23

26.7K 941 0
                                    

HAPPY READING

••••••


Devan langsung menuju kantor ingin segera menemui alvian.
Berjalan di koridor kantor, banyak karyawan yang menyapa nya, dan akan dia balas dengan senyuman.

"Sumpa demi apa? Tuan devan senyum? Wah ini kejadian langkah"

"Iya biasanya dia tidak perna membalas sapaan kita, jangan kan membalas melihat ke kita saja nggak"

"Tpi tadi dia malah senyum, YAALLAH indah nya ciptaan mu"

"Eh ingat agama"

"Hehehehe"

Begitulah bisik-bisik para karyawan ketika melihat senyuman lebar devan.

Devan yang jarang senyum itu membuat mereka heran tapi juga senang apa lagi para ciwi-ciwi

Seorang devan udah ganteng tajir lagi siapa coba yang gak mau?
Kalau ada mungkin mata mereka buta.

Walaupun sudah mempunyai anak satu,  itu tidak membuat dia seperti bapak-bapak pada umum nya.
Malah lebih terlihat seperti bujang perjaka.

Devan memasuki ruangan nya menuju lift khusus.

Setelah membuka pintu ruangan dia langsung duduk di kursi kebanggaan nya.

Mengambil handphone menekan nomor alvian.

Deringan ke dua langsung di angkat oleh sekretaris nya itu.

Devan
"Segera keruangan ku"

Alvian
"Baik tuan"

Devan langsung mematikan sambungan telpon.
Menunggu alvian segera keruangan nya dan memberikan alamat gadis yang mungkin tau tempat tinggal dara di kampung.

Tok tok tok

"Masuk!" Teriak devan

Alvian membuka pintu, memasuki ruangan sembari membawa berkas.

"Ini tuan alamat yang tuan minta"alvian menyerahkan berkas yang dia pegang

"Baiklah" devan mengambil berkas tersebut dan membaca nya.

"Jakarta? Alamat jalan melati 03? Ah ini tidak jauh dari kantor!! Ayo segera kita ke sana" devan bangkit dari kursi nya dengan semangat.

"Tapi tuan sebaik nya tuan baca lagi dengan seksama" pinta alvian

Devan mengernyit heran, tapi tetap kembali membuka berkas yang tadi dia letakan di atas meja.

"Kalau pukul 07.00-1700 wib luna kristiani sering di panggil luna, dia berada di cafe yang di kelola alm bokap nya yang kini jatuh ke tangan nya??"  Devan membaca berkas tadi dengan pelan takut ada kesalahan baca.

"Iya benar tuan" alvian mengangguk.

"Baiklah di mana cafe itu, kita akan ke sana" devan kembali menutup berkas dan meletakan di meja kerjanya

"A Luna cafe" ucap alvian

Devan langsung keluar ruangan di ikuti alvian di belakang.

Mereka memasuki mobil untuk segera ke tempat cafe yang di kelola luna.

Sekitar 15 menit mereka sudah di depan cafe, devan memandang cafe yang lumayan sepi karna ini masih pagi anak sekolah sedang belajar dan pekerja sedang berada di kantor.

"Waktu yang pas tuan" ucap alvian ketika melihat cafe yang sepi hanya di isih beberapa ibu-ibu.

"Hem" devan membuka pintu lalu keluar dari mobil.

Segera memasuki cafe.

"Selamat pagi tuan, silahkan pilih tempat ternyaman" karyawan cafe yang manyaph mereka dengan ramah.

Devan hanya mengangguk segera duduk.

Melihat ada pelanggan waiters segera menghampiri mereka,

"Mau pesan apa tuan?" Tanya waiters sambil tersenyum supaya pelanggan mereka nyaman.

"Jus alpukat dua" bukan devan yang menjawab tapi alvian, devan hanya memandang sekitar mencari yang bernama luna, ya walaupun dia tidak mengetahui muka nya.

"Baik tuan" waiters tadi menunduk sedikit lalu berlalu, tapi tiba-tiba suara devan membuat langkah waiters tadi berhenti.

"Tunggu!" Panggil devan.

"Hm? Ada apa tuan, apa ada yang bisa saya bantu?  atau ada yang kurang?" Tanya waiters

"Saya ingin ketemu dengan luna, bisa?" Tanya devan to the poin.

Terlihat waiters tersebut sedikit bingung, di mana mereka mengetahui nama bu bos mereka, oh atau mungkin mereka saling kenal.

"Bisa tuan bisa, ayo saya anter ke ruangan nya"

Devan dan alvian mengikuti waiters yang menunjuk kan jalan menuju ruangan bos mereka.

"Ini tuan rungan nya, mbak luna ada di dalem"

"Ya terimakasih" waiters meninggalkan mereka

Tok tok tok

"Masuk!" Teriak suara dari dalam

Devan membuka kenop pintu rungan.

"Eh! Siapa kalian?" Tanya luna bingung ketika melihat devan dan alvian,

"Tidak ingat dengan saya?" Tanya devan

Luna memicingkan mata nya mencoba mengingat muka devan. Ah iya dia ingat ini cowok yang mengikuti hari wisuda nya dengan dara, dan dia juga yang berfoto dengan dara, dia cowok yang dara sukai tapi cowok ini malah menyakiti sahabat nya.

"Oh anda tuan devan?" Tanya luna formal.

"Tidak usah terlalu formal nona, kami ke sini ingin bertanya" ujar devan tersenyum tipis.

"Hm baiklah, silahkan duduk" luna menyuruh mereka duduk di hadapan nya.

"Langsung ke intinya, kami ke sini ingin menanyakan alamat rumah dara"

Luna terkejut dengan perkataan devan, ini yang dia takutkan kenapa juga dia bisa tau keberadaan nya si kan dia bingung jawab apa, dia gak pandai bohong pasti gampang ketahuan.

"Saya tidak tau" luna mengalihkan tatapan nya dari mereka, jangan sampai mereka melihat kalau dia tengah berbohong.

"Jangan membohongi kami nona, anda sepertnya tidak ada bakat berbohong" alvian tersenyum tipis.

"Apaan si lo, lagian siapa juga yang bohong!" Ucap tegas luna memandang mereka tajam.

"Oh santai nona, kami hanya meminta baik-baik" kini devan yang menjawab.

"Baik-baik kata lo? Selama ini kemana lo ketika sahabat gue pengen lo balas cinta nya, giliran dia udah pergi udah cari tempat yang terbaik untuk hati nya, kini lo ingin mengusik nya lagi?! Di mana otak lo itu tuan devan terhormat!!!" Luna memandang devan tajam.

"Maafkan saya soal itu, tapi saya sudah berjanji dengan anak saya untuk menemukan alamat dara sebelum ulang tahun caca" ucap devan lirih.

Luna terdiam memandang devan, kalau di pikir-pikir kasihan juga, tapi bukan kasihan dengan devan nya dia kasihan dengan caca, mungkin caca sudah sangat merindukan dara

Apalagi hubungan caca dan dara sudah semakin dekat, layak nya anak dan ibu.

Jadi ketika dara pergi tampah berpamitan dengan nya, mungkin itu membuat caca sangat merindukan dara.

Tapi dia tidak boleh luluh, dia sudah janji untuk tidak mengasih kan alamat rumah nya dengan siapa pun termasuk devan.

Ya luna janji itu

MAS DUDA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang