sasya dan vanya

4.8K 127 61
                                    

" sana kalian mandi, kita bakal ke bukit nanti " ucap maven menatap mereka bertiga lalu pergi duduk di sofa yang berada di dalam kamar.

Jaendra pun masuk ke dalam kamar mandi dengan handuk dan baju ganti dia bawa masuk, jevano dan jibran pun masih di atas kasur menunggu jaendra mandi dengan memainkan handphone mereka.

____________

Setelah bersiap siap mereka pun akhirnya berangkat ke bukit dengan membawa bekal masing masing.

" huh cape anyink " tiba tiba haidhen lemes karena terlalu cape mendaki ia pun mengambil air botol yang ia simpan di ransel lalu meminum nya dalam satu tegukan air sebotol itu habis di minum haidhen.

" emang cuma lo yang cape, kita juga kali cape huh " ucap Rendra dengan nafas terputus putus, lalu mengeluarkan air yang ia bawa lalu meminum nya hingga tersisa setengah.

" ga lagi gue mau ke bukit lagi huh " ucap jibran ikut mengambil air yang ia bawa lalu meminum nya.

" yaudah mau balik apa lanjut " ucap maven saat selesai meminum air yang ia bawa dari penginapan.

" balik aja lah, gue udah mau rebahan " ucap jaendra lalu teman nya menatap diri nya sinis.

"  dih si paling rebahan "

tiba tiba ada yang menepuk pundak haidhen membuat sang empuk melompat karena kaget.

" kalian nginap di mana " tanya seorang gadis dengan rambut yang di gurai dan berwarna hitam pekat.

Gadis itu tak sendiri dia bersama teman nya yang tersenyum manis.

" oh kita nginap di dekat pantai, tapi aneh nya penginapan itu sepi " jawab jevano.

" oh kita juga nginap di sana kemarin sore kita baru sampe " ucap gadis satu nya yang berambut pirang.

" oh gitu ya, yaudah kenalin nama gue haidhen " ucap haidhen

" Jepang "

" jaendra "

" maven "

" jibran "

" Rendra "

" chendra "

" oh gue arasya di panggil sasya "

" stevanya panggil vanya aja "

" oh iya " ucap chendra.

" kita mau balik ke penginapan kalian berdua mau ikut ga? " tanya maven kepada dua gadis itu.

" ah iya kita ikut aja, kita juga udah cape banget ngedaki " ucap gadis tadi yang bernama sasya di angguki vanya.

" ah yaudah yuk balik " ucap haidhen di angguki semua orang yang ada di sana.

Mereka menuruni bukit dengan candaan yang membuat mereka tak bosan sesekali haidhen ngegombalin vanya tapi tak di respon yang mengundang gelak tawa ke enam teman laknat nya, emang teman ajaran setan mereka.

Saat melewati pantai chendra melihat bayangan hitam dari arah pantai tapi saat mengedipkan mata nya bayangan hitam itu menghilang yang membuat chendra kaget tapi ia hiraukan karena sudah terlalu lelah, yang ia inginkan saat ini hanya ingin rebahan di kasur.

Sesampainya di penginapan mereka masuk ke kamar mereka yang sebelum nya begitu pun kedua gadis itu, dan ternyata kamar kedua gadis itu tepat berada di sebelah kamar Jepang dan ketiga temannya yang lain.

Jaendra yang udah duluan masuk ke dalam kamar pun dengan cepat masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badan karena badan nya udah sangat lengket.

" eh tau ga? " ucap haidhen tiba tiba yang sedang rebahan di atas kasur nya.

" apa? lo kan belum ngasih tau " ucap jibran menghadap ke arah haidhen diikuti jevano.

" punggung gue sakit banget sumpah " ucap  haidhen dengan senyum yang menghiasi wajah nya.

" udah tua lo berarti " ucap jevano sinis, ia kira hal penting tapi ternyata ga dasar haidhen.

" yee gue masih muda yee " haidhen melempar bantal ke arah jevano tapi jevano menghindar dan hal asil terkena jibran yang tepat berada di belakang jevano.

" KYAKKK "

" ga sengaja sumpah " ucap haidhen jibran yang mendengar perkataan haidhen pun menghela napas panjang, ia sama sekali cape.

" sana mandi kalian " ucap jaendra yang baru selesai dengan ritual mandi nya dan sudah memakai pakaian lengkap.

" jev, lo aja dulu gue masih mager " ucap haidhen menatap jevano.

" iya bang gue juga cape banget ntaran aja gue mandi nya " ucap jibran lalu menutup mata nya.

" iya iya, badan gue juga udah lengket banget " ucap jevano lalu masuk ke dalam kamar mandi dan tak lupa mengambil baju ganti dan handuk sebelum masuk ke dalam kamar mandi.

______________

Tangisan laut berdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang