlas lahir batin kok - Author.

Hilih, gampang kali kau yang bilang, gue jual baru tau lu - Nathan.

Yeuuuu, yang ada elu yang gue jual bangke - Author.

Lah iya yak, maap keun wahai paduka author - Nathan.

Abaikan saja percakapan tidak berfaedah itu. Lanjoet!

"Sekarang kau ingin apa?" Tanya Xavier.

"Pengen permen lolipop susu-kita" Girang Nathan, bahkan sekarang matanya sudah berbinar binar.

"Hahahaha, baiklah baiklah, tunggu sebentar" Ujar Zelvan dan mengetikkan sesuatu di hpnya.

Suara tawa Nathan menggelegar di ruangan itu karena sedang digelitiki, tapi suara tawa itu terhenti saat ada yang mengetuk pintu.

"M-maaf lama, ini permennya" Pemuda itu membuka pintu dan terkejut saat membuka pintu, dan ia sedikit memelototkan matanya saat melihat posisi ambigu itu.

Bagaimana tidak ambigu Nathan yang tertidur telentang di atas Edgar yang di bawahnya sambil memeluk pinggang pemuda imut itu, dan dengan Azrano yang mengungkung Nathan dari atas dan Zelvan di samping, lalu Xavier yang diatas tubuh Nathan juga tetapi ia dari atas bukan bawah. Ngerti?

Nathan yang melihat anggotanya itu sedikit terkejut pun melihat sekitar, wajahnya langsung memerah karena menyadari posisi mereka ini.

'Anjing! Baru sadar gue, gini banget posisinya udah kayak mau di pera— eh di perjakain aja' Batin Nathan malu, ingin rasanya dia pergi ke planet lain saat ini juga!

Tapi yang mukanya memerah bukan cuma Nathan, tapi ada Edgar juga karena ia merasa sesak di bawah sana karena Nathan yang terus bergerak dan juga benda itu pas di bawah pantat Nathan.











Tbc.

Kangen ga?

Kalo engga yaudah:v

Baby Boy! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang