Dalang

31 23 27
                                    

CHAPTER TIGA . DALANG

Gelak tawa menguar di dalam ruangan luas tersebut. Bermain truth or dare, minum, bahkan ada yang berjoget ria. Salah satunya adalah Tera, ia asik menggoyangkan pinggulnya mengikuti alunan melodi musik dangdut favoritenya.

Kedatangan seseorang membuat pasang mata menatap ke arah objek itu. Tak terkecuali Tera, pria itu langsung menghentikan aksi serunya.

"Cakra! Dateng juga lo" Ujar Tera senang bertolak belakang dengan keadaan Cakra yang berantakan.

Wajahnya lebam, beberapa goresan terdapat di wajah tampannya. Beberapa kali terdengar ringisan dari mulutnya. Tera sudah memprediksi hal ini sebelumnya, jadi ia cukup tenang melihat Cakra yang berhasil datang walaupun sedikit babak belur.

Pria yang di sebut menatap Tera penuh tanya 'Jadi, ada apa?'

Seolah mengerti pikiran Cakra, Tera tertawa "Gak ada hal penting kok. Kita happy happy aja disini, ayo gabung"

Cakra berdecak, ia kira ada hal penting. Sampai sampai Tera sibuk spam chat menyuruhnya untuk segera datang, hampir pula dia meregang nyawa akibat serangan beberapa waktu lalu.

"Wajah lo, kenapa?" Celetuk Reskal pria berlesung pipi yang merupakan salah satu anggota disana.

Cakra menyambar sekaleng cola kemudian meneguknya kasar "Biasa"

Pria itu menyeka mulutnya, melirik sekilas dua orang asing disana.

"Aman, mereka bakal tutup mulut sama apa yang diliatnya sekarang" Tera kembali dengan sekotak obat kemudian melemparnya pada Cakra

"Obatin luka lo abis itu kita bicarain hal penting yang sesungguhnya"






Cakra selesai dengan kegiatannya, meletakkan kotak obat lalu menyuruh Tera untuk memulai pembicaraan.

Tera menghela nafas, "Tadi ada orang suruhan om Jordi nyerang lo?"

"Hmm"

"Lo punya orang yang dicurigai?"

"Nggak ada, sejauh ini aman aman aja."

"Apa mungkin ada yang nyuruh om Jordi buat maksa Cakra balik?" Reskal

"Maksud lo?" Gumam Cakra

"Om Jordi nggak bakalan mau di suruh gitu aja, kecuali ada orang berkuasa diatas dia. Gue berfirasat, ada hal yang memicu om Jordi buat gerak cepat"

"Siapa yang lebih punya kuasa dari pada papa gue, menurut kalian?" Cakra

Kedua orang itu saling melirik, mereka tahu jawabannya. Tetapi terlalu berbahaya untuk diucapkan disini.

Cakra menatap lurus pemandangan di hadapannya. Disana ada Tera dan Reskal, kedua pemuda itu tengah bersiteru entah tentang hal apa. Cakra tak dapat mendengar lebih jauh karena posisinya cukup jauh dari kantin.

Sebuah kotak susu cokelat mendarat di pangkuannya. Pelakunya adalah Dasha, gadis yang sudah beberapa bulan terakhir gencar mengganggu waktu santai Cakra.

"Bukannya Tera sama Reskal itu temen lo ya? Kenapa gak gabung aja" Keponya

Cakra berdehem, menetralkan rasa kesalnya ketika mengetahui Dasha kembali mengganggunya "Bukan"

Dasha mengangguk, ia sedikit keki mengingat Cakra si cowok berkaca mata di depannya ini sulit ditaklukkan.

Tetapi kemudian senyumnya mengembang melihat Cakra meminum susu kotak pemberiannya "Thanks"

"Huum. Lo suka?" Tanyanya antusias

"Lumayan"

"Oke, kalau gitu besok"

"Nggak usah, bisa beli sendiri" Potong Cakra kemudian dia mengeluarkan uang sepuluh ribuan memberikannya pada Dasha

"Gue ikhlas kok, buat lo" Ujarnya agak murung

"Duit lo kelebihan juga"

Melihat wajah gadis itu agak murung membuat Cakra tak tega "Kalau gitu,  uangnya  bisa lo beliin gue varian beda rasa nanti"

"Hah? Oke!" Dasha menggigit bibirnya

Cakra acuh dan berbalik badan, kemudian dia melambaikan tangannya lalu beranjak pergi dari sana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NascencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang