18. (Tak) Ingin Usai

4.6K 348 51
                                    



Jika aku bukan rumah
Aku takkan bersusah payah
Membuka tempat ketika kau lelah

Jika aku bukan rumah
Aku takkan berletih lelah
Membangun tempat untukmu singgah

Sekali lagi,
Bukan aku yang kaucari
Saat lelah menghampiri
'Tuk sekadar disinggahi





"

Janu ...."

Tatapan Ify jatuh pada gadis kecil di gendongan putra sulungnya. Menatapnya dengan sorot dingin, membuat Eila yang ditatap demikian kontan mengalihkan pandangan, menghindari netra bening sang nenek. "Berani kamu datang ke sini?" Ify mendekat, hingga berhenti tepat di hadapan Janu, tangannya melayang-memukul lengan putranya dengan jengkel. Sontak yang digeplak beraduh-aduh protes. "Berani kamu datang ke sini dan bawa ..." Beralih pada Eila, bibirnya bergetar ketika melanjutkan, "bawa apa yang sudah kamu sia-siakan!"

"Mi-"

"Diam! Mami belum selesai ngomong!" potong Ify, kembali menatap putranya dengan gurat murka. "Niru siapa sih kamu ini, ha?!" Menggeplak lengan putranya lagi, ibu tiga anak itu meracau, "Bisa-bisanya kamu mempertahankan perempuan yang nggak pantas kamu pertahankan dan mengecewakan perempuan yang sudah memberimu keturunan!"

"Cik, udah," lerai Rosa-adik Ify.

Atensi Ify berpindah ke sang adik. "Diam!" gertaknya, "Ponakanmu ini emang perlu dibawa ke orang pinter! Akademiknya aja yang hebat, urusan cinta, gobloknya minta ampun! Hiiih!" Ganti mencubit pinggang Janu, refleks yang dicubit menjerit.

Lalu mengadu pada sang putri. "Eila, lihat! Papa disiksa Gemi. Tolongin Papa, Nak. Ayo, cepat tolongin," pintanya, memelas.

Eila yang kemarin-kemarin sweet abis ke bapaknya, kali ini justru diam saja. Menatap pria itu dengan raut datar dan otomatis kedua adik Janu kompak menyemburkan tawa geli. Puas rasanya melihat sosok paling menyebalkan di keluarga Adhiyaksa-yang biasanya belagak laiknya Tuan Raja, kini diabaikan oleh darah dagingnya.

"Mommy, itu yang sama Uncle siapa?" tanya Chilla.

"Itu Eila, anaknya Uncle sama Tante Nada. Kamu pasti lupa Tante Nada yang mana." Jihan tersenyum lembut pada putrinya, mengacak poni gadis itu, kemudian lanjut menyaksikan kesengsaraan sang kakak sambil tertawa puas.

"Eila!" panggil Janu, "Kok, diem aja papanya diginiin Gemi? Aw!"

"Rasain!" Ify tidak berhenti melayangkan cubitan di sekitar tubuh anaknya-dari pinggang, perut, lengan, sampai pipi, saking gemasnya. Sementara Jovan yang berdiri di belakang Janu tampak terpingkal-pingkal sampai sudut matanya berair. Hingga tatapan Ify bergulir pada si bungsu, melotot. "Kamu!" tunjuknya, membuat gelak tawa Jovan raib seketika.

Cowok itu nyengir kuda. "Halo, Yang Mulia."

"Sok ngartis!" cibirnya, "Udah bisa beli kuota sendiri, iya? Makanya kalau dichat orang tua nggak pernah bales, tapi bikin story terus." Belakangan ini Ify dendam setengah mati dengan kedua anak lelakinya. Yang nomor satu kalau dichat balesnya lama dan singkat, sedang yang nomor tiga jarang bales tapi aktif bikin story. "Mau jadi anak durhaka, biar bisa Mami kutuk, ha?!"

Repair [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang