BAB 1

16 2 0
                                    

Hampir semua tamu yang diundang telah datang tapi pengantin pria tak kunjung datang. Riasan yang ada di wajahku mulai luntur, hari semakin siang dan seharusnya jam segini, 12.00 WIB, ijab qobul telah dilaksanakan kemudian dilanjutkan dengan acara pengucapan selamat dari tamu yang hadir. Ingin sekali hati ini keluar dari kamar lalu mencari tahu alasan mengapa diriku belum dijemput oleh Ibu. Aku tidak mau dua orang non mahram di pertemukan sebelum kata SAH terucap. Aku hanya akan keluar dan bertemu pria tersebut ketika waktu telah menyatakan diriku sebagai istrinya.

Aku yang hanya berdiam diri sedari tadi memilih untuk melaksanakan shalat Zuhur terlebih dahulu. Terbesit semua hal hal buruk di benakku tentang ibu yang masih belum menjemputku. Tangan kananku mengambil kapas dan tangan kiriku menuangkan cairan yang dapat membantu menghapus make up tebal. Aku tidak berani melalaikan shalat Zuhur sedang aku hanya berdiam diri. Akanku serahkan semua jalan hidupku pada sang Kuasa.

Jarang sekali ada gadis lajang menikah karena perjodohan dan secara keseluruhan menyerahkan semua kepada orang tuanya. Dari hal yang utama, yaitu laki-laki yang akan menjadi pendamping kemudian pemilihan tema wedding, perekrutan wedding organizer dan lain sebagainya. Siapa bilang aku termasuk gadis langka tersebut? Aku juga memiliki pria idaman sendiri, tema pernikahan impian serta susunan acara resepsi rancanganku.

Setelah selesai menghilangkan semua riasan, melepaskan semua pernak-pernik dikepala termasuk hijab, aku kemudian berwudhu. Air wudhu mengalir ke bagian yang seharusnya.

Aku berjalan menuju tempat yang selalu kugunakan ketika shalat. Sajadah panjang tergelar, mukenah telah terpakai, tubuh telah berdiri tegap, niat terucap dalam hatiku.

"Allahu Akbar" gumamku sembari mengangkat kedua tangan.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu." Salam penutup yang kedua telah terucap. Aku lantunkan kalimat kalimat istighfar.

"Ya Allah, Ya Tuhanku. Hanya kepadaMu Kirra menyerahkan segalanya. Kirra yakin apapun yang telah ditakdirkan untuk Kirra nanti adalah kisah terindah yang telah engkau berikan. Sungguh besar harapan kedua orang tua Kirra agar Kirra sesegera mungkin berumah tangga sebelum umur Ibu benar-benar habis. Untuk itu, bantu Kirra Ya Rabb menunaikannya. Tiada hal yang mustahil bagimu. Siapapun pilihan orang tua Kirra semoga itu juga pilihanMu. Aamiin."

Tok Tok Tok

Suara ketukan pintu yang sangat keras membuat kebisingan. Untunglah diriku telah menyelesaikan doa pada sang pencipta sehingga dapat langsung membukakan pintu kamar.

"Tunggu sebentar." Aku sedikit berteriak karena si pengetuk pintu tidak berhenti memukul pintu dan enggan pula untuk masuk.

Aku memutuskan untuk tidak melepas mukenah dan dengan cepat membuka pintu kamar. Mungkin ada sesuatu yang sangat penting.

Pintu kamar terbuka, memperlihatkan rupa lelaki yang terlihat aneh. Rambut hitam berponi yang sengaja acak-acakan, bibir yang diberi pewarna merah muda, anting-anting besi bertengger di telinga, Kemeja lengan panjang bercorak pantai serta jeans yang robek.

"Lo dipanggil keluarga lo, Ibu Lo sekarat."

Flashback On

"Mama mohon Terry.. segera ke sini.. ke Padang nak. mama udah gak ku..at.."

"Mama kenapa gak bilang kalau selama ini mama ada penyakit jantung!" Panik Terry didalam telepon yang baru saja turun dari panggung. Ditambah lagi Mama memintanya untuk terbang dari Jakarta ke Padang. Ya benar benar saja.

"Mama gak mau ngerepotin kamu Ter. Mama mau meminta satu hal padamu nak. Mama gak pernah meminta apapun padamu bukan?????"

"Apapun itu pasti Terry turuti Ma. Asalkan mama jangan pergi...."

"Mama ingin Terry menikahi Kirra, Sekarang juga nak. Saat ini Ibunya Kirra sedang sakaratul maut, tetapi beliau belum bisa meninggalkan dunia ini sepenuhnya. sebab belum jelas siapa yang akan menggantikan posisinya merawat dan menjaga Kirra."

"Kenapa harus Terry Ma?? Pengantin prianya kemana? Dan siapa itu Kirra?" Terry semakin dibuat panik akibat permintaan mamanya yang semakin tidak masuk akal. Pertama, Mama mendesaknya agar pergi ke Padang. Kedua, Mama memintanya menikahi gadis yang tidak dia ketahui apalagi mengenal.

"Dia melarikan diri bersama kekasihnya dihari pernikahan. Dia tidak ingin dijodohkan oleh orang tuanya dengan Kirra. Kirra Haidar, anak teman mama ketika masih sekolah dasar di Padang sebelum pindah ke Jakarta. Ibu Kirra adalah teman terbaik mama dahulu. Mama banyak hutang budi kepada beliau."

"Yang dilakukan pengantin laki-laki itu benar. Di zaman sekarang, mana ada orang yang ingin dijodohkan Ma. Termasuk Terry!."

"Ada Ter. Seorang anak yang lebih mementingkan kebahagiaan orang tuanya diatas kebahagiaan dirinya sendiri. Namanya Kirra Haidar."

"Dasar perempuan bodoh."

"Mama tahu, kamu mungkin tidak akan nyaman di awal pernikahan nanti, mengingat Kamu dan Kirra tidak pernah bertemu apalagi mengenal. Tapi mama yakin kalian adalah laki-laki dan perempuan dewasa. Kirra juga akan membawa keberkahan dihidup anak kesayangan Mama ini, mama percaya itu."

"Mama benar-benar tidak kuat Ter. Jika kamu pengen mama hidup, segera ke Padang, mama akan share loc." Mama Meta menekan sesaknya dada. Sembari mematikan sambungan telepon secara sepihak.

Flashback Off

Batu besar seperti menghujamku, jantungku berdetak sangat cepat hanya dengan mendengar kata 'sekarat'. Tangan kananku tanpa sadar mendorong tubuh lelaki asing tersebut agar tidak menghalangi langkahku. Aku berlari sekencang mungkin dengan mukenah menuju kamar Ibu. Hanya Ibu yang aku miliki setelah Ayah meninggalkan kami disaat aku masih berumur 10 tahun.

Mataku membesar karena melihat wajah tenang Ibu menghiasi pandangan. Mata ibu telah tertutup, senyum sangat indah masih terbentuk dimuka yang telah termakan usia tersebut. Tidakku sangka ibu akan pergi lebih cepat dari perkiraan dokter. Astaghfirullah! Kenapa aku begitu percayanya kepada ramalan dokter yang juga manusia biasa.

"Nak Kirra, Ibumu meninggal karena serangan jantung. Kemungkinan karena ada sesuatu hal yang membuat beliau sangat syok." Sungguh diluar dugaan. Aku pikir ibu akan pergi karena penyakit kanker yang diderita namun nyatanya tidak terjadi demikian.

Air mataku mengalir deras tetapi tidak terdengar sedikitpun isakan. Tinggallah diriku seorang diri. Aku tidak menyangka hari dimana aku akan berstatus sebagai anak yatim-piatu datang pada hari pernikahanku.

"Ayo kita percepat pengurusan jenazah Ibumu, Kirra."

"Baik, Dok."

🌹🌹🌹🌹🌹

Setelah pembacaan doa untuk almarhumah Ibuku. Seorang wanita paruh baya yang tidak kukenal memecahkan perhatianku pada makam ibu.

"Kirra Haidar, Saya dan putra saya akan berangkat ke Ibu Kota malam ini juga. Tolong Secepatnya kamu mengurus keberangkatanmu bersama kami. Itupun Jika kamu ingin ikut ke Jakarta."

"Mohon maaf sebelumnya, Tante siapa ya?" Kuberanikan diri untuk bertanya kepada wanita berperawakan langsing, tinggi, cantik, anggun dan judes. Matanya melotot sembari menatap remeh padaku.

"Saya Meta, Mama dari Terry, suami penggantimu. Saya terpaksa menikahkan putra kesayangan saya dengan kamu dan berpura-pura sakit jantung, Karena Ibumu mengemis kepada saya. Tolong kamu sadar diri."

Ya Allah, ternyata wanita cantik ini adalah sahabat lama Ibu yang telah sukses bersama suaminya di Ibu Kota. Aku benar-benar tidak mengenalinya sedikitpun begitupun putra kesayangannya yang telah berkorban demi terwujudnya keinginan Ibu yaitu dengan menikahiku.

Apa yang dikatakan oleh Tante Meta? Aku tidak salah dengar bukan? Putranya adalah Suami pengganti? Lalu dimana suamiku yang seharusnya? Apa dia kabur dihari pernikahan?

"Hidup gue jadi berantakan karena cewek rendahan macam Lo! Siap-siap saja! Hidup Lo bakalan gue buat seperti neraka." Bisik laki-laki yang berstatus sebagai suami siri-ku.

"Mohon maaf. Sebelumnya, siapa namamu?" Ujarku ragu-ragu tak berniat menyinggung tetapi jika tidak bertanya maka aku tidak akan tahu.

"Bahkan Lo gak tahu nama suami Lo!!! Gue leader of Defender."

Muslimah Fangirl💜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang